Cerita Dunia Persilatan

"Pastilah bubur yang kau pesan kelewat enak sampai lidahmu tidak terbiasa."

Maheswari menutup mulutnya dengan lengan dan tertawa juga. Akhza menyodorkan Kala salah satu hidangan yang dipesan olehnya. Kala menolaknya, namun Akhza membuat pernyataan.

"Aku sengaja memesan ini untukmu, aku tahu kau pasti tidak akan bisa makan bubur tanah itu. Ini adalah Kepiting Perusak, rasanya jauh lebih enak ketimbang bubur itu."

Kala tidak melihat hidangan di mangkuk ini mempunyai bentuk seperti kepiting.

Yang berada di mangkuk hanyalah potongan daging yang mirip dengan potongan daging ikan, yang mana warnanya putih cerah dan memiliki permukaan yang lebih rapuh ketimbang daging lainnya. Akhza melihat kebingungan Kala dari kerutan pada dahinya.

"Ini bukanlah kepiting biasa, melainkan kepiting perusak. Kepiting perusak adalah hewan besar yang mempunyai tinggi delapan tombak dan biasanya mempunyai panjang lima belas tombak, namun itu tergantung usia dan jenis kelaminnya. Kepiting seperti ini, di dalam dagingnya selalu mengandung Prana yang bermanfaat bagi perkembangan seniman."

Kala merasa jawaban itu tidak menjawab seluruh pertanyaan di dalam benaknya, maka kembali ia bertanya, "Mengapa disebut 'perusak'?"

Akhza kemudian menjelaskan, "Hewan perusak adalah hewan yang memiliki Prana. Namun, tidak memiliki akal. Rerata dari mereka memiliki otak seperti makhluk melata yang menyerang saat merasa terancam, membuat mereka disebut sebagai Hewan perusak. Memang mereka mampu mengendalikan Prana, namun jumlah Prana yang mereka tampung ada batasnya. Terkadang hewan perusak menembus tingkatan dan menjadi lebih tinggi kapasitas Prana-nya. Hewan perusak yang berhasil menembus tingkat disebut hewan spirit.

"Hewan spirit ini yang memimpin hewan perusak. Hewan perusak yang menjelma menjadi hewan spirit akan dianugerahi akal pikiran sekelas hewan melahirkan dan menyusui." Akhza menarik napas.

"Maheswari, kau lanjutkan!"

"Aku?"

"Ya! Kamu."

Maheswari mengangguk lalu menatap Kala dengan matanya yang indah, dan menjelaskan, "Hewan spirit biasanya membentuk suatu kelompok. Pemimpin kelompok hanya satu hewan spirit. Sering terjadi perebutan kekuasaan. Biasanya ada yang bisa berbahasa manusia untuk hewan spirit yang kepintarannya di atas rerata. Dan yang kamu makan sekarang ini adalah hewan perusak yang mengandung Prana di dagingnya, ini berkhasiat bagi pranor untuk meningkatkan praktiknya."

"Pranor? Prana?" Sepertinya Kala lupa ini.

Akhza dan Maheswari sama-sama menepuk jidatnya.

Akhza yang menjelaskan, "Prana adalah sebuah energi yang bisa membuatmu jadi kuat dan memiliki kekuatan sakti. Prana bisa juga memperpanjang usiamu. Energi Prana ada di sekelilingmu. Pranor adalah manusia yang memilih jalur bela diri sebagai hidupnya. Dengan kata lain, ia adalah seniman bela diri. Dahulu istilah pranor dibuat karena istilah seniman bela diri dan seniman karya hampir sama. Namun lambat laun, penggunaan kata pranor berkurang. Saat menjadi pranor maka ia bisa mengisi tubuhnya dengan Prana. Untuk tingkatan pranor sendiri aku sudah jelaskan sebelumnya, kan?"

Kala mengangguk. "Mengapa disebut pranor?"

Akhza dan Maheswari turut bingung seperti halnya Kala. Mengapa disebut pranor? Apakah karena Prana? Apakah itu aneh untuk diucap dan didengar?

"Ah, Kala. Untuk soal itu aku tidak bisa menjawabnya," kata Maheswari.

"Sama denganku, sampai sekarang pun tidak ada yang tahu siapa yang mencetuskan nama pranor."

"Kalau begitu." Kala memalingkan pandangan ke Maheswari. "Apa itu praktik?"

Maheswari menjawab, "Praktik adalah tingkatan."

Kala mengangguk pelan tanda mengerti.

Mereka melanjutkan makan, setelah dirasa Kala sudah mengerti dan tidak akan bertanya lagi. Kala memotong daging kepiting dengan garpu dan sendok, ia tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga sebab tekstur daging itu begitu lembut. Kala mengetahui bahwa semua daging di mangkuk ini hanya berupa potongan dari daging satu kepiting perusak yang sangat banyak.

Mata Kala tersibak! Rasa daging menyeruak di mulutnya.

Rasa ini!

Ini adalah rasa terbaik yang pernah Kala cicipi selama hidupnya. Rasanya seperti kepiting biasa, lebih gurih dan sedikit manis, memakannya juga membuat tubuh segar sekaligus bertenaga padahal dirinya bukanlah pranor.

"Makanan apa ini? Ini ... tidak pernah aku rasakan kenikmatan sejati seperti ini." Kala terbata-bata setengah berseru. "Aku juga merasakan tubuhku bertenaga padahal aku bukan pranor. Apakah ini memberikan efek juga kepada manusia biasa?"

Akhza menjitak kepalanya sendiri, reaksinya seperti seseorang yang melupakan atau melewatkan sesuatu. Akhza berkali-kali mengumpati dirinya sendiri.

Sedangkan Maheswari, ia menatap Kala dengan bingung dan terkejut.

"Seharusnya tidak bisa merasakannya, kecuali kau memiliki Pran—"

Bum!

Muncul suara ledakan dari tubuh Kala. Semua yang berada di lantai tiga dan dua terkejut. Bagaimana dengan Kala? Tekerkejutannya melebihi semua orang.

Kala tiba-tiba basah oleh keringat lengket. Kala panik saat menyadari ini bukan keringat biasa, ini keringat hitam!

Apa pun yang hitam, keluar dari tubuh, lengket: itu berbahaya!

"KALA, IKUT AKU!" Akhza menarik tangan Kala dan meloncat ke luar restoran dari jendela.

Lompat dari ketinggian lantai enam membuat Kala menjerit dengan lengkingnya. Mereka dengan cepat menghampiri tanah, Kala menutup mata.

Akhza dengan lihai menggunakan ilmu meringankan tubuh, kakinya menyentuh tanah ibarat menginjak kapas. Akhza menangkap Kala dan dengan begitu mereka selamat tanpa cidera sama sekali. Kala membuka mata. Beberapa kali ia mengerjap matanya berharap ini bukanlah surga apalagi neraka. Ia meraba-raba tubuhnya, setelah itu ia bernapas lega.

"Ayo, Kala. Kita tidak punya banyak waktu." Belum sempat bernapas lebih banyak, Kala ditarik oleh Akhza dan meninggalkan restoran ke arah hutan dengan kecepatan luar biasa.

Maheswari sedari tadi berdiri, ia menghela napas panjang saat Akhza dan Kala pergi tanpa terlihat. Berpikir tidak akan dibayar.

Tidak ada alasan lagi untuk Maheswari tetap di sini, ia berkemas dan pergi.

Baru saja ingin menuruni tangga, Maheswari sudah mendapat serangan kejutan dari belakang.

***

Kala bagaikan sepotong kain saat dibawa lari oleh Akhza, tubuhnya berkibar-kibar laksana sebuah bendera.

Tangan kanannya terus dipegang Akhza. Kala menghantam udara dingin malam, itu memberi efek seperti angin yang menerpa kencang dirinya. Seharusnya angin lembap dingin itu memberi sensasi menyejukkan, tapi Kala malah mencucurkan keringat deras. Jubahnya basah kuyup oleh air. Semakin lama maka semakin banyak keringat yang mengucur. Lebih khawatitnya lagi, ini adalah keringat hitam yang tadi itu!

Ia merasa tetesan keringatnya lepas terbang bebas dari sandalnya yang ikutan basah. Mereka memasuki hutan cukup dalam. Akhza mengurangi kecepatannya lalu berhenti di pinggiran sungai besar.

Kala merasa kepalanya pusing tujuh keliling, sungguh cepat tadi Akhza membawanya.

Walaupun sinar putih rembulan sebagai penerang yang remang, namun itu belum cukup bagi Akhza. Ia memunculkan obor panjang, yang tiba-tiba menyala dengan api kuningnya. Akhza kemudian menancapkan obor itu ke tanah, ini cukup menerangi sekitar mereka berikut dengan air sungainya. Akhza melihat sekitar, lalu berbicara pada Kala.

"Kala, cepat masuk sungai. Mandi!"

Terpopuler

Comments

Lalu Ell Leo

Lalu Ell Leo

g heran yg like sedikit

2023-01-15

0

Alfi Ghaf

Alfi Ghaf

keterkejutannnya

2022-12-19

0

🍭ͪ ͩ𝓚ˢᵍⁿAnny1 😘

🍭ͪ ͩ𝓚ˢᵍⁿAnny1 😘

ada apa dengan kala yah 🤭🤭🤭🤭🤭

2022-10-27

1

lihat semua
Episodes
1 Gunung Loro Kembar
2 prawacana
3 Pemandangan di Tengah Sungai
4 Meninggalkan Desa
5 Semuanya Berlalu dengan Begitu Cepat
6 Kala Piningit, Bocah Gunung
7 Orang Tua dalam Kubangan
8 Mata Itu!
9 Gadis Tercatik yang Pernah Dilihatnya
10 Namanya Kelana Maheswari
11 Cerita Tentang Akhza
12 Mata Keemasan
13 Makanan yang Harganya Sangat Mahal
14 Perut yang Berbunyi
15 Cerita Dunia Persilatan
16 Menjadi Pendekar
17 Dari Pertarungan Itu, Tidak Ada yang Hidup
18 Maheswari Diserang!
19 Cincin Spatial Sebagai Kenang-Kenangan
20 Berlatih di Gunung Loro Kembar
21 Hidupnya Tidak Akan Lama Lagi
22 Meninggalkan Bukanlah Perkara Mudah
23 Turun Gunung
24 Pertempuran Pertama Kala
25 Pertempuran Usai
26 Bertemu Maheswari
27 Mencari Kedai di Larut Malam
28 Mencari Kedai di Larut Malam
29 Nenek Tua yang Aneh
30 Nenek Tua yang Aneh
31 Perubahan Sikap Si Nenek
32 Dua Pendekar dari Perguruan Harimau Besi
33 Garuda!
34 Elang Api
35 Penyelamatan Maheswari
36 Kenaifan
37 Mengalahkan
38 Menghancurkan Padepokan Harimau Besi
39 Sukses Berkencan?
40 Mengungkapkan pada Yudistira
41 Pengepungan Kota
42 Pertempuran Kembali Pecah!
43 Hujan Panah
44 Rasa Bersalah yang Luar Biasa
45 Kelinci Percobaan
46 Kala Menangis
47 Masakan Maheswari
48 Cara Wanita Makan
49 Hawa Pembunuh
50 Mahesa
51 Tenda Medis
52 Penderitaan di Malam Hari
53 Suhu yang Teramat Dingin
54 Kecupan Sebagai Izin
55 Bergabung dengan Pasukan Telik Sandi
56 Bersiap
57 Terang-Terangan kepada Panji
58 Aku Punya Beberapa Tuak
59 Penyerangan yang Gagal!
60 Tertangkap
61 Penawaran yang Ditolak Mentah-Mentah
62 Firasat Buruk
63 Pengkhianatan
64 Titik Balik
65 Membantu Orang-Orang Desa
66 Bertarung dengan Ayam
67 Berhadapan Dengan 10 Anggota Caping Bulan Hitam
68 Gadis Penguntit
69 Menolak Bantuan
70 Danau
71 Kembali Berburu
72 Seperti Itulah Saudara
73 Aku Tidak Berniat Memiliki Istri
74 Guci Prana
75 Bantuan Tak Terduga
76 Pergi dari Desa Bersama Kaia
77 Membersihkan Diri di Air Terjun
78 Kaia Mulai Bercerita
79 Bangsawan Tirto
80 Meninggalkan Bangsawan Tirto
81 Makan Dagingnya, Atau Kau Tidak Akan Dapat Energi
82 Aura Pembunuh yang Pekat
83 Pertarungan yang Tidak Imbang
84 Pelajaran Tentang Dunia Persilatan
85 Terungkapnya Rahasia
86 Minum Bersama
87 Gadis Kecil Tidak Minum Tuak
88 Meninggalkan Penginapan Progo
89 Sampai di Kota
90 Perlakuan Buruk
91 Kaia Terkena Masalah
92 Mematahkan Tangan Anak Tumenggung
93 Pembunuh Bayaran
94 Menyelamatkan Kaia
95 Unjuk Rasa
96 Berburu
97 Memanfaatkan Kekuatan Warga
98 Mengunjungi Kedai Makan
99 Serangan dari Tabib
100 Memasuki Alam Lain
101 Kristal Angkasa
102 Pencak Silat - Arc 1 Selesai
103 Kaia Menjadi Pranor
104 Serangan dari Kastel Kristal Es
105 Bertemu Kembali dengan Walageni
106 Berjualan
107 Selayaknya Padi
108 Membeli Baju
109 Jodoh Pedang
110 Aku Akan Menemukan Obatnya!
111 Kedatangan Kastel Kristal Es
112 Kembali Tak Sadarkan Diri
113 Sepertinya Mereka Tidak Tahu Bahwa Dagingmu Sangat Dingin
114 Melatih Kaia
115 Serangan Hewan Siluman
116 Tugasku Adalah Melindungimu
117 Latihan yang Terlalu Berlebihan
118 Memasuki Zona Pertempuran Tanpa Sengaja
119 Pertempuran di Hutan Telu
120 Menghadapi Maheswari
121 Kembali Berpisah
122 Wasiat dari Aditya
123 Aku Bukan Buaya Darat!
124 Iblis yang Cantik
125 Latihan Keras di Tengah Hujan
126 Buaya Buntung
127 Rusaknya CIncin Interspatial
128 Gerak-Gerik Pandataran
129 Sekumpulan Orang Aneh yang Siap Mati Demi Tuak
130 Berperang Melindungi Kedai Minum
131 Jalur Pelarian Bawah Tanah
132 Persetan dengan Kematian
133 Kemarahan dalam Pertarungan
134 Ceritakan Aku Dongeng
135 Siluman yang Cantik
136 Teman Lama Akhza
137 Bayang-Bayang Makhluk Mengerikan; Kematian Mahanta
138 Masih dalam Pengejaran!
139 Berkunjung ke Perguruan Padepokan Emas
140 Berlatih di Hutan Akar Ireng
141 Latih Tanding
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Gunung Loro Kembar
2
prawacana
3
Pemandangan di Tengah Sungai
4
Meninggalkan Desa
5
Semuanya Berlalu dengan Begitu Cepat
6
Kala Piningit, Bocah Gunung
7
Orang Tua dalam Kubangan
8
Mata Itu!
9
Gadis Tercatik yang Pernah Dilihatnya
10
Namanya Kelana Maheswari
11
Cerita Tentang Akhza
12
Mata Keemasan
13
Makanan yang Harganya Sangat Mahal
14
Perut yang Berbunyi
15
Cerita Dunia Persilatan
16
Menjadi Pendekar
17
Dari Pertarungan Itu, Tidak Ada yang Hidup
18
Maheswari Diserang!
19
Cincin Spatial Sebagai Kenang-Kenangan
20
Berlatih di Gunung Loro Kembar
21
Hidupnya Tidak Akan Lama Lagi
22
Meninggalkan Bukanlah Perkara Mudah
23
Turun Gunung
24
Pertempuran Pertama Kala
25
Pertempuran Usai
26
Bertemu Maheswari
27
Mencari Kedai di Larut Malam
28
Mencari Kedai di Larut Malam
29
Nenek Tua yang Aneh
30
Nenek Tua yang Aneh
31
Perubahan Sikap Si Nenek
32
Dua Pendekar dari Perguruan Harimau Besi
33
Garuda!
34
Elang Api
35
Penyelamatan Maheswari
36
Kenaifan
37
Mengalahkan
38
Menghancurkan Padepokan Harimau Besi
39
Sukses Berkencan?
40
Mengungkapkan pada Yudistira
41
Pengepungan Kota
42
Pertempuran Kembali Pecah!
43
Hujan Panah
44
Rasa Bersalah yang Luar Biasa
45
Kelinci Percobaan
46
Kala Menangis
47
Masakan Maheswari
48
Cara Wanita Makan
49
Hawa Pembunuh
50
Mahesa
51
Tenda Medis
52
Penderitaan di Malam Hari
53
Suhu yang Teramat Dingin
54
Kecupan Sebagai Izin
55
Bergabung dengan Pasukan Telik Sandi
56
Bersiap
57
Terang-Terangan kepada Panji
58
Aku Punya Beberapa Tuak
59
Penyerangan yang Gagal!
60
Tertangkap
61
Penawaran yang Ditolak Mentah-Mentah
62
Firasat Buruk
63
Pengkhianatan
64
Titik Balik
65
Membantu Orang-Orang Desa
66
Bertarung dengan Ayam
67
Berhadapan Dengan 10 Anggota Caping Bulan Hitam
68
Gadis Penguntit
69
Menolak Bantuan
70
Danau
71
Kembali Berburu
72
Seperti Itulah Saudara
73
Aku Tidak Berniat Memiliki Istri
74
Guci Prana
75
Bantuan Tak Terduga
76
Pergi dari Desa Bersama Kaia
77
Membersihkan Diri di Air Terjun
78
Kaia Mulai Bercerita
79
Bangsawan Tirto
80
Meninggalkan Bangsawan Tirto
81
Makan Dagingnya, Atau Kau Tidak Akan Dapat Energi
82
Aura Pembunuh yang Pekat
83
Pertarungan yang Tidak Imbang
84
Pelajaran Tentang Dunia Persilatan
85
Terungkapnya Rahasia
86
Minum Bersama
87
Gadis Kecil Tidak Minum Tuak
88
Meninggalkan Penginapan Progo
89
Sampai di Kota
90
Perlakuan Buruk
91
Kaia Terkena Masalah
92
Mematahkan Tangan Anak Tumenggung
93
Pembunuh Bayaran
94
Menyelamatkan Kaia
95
Unjuk Rasa
96
Berburu
97
Memanfaatkan Kekuatan Warga
98
Mengunjungi Kedai Makan
99
Serangan dari Tabib
100
Memasuki Alam Lain
101
Kristal Angkasa
102
Pencak Silat - Arc 1 Selesai
103
Kaia Menjadi Pranor
104
Serangan dari Kastel Kristal Es
105
Bertemu Kembali dengan Walageni
106
Berjualan
107
Selayaknya Padi
108
Membeli Baju
109
Jodoh Pedang
110
Aku Akan Menemukan Obatnya!
111
Kedatangan Kastel Kristal Es
112
Kembali Tak Sadarkan Diri
113
Sepertinya Mereka Tidak Tahu Bahwa Dagingmu Sangat Dingin
114
Melatih Kaia
115
Serangan Hewan Siluman
116
Tugasku Adalah Melindungimu
117
Latihan yang Terlalu Berlebihan
118
Memasuki Zona Pertempuran Tanpa Sengaja
119
Pertempuran di Hutan Telu
120
Menghadapi Maheswari
121
Kembali Berpisah
122
Wasiat dari Aditya
123
Aku Bukan Buaya Darat!
124
Iblis yang Cantik
125
Latihan Keras di Tengah Hujan
126
Buaya Buntung
127
Rusaknya CIncin Interspatial
128
Gerak-Gerik Pandataran
129
Sekumpulan Orang Aneh yang Siap Mati Demi Tuak
130
Berperang Melindungi Kedai Minum
131
Jalur Pelarian Bawah Tanah
132
Persetan dengan Kematian
133
Kemarahan dalam Pertarungan
134
Ceritakan Aku Dongeng
135
Siluman yang Cantik
136
Teman Lama Akhza
137
Bayang-Bayang Makhluk Mengerikan; Kematian Mahanta
138
Masih dalam Pengejaran!
139
Berkunjung ke Perguruan Padepokan Emas
140
Berlatih di Hutan Akar Ireng
141
Latih Tanding

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!