"Malam-malam begini?!"
"Cepat atau itu akan berbahaya bagimu!"
Kala mengangguk, walau sebenarnya tidak yakin. Airnya seakan-akan menusuk kulit Kala. Berusaha menembus sampai tulang. Kala merinding hebat. Dingin sekali dan ia takut ada Kepiting Perusak di bawahnya.
"Aku menjagamu, tenang saja." Akhza menyorot seantero perairan sungai yang gelap.
Kala ingin membuka bajunya. Tak wajar jika bersih-bersih tubuh dengan baju dibuka. Tapi Akhza pasti akan melihatnya dan ia enggan melakukan itu. Walaupun sama-sama pria, tapi tetap saja malu.
"Mandi seperti biasanya, apakah kau mandi dengan baju melekat di tubuh?" protes Akhza.
"Ada Kakek. Tentu aku malu!"
"Kala, aku tidak sedang main-main. Ini mengancam nyawamu jika tidak serius!" Akhza berkata tegas. "Baju itu juga harus dibuang!"
Kala bergidik ngeri. Lekas-lekas ia membuka bajunya tanpa malu lagi. Bajunya dibuang ke sungai sesuai perintah Akhza. Lagian aku masih kecil, batin Kala.
"Gosokkan daun ini ke seluruh tubuhmu." Akhza melemparkan Kala dua buah daun selebar telapak tangan berwarna ungu. "Gosokkan ke SELURUH tubuhmu," ulangnya penuh penekanan.
Kala mengangguk. Melaksanakannya tanpa banyak tanya. Sifat keras kepala Kala enyah. Anak gunung macam dirinya tak tahu menahu soal dunia luar, alangkah tak baik jika sok tahu di sini. Bisa-bisa mati.
"Kala, aku yakin tidak ada hewan perusak di sini apalagi hewan spirit. Tak ada aura mereka di sini. Aku akan membelikanmu baju baru."
"Jangan tinggalkan aku!" Seandainya Kala tidak mengetahui tentang binatang perusak dan binatang spirit tadi, ia akan berani ditinggal sendirian. Namun, ia sudah terlanjur mengetahuinya. Di gunung sangat jarang kelihatan binatang yang diceritakan itu.
"Kau melihat sendiri kecepatan lariku. Aku akan kembali dengan cepat." Akhza mengeluarkan sebilah golok. "Jika terjadi sesuatu, gunakan golok ini. Pakai hanya saat situasi di hidup dan mati. Kau mengerti maksudku."
Dengan titah itu, Akhza pergi berlari dengan kekuatan penuh. Kala merinding ketakutan. Panca indera akan lebih tajam saat seseorang merasa takut. Kala sedang takut sampai ia merasa mendengar suara menyeramkan dari alam bawah sadar. Menenangkan diri. Didekatkan golok. Itu cukup memberikan rasa tenang.
Seniman tua itu kembali saat Kala selesai mandi. Akhza menyerahkan seperangkat pakaian untuknya beserta handuk. Kala meminta diberikan ruang; Akhza berbalik menatap penjuru lain.
Luar biasa. Pakaian ini sangat bagus dan menakjubkan. Ia diberikan baju berlengan panjang. Warna merah gelap. Celananya panjang, warna merah juga.
Jubah tipis berwarna hitam juga ia dapatkan. Jubah itu tanpa lengan. Lengan bajunya yang panjang. Jubah itu hanya mempunyai panjang sampai lutut saja. Sabuk menyertai, diikatkan bersama jubah. Penampilan Kala luar biasa!
"Sandalnya ketinggalan."
Sebuah sandal dengan alas yang kemudian diikat oleh tali-tali lilitan kulit kayu. Membentuk ikatan sedemikian rupa hingga membentuk sandal terbuka jika diikatkan di kaki. Selama di gunung, Kala jarang mencicipi alas kaki. Apalagi yang seperti ini.
"Kala duduk bersila di depanku." Akhza yang sudah duduk sila mengajak Kala untuk duduk juga. Kala menuruti.
"Pejamkan matamu. Buka Mata Garuda-mu," perintahnya.
Kala menutup mata. Kali ini butuh beberapa menit sampai ia merasa melayang. Kala membuka mata. Pandangannya jauh lebih jelas. Malam yang gelap terlihat menyenangkan di matanya sekarang. Ia bisa melihat dengan cukup terang jika ia memincingkan mata. Pantulan sinar matanya di bola mata Akhza.
"Kala, kau harus percaya ini. Kau sudah menjadi pranor dengan tingkatan Pengumpul Prana. Aku menyuruhmu mandi tadi. Ada alasannya. Saat seorang manusia biasa berubah menjadi seorang pranor atau disebut seniman bela diri, maka mereka akan mengeluarkan racun di dalam tubuh yang selama ini tidak keluar. Racun itu keluar melalui pori-pori berupa cairan hitam, racun ini sangat berbahaya jika tidak bersentuhan dengan air, dan air itu sebenarnya berbahaya juga jika sudah bersentuhan dengan racun. Tapi aku tak melihat sungai ini digunakan."
"Yang benar saja?!" teriak Kala, matanya seperti mau keluar. "Aku bahkan belum latihan?!"
"Aku juga tidak mengerti. Namun, kau adalah keajaiban Kesatria Garuda, hal ini seharusnya tidak mengejutkan. Kesatria Garuda memiliki hak istimewa." Akhza antusias. "Kau sudah mencapai puncak Pengumpul Prana, sedikit latihan lagi kau akan mencapai tingkatan Pondasi Prana."
"Hanya dengan memakan makanan yang mengandung Prana?!"
Akhza mengangguk. "Sudah saatnya aku bercerita tentang tugasmu." Lalu ia menghela napas panjang.
Kala membenarkan posisi duduk tanda antusias dengan yang dianggapnya dongeng itu.
"Keturunan Garuda atau yang disebut Kesatria Garuda hanya mendapatkan warisannya jika ada tugas yang harus diselesaikan. Aku sendiri tidak tahu pasti mengenai tugas itu, tapi sepertinya kau harus menyatukan Nusantara.
"Menyatukan Nusantara dalam artian menghentikan seluruh peperangan yang terjadi. Kau harus menciptakan rasa kekeluargaan sesama kerajaan di seluruh kerajaan, di bumi Nusantara. Tugas ini yang sebelumnya dilakukan oleh sang Garuda, jadi kemungkinan besar ini juga tugasmu mengingat kondisi Nusantara dipenuhi peperangan dan kebencian.
"Ya, walau sebenarnya ancaman serius datang dari kegelapan. Itu adalah kerajaan gila di barat seberang sana. Meskipun aku tak yakin."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
udin_seblak
🙏👍
2022-10-20
1
@🌹 Sekar Rinjani🌴✨
isi hatimu 💓💓💓💗💗
2022-10-05
2
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
next Kala... ntar aku lanjut lagi ya..🥰
2022-08-21
3