Kala kembali naik ke atas kasurnya. Namun, sama sekali tidak menyentuh hidangan. Walau yang tersaji terlihat begitu melezatkan, dan kebetulan dirinya belum sempat makan banyak selama beberapa hari terakhir, tetapi Kala masih merasa tidak enak untuk memakannya.
"Tunggu apa lagi? Dimakan, tidak perlu malu-malu seperti wanita di malam pertama." Akhza tertawa lepas.
Candaan Akhza sebenarnya sedikit tidak pantas dengan penampilannya yang mirip dengan seniman bela diri sepuh yang bijak.
Tetapi biarlah, Kala masih belum sepenuhnya mengerti sifat dari para seniman bela diri yang biasanya berumur panjang jadi ia membalas candaan itu dengan tawa canggung sebelum mulai melahap paha ayam bakar tanpa sungkan lagi.
Mata Kala membeliak seketika itu pula. Sejenak ia berpikir, ini daging ayam atau apa?
Sangat enak! Rasa bumbu meresap sampai ke dalam daging. Bahkan Kala merasa, tulangnya pun masih enak dimakan. Bagian luar renyah dan di bagian dalam sangat lembut. Tentu saja ini menjadi ayam terenak yang pernah Kala makan hingga saat ini.
"Nah, sekarang aku ceritakan ...."
Akhza bercerita tentang petualangannya ketika Kala masih termangu di tempatnya, panjang lebar dan jelas ceriteranya.
Sebenarnya, jarang sekali seorang Akhza berbicara sebanyak itu untuk urusan remeh-temeh, bahkan tak jarang dirinya sama sekali tak mengucap sepatah kata dalam sehari. Jika pun berbicara, itu hanya akan membahasa strategi dan bela diri. Sebatas itu.
Namun Akhza merasa bahwa dirinya telah selesai dari dunia persilatan. Terlebih lagi, Kala bukanlah anak biasa. Dia memiliki kepentingan dengan bocah itu. Teramat sangat penting. Untuk itulah Akhza sudi menggerakkan mulut dan lidahnya lebih lama lagi.
Kala sendiri semakin akrab dengan pria tua itu, walau penceritaan Akhza masih sulit dipercaya olehnya.
Benar dugaan Kala sebelumnya, Akhza adalah seniman bela diri. Hebatnya lagi—menurut penuturannya—Akhza adalah seniman bela diri terkuat kedua di tanah Jawa. Selebihnya, pria tua itu tidak mau bersombong.
Langit sudah menjingga. Kala tidak bosan dengan hal apa saja yang Akhza ceritakan. Selalu ada yang menarik dalam kisahnya. Saat Akhza sampai pada bagian pilu, maka Kala ikut merasakan hal yang sama, begitu juga sebaliknya jika Akhza menceritakan bagian yang menyenangkan. Tetapi rerata kisah hidup Akhza selalulah pilu.
Kala jadi tahu tentang perjalanan Akhza dan Satrya dengan sangat merinci, seolah ia sendiri yang mengalami perjalanan panjang itu. Ia juga mulai memahami beberapa hal baru di Nusantara yang belum ia ketahui sebelumnya.
Kala mengetahui bahwa manusia bisa memperpanjang umurnya dengan berlatih seni bela diri. Walau tidak dapat mencapai titik keabadian, tetapi itu sudah merupakan suatu hal yang sangat luar biasa bagi Kala.
Di dunia bela diri persilatan, terdapat dua aliran yang selalu berseteru sepanjang masa: aliran putih dan aliran hitam. Mereka menganggap bahwa ajarannyalah yang paling benar.
Di sini, Kala diberi sedikit pemahaman dari Akhza, bahwa aliran tidak bisa menjamin sifat pendekar-pendekar yang mengikutinya. Pengikut aliran putih belum tentu memiliki jiwa suci seperti yang diharapkan. Begitu juga dengan aliran hitam, belum tentu pengikutnya memiliki otak bulus seperti yang mereka banggakan. Maka dari itu, terciptalah aliran tengah: di mana mereka tidak mendukung aliran mana pun.
Bahkan sampai di sini, Akhza mengumpat keras—sesuatu yang tidak ia ucapkan bertahun-tahun lamanya. Menurutnya semakin banyak aliran, maka akan menjadi semakin buruk.
"Dunia bela diri di Nusantara sudah seharusnya bersatu, bukan berpecah belah menjadi tiga aliran seperti ini." Akhza seakan berbicara pada dirinya sendiri. "Tolol betul!"
Masing-masing aliran itu terdapat banyak perguruan serta sekte yang memperkokoh alirannya. Setiap perguruan itu mempunyai kekuatan untuk mendukung kerajaan, dan kerajaan akan melindungi mereka.
Perguruan-perguruan ini menempati berbagai wilayah di bawah kuasa dari sebuah kerajaan. Di pulau Jawa sendiri, ada tiga kerajaan yang menempati setiap wilayah.
Daratan barat ditempati Kerajaan Geowedari. Di wilayah Geowedari inilah yang paling banyak menyimpan padepokan-padepokan kecil—kecuali Perguruan Angin Utara yang merupakan sebuah perguruan besar.
Di wilayah tengah Jawa ditempati Kerajaan Pandataran. Di sinilah tempatnya perguruan-perguruan besar aliran putih. Pendataran dan Geowedari mempunyai hubungan yang cukup bagus sebenarnya, tetapi semakin hari kian renggang.
Sedangkan untuk wilayah timur dihuni oleh Kerajaan Bulan Hitam. Bulan Hitam adalah kerajaan yang baru berdiri beberapa ratus tahun lalu, tetapi kekuatannya mendominasi seluruh pulau Jawa. Wilayah Bulan Hitam sendiri lebih luas daripada Pandataran dan Geowedari. Semua perguruan di Kerajaan Bulan Hitam adalah perguruan aliran hitam, sebab perguruan aliran putih dilarang keras berdiri di kerajaan itu.
Ada catatan lampau dari orang-orang tua bahwa dahulunya Bulan Hitam adalah wilayah yang sangat makmur. Namun, semuanya berakhir begitu perang berkecamuk. Sejarah tentang wilayah timur Jawa banyak yang sudah terhapuskan, atau lebih tepatnya di-hapuskan.
Di antara tiga kerajaan besar di pulau Jawa, hanya Bulan Hitam yang mempunyai hubungan erat dengan dataran di luar Jawa, bahkan di luar Nusantara. Armada laut Bulan Hitam terkenal dengan mesin panahnya yang luar biasa, sehingga disegani berbagai kerajaan di luar Jawa.
Akhza mulai menceritakan keanehan dan kengerian di daratan timur itu. Mulai dari kanibal, ritual pemanggil setan, penyewaan wanita dengan cara yang tidak biasa, teluh-teluh mematikan, dan banyak macamnya.
Kala sebenarnya ingin mengetahui lebih jauh tentang jalan seorang seniman bela diri, bukan malah mendengar hal mengerikan tentang Bulan Hitam. Namun apalah daya, ia tak berhak mengatur jalan cerita Akhza. Betapa pun, ia hanyalah pendengar yang menyimak ceritera dari peramu hikayat, maka Kala sama sekali tidak berhak mengatur.
Kala juga sudah diberi penjelasan atas semua keajaiban di hari itu. Di mana ketika gubuknya hancur serta kabut tebal menyelimuti Gunung Loro Kembar secara tidak wajar.
Akhza mengatakan bahwa dirinya sudah tak sadarkan selama tiga hari lamanya. Kala sedikit terkejut dan mulai mengerti mengapa perutnya terasa sangat lapar tadi.
Akhza pula menjelaskan bahwa gubuk kediaman Kala kemungkinan besar hancur karena pertarungan dirinya dan Satrya. Untuk hal ini Akhza meminta maaf. Kala dapat menerima permintaan maaf itu dengan hati terbuka, asalkan pria ini dapat memberinya rumah baru. Bukankah Akhza terlihat kaya raya dengan sesuka hati menyewa tabib, sesuka hati mengeluarkan makanan?
Setelah Kala tak sadarkan waktu itu, Akhza membawanya ke kota terdekat dari Gunung Loro Kembar. Akhza menyewa kamar di penginapan. Ia juga memanggil tabib kelana untuk mempercepat pemulihan Kala.
Akhza terdiam beberapa saat sebelum beranjak dari kasur dan membuka jendela. Ia memandang ke luar dengan tatapan setengah kosong, lalu menghela napas panjang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Abdus Salam Cotho
detil amat kakak thor, pasti bakal lama dan detil banget ini belajar jadi pendekar, hmmm...
2022-10-10
2
@🌹 Sekar Rinjani🌴✨
kira2 bagaimana kelanjutannya ya?
2022-10-05
0
Zoid Yudi Wibowo
bukanya yg pertama terkuat yg ke2 si satrya
2022-09-29
3