Sesuai dengan janjinya, usai sarapan Zahra pun menemani Rahul jalan-jalan keliling desa.
Namun seperti biasanya, setiap pagi Zahra akan terlebih dahulu singgah ke warung-warung, yang sudah menjadi tempat biasa Ibunya menitipkan kue-kue buatannya. Rahul yang berjalan disampingnya dengan meraba-raba dan mengetuk-ngetukan tongkatnya pun, tampak sangat menikmati petualangannya pagi ini, mampir dari satu warung kewarung-warung lainnya.
Keduanya berjalan bersisian menyusuri jalanan beraspal yang dikelilingi dengan area persawahan hingga perbukitan. ya, karena desa itu dilatar belakangi oleh area persawahan dan pegunungan. Sangat jauh dari keramaian dan kebisingan area perkotaan.
Kendati demikian, keberadaan jalan beraspal yang cukup baik, cukup memadai para warga sekitar untuk mengakses area perkotaan yang ingin dijangkaunya.
Udara didesa itu terasa sejuk dan segar, dengan kabut tipis yang tampak menyelubungi desa. Mentari bersinar cerah dari ufuk timur.
Disepanjang perjalanan, acapkali Rahul dan Zahra berpapasan dengan para warga maupun petani, yang sedang dalam perjalanan menuju kesawah. Semua menyapa mereka dengan senyum ramah.
Sementara sebagian petani lainnya, sudah tampak berada didalam area persawahan yang hijau dan menghampar luas itu. Tengah asik menggarap sawah. Mencari nafkah demi menyokong perekonomian sanak keluarganya masing-masing.
Suasana didesa itu mampu membuat hati kian tentram dengan keasrian, keindahan serta keramahan para penduduknya.
"Eh, Neng Zahra. Mau kemana nih? mau Abang temani agar pagimu menjadi lebih berwarna?" tiga orang lelaki muda berbadan kekar dengan wajah yang lumayan tampan mencegat mereka.
"Maaf, tolong jangan ganggu kami. Kami buru-buru, ayo Hul" jawab Zahra dingin lalu menarik lengan Rahul agar berjalan kembali meninggalkan tempat itu.
"Eiits, tunggu Neng. Kenapa sih galak banget?Entar cantiknya hilang loh" salah satu dari ketiga lelaki itu yang berdiri paling depan, sepertinya pimpinan dari trio itu, langsung merentangkan lengannya didepan Zahra. Mau tidak mau gadis itu harus berhenti.
"Apa kalian tuli? Aku sudah bilang, tolong jangan ganggu kami!" Zahra mulai menaikkan nada bicaranya. tampaknya kesabarannya mulai habis.
"Jangan marah-marah dong Neng, nanti cepat tua loh. Sayangkan wajah secantik ini harus luntur" alih-alih menjauh akibat kemarahan Zahra, mereka justru semakin menjadi-jadi. Terutama pria yang berdiri ditengah-tengah mereka yang bernama Amar. Dia terus menggoda Zahra tanpa ampun, dan mencolek dagu gadis itu.
"Ra, siapa mereka?" Rahul yang sedari tadi diam akhirnya buka suara.
"Biasa, brandal-brandal kampung. Kerjanya hanya bisa mengganggu gadis-gadis didesa ini" ketus Zahra tanpa menoleh pada Rahul. saking kesalnya dengan ketiga lelaki yang tengah mengganggunya.
"Hey, siapa dia? Pacarmu?" Amar menatap Rahul dari bawah sampai atas dengan sinis lalu melirik Zahra.
"Bukan urusanmu!" jawab Zahra ketus.
"Apa kau tidak salah pilih? Lelaki buta seperti ini dijadikan pacar?" Amar menunjuk Rahul dengan tampang mencemooh.
"Hahahaha"mereka bertiga tertawa terbahak-bahak.
"Astaga Zahra, Zahra. Kenapa rela menyia-nyiakan kecantikanmu, hanya demi pria tidak berfungsi seperti ini....?"
"Tutup mulutmu! Ayo Hul, jangan hiraukan, anggap aja anjing menggonggong" Zahra berkata dengan gusar dan kembali menarik tangan Rahul. Khawatir jika sikap ketiga lelaki rusuh itu akan kembali menjadi beban mental yang bisa berpengaruh buruk bagi kondisi psikis Rahul.
Namun lagi-lagi Amar kembali menghadang jalannya.
"Eh tunggu-tunggu. Buru-buru amat sih. Slow napa? Wah Neng.lama tidak bertemu, tubuhmu semakin montok dan menggoda saja ya. Apalagi dadamu hahaha!" Amar menatap dada Zahra yang bulat dan montok dengan ganasnya. Dia juga meremas gunung kembar itu dengan penuh nafsu
PLAAK!!
"Dasar laki-laki kurang ajar! Beraninya kau melecehkan tubuhku!" pekik Zahra menampar Amar. Amar mendelik tajam memegang pipinya yang habis menjadi korban tamparan Zahra barusan.
"Dasar wanita sialan, beraninya kau menamparku! Kamu pikir aku tidak bisa membalasnya" Amar mengangkat tangannya hendak membalas perbuatan Zahra terhadapnya barusan. Namun tanpa diduga, Rahul menahan tangan pria itu dengan tangannya.
"Tolong jaga sikapmu. Apa kau tidak malu, melecehkan dan memukul seorang wanita?" kata Rahul dengan nada rendah.
"Wow Mar, sepertinya ada mau yang sok-sokan jadi pahlawan kesiangan nih" provokasi Zacky, salah satu teman Amar yang berdiri dibelakangnya.
"Aku rasa dia sudah bosan hidup Bro" timpal Thoriq.
"Beraninya kau mencampuri urusanku. Mau belagak jadi jagoan? ngaca sana" ujar Amar dengan angkuhnya.
"Astaga Bro, kamu suruh dia ngaca? Yang ada bukan dia yang melihat cermin, tapi cermin yang melihat dia hahahaha" Zacky tersenyum sinis. Ketiganya kembali mentertawakan Rahul.
"Silahkan hina aku sesuka hati kalian. Karena memang aku hanyalah lelaki buta yang tidak bisa apa-apa. Berbeda dengan kalian yang memiliki fisik sempurna, namun lebih memilih untuk menjadi lelaki cemen, yang beraninya dengan wanita dan lelaki buta sepertiku. Seandainya aku yang menjadi kalian, aku pasti akan sangat malu. Karena aku bisa mencari lawan yang seimbang, tapi malah memilih lawan yang lemah"
Kata Rahul santai dan tegas, membalas segala bentuk kata-kata hinaan yang mereka lontarkan terhadapnya. Ucapan yang dilontarkan Rahul berhasil memancing emosi Amar.
"Benar-benar cari perkara ini orang Bro. Udah, sikat aja mending" Thoriq kembali memprovokasi, yang membuat rahang Amar semakin mengeras dengan mata melotot.
"Besar juga nyalimu ternyata ya" Amar melayangkan tinjunya kewajah Rahul. Membuat pria itu terhuyung kebelakang dengan sudut bibirnya yang robek dan berdarah.
"Rahul!!" pekik Zahra kalut.
Belum puas, Amar kembali hendak menyerang Rahul. Namun diluar dugaan, telinga pria itu ternyata memiliki ketajaman dalam mendengar pergerakan Amar yang hendak memukulnya. Hingga dia tak tinggal diam. Dengan gerakan cepat, Rahul mengangkat dan melayangkan tongkatnya kewajah Amar. Alhasil, darah segar keluar mengalir dari hidung lelaki itu.
Zacky dan Thoriq pun tak tinggal diam. Keduanya berlari kearah Rahul, hendak menyerang lelaki itu juga. Namun sama halnya dengan Amar, serangan mereka pun berhasil ditangkis Rahul dengan mengangkat tongkatnya menghantam wajah dan perut kedua pria itu.
Melihat kedua temannya yang juga mendapatkan serangan balik dari Rahul, Amar langsung membantu mereka dengan mengangkat kakinya kearah Rahul. Hendak memberikan tendangan keras kepada lelaki itu.
"Rahul awas!!" Teriak Zahra dengan raut wajah penuh kecemasan. Gadis itu tampak tidak tenang berdiri, menjadi saksi pertarungan tidak seimbang itu.
Namun kecemasan Zahra tidak terbukti. Karena lagi-lagi Rahul dapat menangkis serangan Amar. Bahkan, dia yang berhasil memberikan tendangan keras keperut pria itu.
Zacky dan Thoriq juga masih belum menyerah. Keduanya kembali hendak menyerang Rahul dari belakang, saat lelaki itu tengah sibuk meladeni serangan Amar dari depan.
"Rahul dibelakangmu!!" Zahra kembali berteriak. Dan berhasil membuat Rahul sadar, akan keberadaan duo sahabat itu yang hendak menyerangnya dari belakang. Dengan cepat Rahul berbalik dan kembali menangkis, dan memberikan serangan balik kepada mereka.
Pertarungan tak seimbang antara tiga lawan satu itu terus berlanjut. Luar biasanya, dengan keterbatasan penglihatan dan hanya mengandalkan ketajaman indra pendengarannya saja, Rahul dapat menyeimbangi serangan dan pukulan ketiga lelaki itu.
Kendatian demikian, Zahra tak serta merta dapat bernafas dengan lega. Meski dia menyaksikan sendiri bahwa Rahul mampu menghadapi mereka, namun tetap saja, pria itu memiliki keterbatasan dalam melihat. Trio berandal itu bisa saja mencuranginya, karena Zahra tau betul sifat culas mereka. Sebelum itu terjadi, maka dia harus cepat bertindak.
"Tolong! tolong!! ada perampok! tolong! tolong!!" teriakan Zahra berhasil mengundang perhatian dari orang-orang yang lewat dijalan, maupun yang berada didalam area persawahan.
Mereka semua langsung berlari berbondong-bondong kearah sumber keributan itu. Zahra terus menjerit minta tolong tanpa henti.
"Kurang ajar!!" Amar mulai menyadari akan kehadiran orang-orang kampung, yang sedang menuju ketempat mereka akibat teriakan Zahra.
Pertarungan sengit itupun akhirnya terjeda karena itu.
"Udah Bro, lari aja yuk. Aku tidak mau dipukuli warga sekampung" Ajak Thoriq.
"Iya benar tuh. Udah ayo" timpal Zacky yang ikut merasa cemas, jika sampai harus menjadi bulan-bulanan warga. Mau tak mau, mereka bertiga pun akhirnya meninggalkan tempat itu, lantaran tak ada pilihan lain.
"Kalian baik-baik saja?" tanya salah seorang warga kala sudah sampai ditempat itu.
"Iya Pak, kami baik-baik saja. Terima kasih" jawab Zahra cepat.
"Kurang asam itu siAmar cs. Selalu aja bikin onar" rutuk salah seorang petani yang sepertinya sudah cukup hafal, tabiat Amar dan genknya.
"Yang penting kalian tidak kenapa-napa. Tenang aja, nanti kami bilang Pak RT. Biar ditindak tegas mereka" timpal warga lainnya.
"Terima kasih Pak" kata Rahul.
***********
"Awww! awww!!" Rahul meringis kesakitan kala Zahra mengusap dan menekan pelan bagian ujung bibirnya yang terluka dengan sapu tangan.
"Sakit ya" tanya Zahra lembut. Merasa prihatin dengan keadaan lelaki itu.
"Pakai nanya lagi. Yang namanya orang dipukul, ya pasti sakitlah" Rahul nyolot.
Jawaban Rahul membuat raut wajah Zahra menjadi masam. Hingga sapu tangan yang sedang digunakannya untuk mengobati luka Rahul dia tekan dengan kuat. Membuat Rahul sampai mengaduh kesakitan.
"Aaww! aaww!! Astaga, ternyata kamu sama saja ya, dengan ketiga temanmu itu. Sama-sama bar-bar"
"Apa katamu?" Zahra kembali menekan sapu tangan itu pada luka diwajah Rahul. Kali ini lebih kuat dari sebelumnya.
"Aaww!aaww! iya ya, ampun-ampun. Sakit" mau tidak mau Rahul terpaksa mengalah, karena wanita itu benar-benar menggunakan tenaga ekstra menyiksanya.
"Makanya, jangan mulai. Enak aja menyebut ketiga lelaki brengsek itu temanku" sungut Zahra.
"Memangnya salah? Kan mereka teman-teman sekampungmu"
"Tapi mereka bukan temanku. Oh ya, bicara soal Amar cs, aku tidak menyangka, kalau kamu melawan mereka bertiga. Padahal kamu tidak bisa melihat. Tapi mampu menyeimbangi serangan mereka. Hebat kamu ya" Zahra tersenyum kagum.
"Aku juga tidak menyangka, kalau aku bisa melawan mereka semua. Mungkin reflek aja, saking geramnya dengan tindakan tidak senonoh yang mereka lakukan terhadapmu"
"Oh..... jadi kamu sangat khawatir padaku ya?" Zahra tersenyum menggoda.
"Lih, GR banget"
"He em?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments