Sebuah mobil Lamborghini Aventador warna hijau berhenti ditepi jalan. Tepat didepan sebuah kafe yang letaknya di pinggir jalan.Dari dalam Supercar dengan harga yang ditafsir mencapai angka miliaran rupiah itu, keluar seorang pria tampan berbadan tinggi dan atletis.
Pria itu mengenakan sepatu boots warna coklat muda dengan merek borsa. Denim jeans warna hitam dipadukan dengan kaos polos warna putih, serta jaket bomber warna Dongker sebagai outer yang menutupi tubuh atletisnya. Tak ketinggalan kacamata hitam yang bertengger diatas hidungnya.
Penampilannya sungguh luar biasa dan berkarismatik. Style yang dikenakannya sangat kentara dengan bodynya yang gagah. Wajahnya yang tampan dan maskulin. Brewok tipis yang tumbuh diarea dagu dan rahangnya, membuat aura manlynya kian terpancar.
Hidung mancung, bibir tipis, serta kulitnya yang eksotis. Pesonanya mampu membuat ribuan pasang mata kaum hawa tak dapat berkedip.
Dialah Rahul Aryan Dirgantara. Pria tampan dan gagah itu tampak sedang asik bertelepon ria.
"Hallo sayang, bagaimana, acaranya sudah selesai? Ini aku sudah sampai. aku cari tempat parkir dulu ya. Baru setelah itu aku menyusulmu kedalam" ujarnya pada lawan bicaranya diseberang sana, sembari merenggut kacamata hitam yang sedari tadi dipakainya.
"Tidak perlu repot-repot cari tempat parkir beib, tunggu saja disitu. Ini aku sudah selesai kok, jadi kita bisa langsung pergi. Lihat saja kesini" suara lembut seorang gadis diseberang sana. Menuruti ucapan wanita yang sedang melakukan panggilan suara dengannya, Rahul langsung mengarahkan pandangannya pada kafe yang terletak didepannya.
Dan benar saja, ditengah keramaian pengunjung yang berlalu lalang keluar masuk kafe itu, tatapan Rahul langsung tertuju pada sosok yang sangat familiar yang baru saja keluar dari kafe elit yang sedang hits itu.
Sosok seorang gadis berambut panjang bergelombang, mengenakan Sabrina dress mini warna merah bermotif bunga-bunga dan menyembulkan sebagian bentuk pahanya yang mulus dan terawat.
Tangan kiri gadis itu memegang ponsel yang ditempelkan kedaun telinganya. Sedangkan tangan kanannya tampak melambai kearahnya dengan senyum manis yang menghiasi wajah cantiknya.
Gadis itu tak lain dan tak bukan adalah Amora Fransisca, kekasihnya. Hari itu Amora bersama teman-teman semasa kuliahnya mengadakan acara reunian dikaffe, dan dia meminta Rahul untuk menjemputnya begitu acaranya selesai.
Rahul tidak pernah sekalipun mengatakan tidak pada Amora, karena dia sangat mencintai gadis itu. Wajah Rahul tampak sumringah melihat Amora.
Dia membalas lambaian tangan gadis itu seraya tersenyum cerah. Rahul sudah bersiap menghampiri pujaan hatinya itu. Namun ternyata wanita itu telah lebih dulu melangkahkan kaki menghampirinya, ditengah keramaian kendaraan yang berlalu lalang di jalan raya itu.
"Sayang hati-hati!! Biar aku saja yang nyebrang! Kamu tunggu saja disana!!" Rahul berteriak panik, berusaha memperingati Amora.
Namun tampaknya percuma saja. Suaranya berbaur dengan bisingnya suara-suara kendaraan yang hilir mudik, dan volumenya lebih keras dibandingkan suara teriakan Rahul. Amora masih terus berlari-lari kecil kearahnya tanpa memperhatikan kanan kirinya.
"Amor!! sayang awas!!" Rahul berteriak sembari berlari sekuat tenaganya tatkala dia melihat sebuah mobil yang tengah melaju kencang kearah wanita tercintanya.
Rahul berhasil menjangkau Amora dengan perasaan campur aduk. Antara panik dan bingung harus berbuat apa, lantaran mobil yang sedang melesat itu hanya berjarak sekitar 20 centi lagi dari posisi sepasang kekasih itu. Reflek, Rahul langsung mendorong Amora hingga wanita itu terpental ke pinggir jalan.
Dia berhasil menyelamatkan kekasihnya dari marabahaya. Namun na'as, dia malah tidak berhasil menyelamatkan dirinya sendiri. Sampai pada akhirnya kendaraan roda empat itu menabrak tubuh atletisnya.
BRUUUKK!!!
*******
Insiden itu bak kiamat bagi Rahul. Dia begitu terguncang dan tidak bisa menerima kenyataan, lantaran harus kehilangan penglihatannya.
Terlebih lagi pasca dokter dan Tim medis mendiagnosa dirinya mengalami kebutaan permanen, dan kemungkinan besar untuk bisa melihat kembali sangat tipis. Bak tubuh yang sudah tak berjiwa, Rahul yang malang hanya bisa melalui hari-harinya yang penuh dengan nestapa.
Sungguh dia tidak mampu berdamai dengan takdirnya yang harus hidup berteman dengan kegelapan, yang mungkin saja hingga akhir hayatnya. Kecelakaan itu telah mengubah hidupnya 180 derajat.
Laki-laki tampan, gagah, perkasa, smart, energik, idaman para wanita kini sudah tak ada lagi. Yang tersisa hanyalah laki-laki buta, lemah tak berdaya. Yang hanya bisa meratapi nasibnya yang nelangsa dengan rasa putus asa.
Lengkap sudah penderitaannya saat Amora, sang kekasih yang secara tidak langsung telah menjadi penyebab dirinya menjadi seperti ini datang menemui. Bukan untuk memberi support apalagi menghiburnya, melainkan untuk menambah keterpurukan dan keterputus asaannya.
"Siapa itu?" tanya Rahul tatkala mendengar pintu terbuka serta suara langkah kaki yang perlahan-lahan mendekat padanya
"Euum....Ini aku" jawab Amora dengan nada hambar. Wajah murung Rahul langsung berubah menjadi sumringah begitu mendengar suara kekasih tercintanya.
"Amor, ini beneran kamu sayang?" Rahul beranjak dari tempat tidur dengan antusiasnya. Saking semangatnya, ditambah dengan kondisi kedua matanya yang tidak berfungsi, dia sampai menubruk meja yang ada disamping ranjangnya. Membuat benda-benda yang ada diatas meja jatuh berserakan dilantai.
Amora sedikit terkejut dengan pemandangan yang ada didepan matanya. Sungguh dia tidak pernah menyangka kalau pria setampan, segagah, secerdas dan seperfect Rahul bisa berubah drastis menjadi pria buta dan tidak berdaya seperti ini.
Rahul berusaha menggapai Amora dengan meraba-raba kedepan. Dan setelah berhasil menjangkaunya, kedua tangannya merangkum wajah mulus dan lembut Amora.
"Sayang, kamu kemana saja? Kenapa baru datang? Kamu tau aku sangat merindukanmu. Tapi sudahlah, tidak masalah. Yang penting kamu sudah ada disini sekarang. Aku sangat senang sekali!"
Rahul memeluk Amora dengan erat. Matanya berkaca-kaca karena perasaan haru. kehadiran gadis itu membuatnya bagaikan terbang kembali setelah terjatuh begitu dalam.
Sudah hampir satu pekan dia dirawat dirumah sakit usai kecelakaan itu. Namun baru sekarang Amora menjenguknya. Entah alasan apa yang menjadi penghalang wanita itu untuk menemuinya. Namun hal itu bukanlah prioritas Rahul.
"Rahul, tolong lepaskan aku" Amora berusaha melepaskan dirinya dari pelukan Rahul. Dia tampak tidak senang menerima pelukan itu.
"Kenapa sayang? Biasanya kamu tidak pernah menolak setiap kali aku memelukmu. Apa ada masalah? katakan padaku"
"Kenapa tidak kamu saja yang katakan padaku, tentang vonis dokter mengenai matamu" nada bicara Amora terdengar datar.
"Dokter bilang kalau mataku....."
"Tidak akan pernah bisa melihat lagi?" tukas Amora dengan santainya. Nada suaranya tak terdengar sedih ataupun tidak enak hati sedikitpun. Rahul sedikit heran dengan maksud dari ucapan kekasihnya. Namun dia mengabaikan rasa herannya dan tetap berpikiran positif.
"Sayang, dokter hanya manusia biasa. Diagnosanya bisa saja melesetkan? Siapa tau saja suatu saat nanti akan ada keajaiban yang mungkin saja akan membuatku bisa melihat kembali....." Rahul menggenggam tangan Amora.
"Hahahaha...... Rahul, Rahul. Sejak kapan kamu hobi menonton film dan membaca novel? Kita ini hidup di dunia nyata, bukan didunia fantasi. Keajaiban yang kamu maksud itu, adanya didunia fiksi, bukan didunia nyata" Amora tertawa mencemooh sembari melepaskan tangannya dari genggaman tangan Rahul.
Rahul terhenyak mendengarnya. Entah mengapa dia merasa wanita itu sedang menghinanya. Padahal saat ini dia sedang sangat membutuhkan support dari orang-orang terdekatnya. Khususnya Amora, wanita yang sudah tiga tahun lebih mengisi relung hatinya.
"Sayang, sebenarnya apa maksudmu? Kenapa kamu mengatakan hal seperti ini padaku? Apa yang sebenarnya ingin kamu bicarakan?" Rahul berkata dengan sendu.
"Sepertinya ini adalah pertemuan terakhir kita sebagai sepasang kekasih"
"Maksudmu?"
"Ya.... maksudnya kita akhiri saja hubungan kita ini. Anggap saja tidak pernah terjadi apapun diantara kita. Atau lebih tepatnya, anggap saja kita tidak pernah saling kenal"
"Maksudnya, kamu ingin kita putus?" tanya Rahul dengan lirih. Ingin memperjelas maksud dari ucapan Amora.
"Ya....bisa dibilang seperti itu"
"Kamu bercanda kan? Kenapa tiba-tiba ingin putus? Atau...kamu hanya ingin mengeprank aku saja, iyakan? Kamu melakukan ini untuk menghiburku kan?" Rahul kembali menggenggam tangan Amora.
Dia masih berpikir dan berharap bahwa apa yang disampaikan gadis itu hanyalah sebuah lelucon. Meskipun hatinya sendiri agak ragu akan hal itu.
"Aku tau matamu sudah tidak berfungsi, tapi tidak dengan telingamu kan? Selain itu kamu juga sangat cerdaskan? Bahkan lulusan S3 diluar negeri. Masa kamu tidak bisa membedakan mana ucapan serius, dan mana yang gurauan. Lagipula apa untungnya aku mengeprankmu"
Amora berkata dengan blak-blakan, sambil melepaskan kedua tangannya dari genggaman tangan Rahul. Dia tidak sedikitpun memikirkan perasaan lelaki itu.
"Tapi kenapa Amor? apa masalahnya? Bukankah kita sudah saling mencintai selama tiga tahun lebih? Bahkan, kita sudah sepakat untuk memberitahukan keluargaku mengenai hubungan kita. Karna kita sudah siap untuk menuju ke jenjang yang lebih serius. Lalu kenapa sekarang tiba-tiba kamu ingin kita putus? Apa salahku? apa yang sudah aku lakukan?"
Rahul mendesak meminta penjelasan. Nada suaranya terdengar bergetar, Kedua tangannya memegang bahu Amora dengan perasaan ketar-ketir.
"Kamu tidak salah apa-apa Rahul. Ya aku akui, selama tiga tahun kita bersama, kamu sudah memperlakukan aku dengan sangat baik, menuruti apapun kemauanku. aku juga sangat senang dan happy karena punya pacar seperti kamu. Laki-laki tampan, tinggi, gagah dan kaya. Tapi itu dulu, saat kamu masih bisa melihat"
ujar Amora dengan arogannya. Rahul kembali terhenyak, kata-kata yang dilontarkan Amora membuat tubuhnya terpaku, tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
Bak disambar petir disiang bolong, sungguh dia tidak menyangka Amor yang selama ini dia kenal sebagai perempuan baik, manis, sopan dan lemah lembut bisa berubah 180 derajat menjadi wanita yang tidak berperasaan, yang tega mengeluarkan kata-kata hinaan dan cemoohan terhadap dirinya karena dia buta.
Padahal sejatinya, karena perempuan itulah dia menjadi seperti ini! Karena menyelamatkannya dari bahaya. Mengapa Amor tidak sedikitpun menghargai pengorbanannya?! Atau mungkin..... Memang inilah image asli gadis itu, yang selama ini tidak pernah ditunjukkan padanya?!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Alya Yuni
Wow brarti si Gala penyebabnya msa mau nikah dng keksh adiknya
sabar Rahul suatu saat si Amora kena batunya dsar wanita jhat
2022-09-17
1