"Entah kenapa aku melihat dahan ini sangat bagus. Kak Mahes, simpan ini sebagai kenang-kenangan. Jangan dibuang. Jangan dianggap ranting biasa. Ini adalah kayu yang bagus."
Akhza membuka lebar mulutnya. Melongo. Alis sebelah Akhza berkedut melihat tingkah konyol murid satu-satunya ini. Hanya dahan seperti itu? Bukankah di sisi jalan banyak sekali pohon?
"Baiklah, aku akan menyimpannya." Tersenyum. Diselipkan baju itu di antara sabuk. Lalu ia melambai tangan. Pergi berlalu bagai angin.
"Kala, Kala, Kala. Sepertinya kau belum pernah menghadiahkan seorang gadis."
"Itu kayu bagus, Guru." Menggerutu sebal, Kala menendang batu kecil di dekatnya.
Akhza tertawa pelan. Benar kata orang. Dunia begitu luas, begitu banyak sikap orang yang beda. Tapi itulah yang unik.
Kala memakai cincin berwarna hijau muda pemberian Maheswari. Terkejut dibuatnya. Yang diberikan oleh Maheswari adalah cincin interspatial. Cincin ini cukup berharga, sangat berharga bagi Kala. Harganya mahal. Di dalam cincin itu ada berbagai pil penyembuh dan pil yang meningkatkan praktik. Cincin interspatial adalah cincin yang memiliki ruang di dalamnya. Cincin yang hanya bisa diakses oleh pranor. Ruang di dalam cincin interspatial cukup luas tergantung kualitasnya. Ruang cincin ini juga terbebas dari ruang waktu, tapi makhluk bernyawa tidak bisa masuk ke dalam sana.
Bahkan benda terkecil sekalipun harus dipastikan tidak ada semut, atau tak akan pernah bisa masuk.
Cincin yang diberikan Mahes kepada Kala memiliki tingkat rendah, tingkat ini memiliki ruang sebesar gubuknya di kaki Loro Kembar. Kala bisa memasukkan barang-barangnya ke cincin ini, daripada membawa tas yang berat lebih baik membawa cincin yang bisa diselipkan pada jari. Ringan pula.
Kala tersenyum terus menerus, membuat Akhza tak tahan lalu menjitak kepala Kala.
"Aduh!"
"Senang-senang sekali kau, sayang sekali cincin itu ditukar dengan kayu kering. Terkutuklah Loro Kembar!" Akhza menyumpah. "Tak ada waktu senang-senang, kita harus pergi."
"Mau ke mana, Guru?"
"Ke kediamanmu, Gunung Loro Kembar. Kita akan membangun gubuk di salah satu puncaknya."
"Lah, seharusnya kita tidak perlu jauh-jauh ke sini, Guru. Bukankah ini membuat jarak lebih jauh ketimbang dari kota itu?"
"Kau tidak mau Kak Mahes-mu itu mati diserang di jalan, 'kan?"
Mata Kala membeliak. Baru sadar.
"Mengapa kita tidak menemaninya lebih jauh, Guru?! Dia akan berbahaya di sana! Aku akan menyusulnya kalau Guru tak mau!"
"Berbahaya lututmu!" Satu jitakan kembali mendarat di kepala Kala. "Sudah! Mari kita ke Loro Kembar!" Meraih tangan Kala. "Oh, ya. Kita harus cepat mencapai gunung itu dengan kecepatan penuh."
"Sungguh?" Kala mengumpat dalam hati.
Jauh antara sini dan Gunung Loro Kembar sangat jauh, bagaimana ia bisa menikmati perjalanan panjang ini? Belum sempat Kala protes lebih jauh, Akhza sudah menarik Kala menuju Gunung Loro Kembar untuk berlatih.
Setelah ini tidak akan ada masa senang-senang untuk Kala.
***
Setelah bertahun-tahun sejak Gunung Loro Kembar diselimuti kabut abadi, tak satu pun manusia lain yang berani masuk ke kawasan. Bahkan gunung ini sudah dicap sebagai gunung keramat. Semuanya dilarang ke sana, jika tak mau mendapat kesialan. Jalan-jalan ke gunung besar itu mulai ditumbuhi semak belukar lagi. Hewan-hewan bisa hidup makmur walau diselimuti kabut. Jamur tumbuh di mana-mana tanpa ada yang memetiknya. Kayu-kayu juga timpah ruah tanpa ada pencari kayu bakar.
Di atas tanah puncak Loro Kembar. Kabut abadi sebagai selimut dingin. Angin-angin pemain suling. Pohon-pohon menyanyikan nyanyian kuno.
Seorang pria tua tengah berduduk sila. Tenang. Memberi ajaran lisan pada seorang pemuda di depannya. Pemuda itu gagah, ia sedang melakukan gerakan-gerakan silat di bawah arahan si pria tua.
"Bagus, seperti itu!" Orang tua itu menasihati. "Bagus, Kala. Kau memang bisa diandalkan." Memukul pakai tongkatnya ke tanah. "Tapi yang itu salah, jangan pernah berada di atas angin hanya dengan pujian. Akhiri latihan ini, hasilmu sudah melebihi harapanku. Tinggal sikap baikmu yang harus diperbaiki."
Seorang pemuda gagah berkulit kuning langsat itu mengangguk lalu bersila di atas batu, tepat di depan gurunya. Keringatnya mengucur membasahi otot-ototnya. Wajah terlihat serius. Dadanya naik-turun cepat.
Saat ini Kala sudah menginjak usia tujuhbelas tahun. Selama tahun-tahun terakhir, Kala tidak pernah turun dari puncak Gunung Loro Kembar. Akhza terus menempa Kala menjadi sangat kuat, tapi tingkat praktiknya masih berada di Pondasi Prana, memang seperti itu harapannya.
"Kala, apa kautahu mengapa aku tidak memperbolehkan dirimu membentuk kristal cepat-cepat?"
Setelah tingkat Pondasi Prana, ada tingkat yang bernama Alam Kristal Spirit, tetapi Kala dilarang membentuk kristal untuk naik ke tingkat selanjutnya.
Pada Pondasi Prana, seniman akan mengumpulkan Prana untuk membentuk Kristal Spirit dalam dirinya. Pondasi Prana memiliki sepuluh tangga, pada setiap tangga seni menentukan kristal yang dapat dibentuk.
Dari tangga satu sampai tangga tiga, seniman dapat membentuk Kristal Batu. Kristal Batu ini hanyalah sebuah nama, pada rupanya bentuk kristal ini hanyalah permata hitam tembus pandang yang terletak di sebelah jantung. Ukuran kristal ini lebih sedikit kecil dari kuku jari kelingking.
Dari tangga tiga sampai tangga tujuh dapat membentuk Kristal Bumi.
Tidak sedikit seniman yang hanya mencapai di sini. Disebabkan tekanan dari perguruan mereka yang butuh pranor di Alam Kristal Spirit atau karena mereka tidak bisa mencapai tingkat lebih jauh, sehingga memilih membentuk Kristal Bumi agar dapat melanjutkan praktik.
Sedangkan dari tangga tujuh sampai tangga sepuluh, seniman dapat membentuk sebuah kristal terkuat dan tertinggi di Alam Kristal Spirit, yaitu Kristal Langit. Sangat sedikit yang bisa mencapai tingkat praktik ini.
Di pulau Jawa, sudah terjadi lima tanda-tanda kemunculan pranor Kristal Langit. Kala adalah seorang Kesatria Garuda, ia diberi kemudahan oleh semesta dalam menaikkan praktik. Seseorang akan mustahil mencapai tingkat yang Kala injak saat ini dengan masa latihan hanya beberapa tahun saja. Tingkat Kala adalah Pondasi Prana tangga enam. Kala sebenarnya sudah bisa membentuk Kristal Bumi dan punya kekuatan lebih. Akhza menahannya.
Kala menjawab, "Karena Guru ingin aku membentuk Kristal Langit?"
Akhza menggeleng pelan. "Bukan itu. Andai kautahu, sebenarnya seorang pranor bisa mencapai tangga lebih dari sepuluh. Ini sebuah rahasia alam semesta yang hampir tidak ada orang yang mengetahui, mungkin hanya aku. Dan sekarang kau."
Kala menelan keterkejutannya. "Apa ada tangga kesebelas?"
"Kemungkinan lebih dari tangga kelimabelas."
"Lalu aku harus buat apa, Guru?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Haniv Anwar
harus berlatih sabar ikhlas dll
2022-11-15
2
udin_seblak
🙏👍
2022-10-20
0
@🌹 Sekar Rinjani🌴✨
Kala itu polos2 ngeselin 🤣🤣🤣
2022-10-05
2