"Aih, aku lupa sesuatu." Akhza menepuk jidatnya.
Kala masih belum jadi murid resmi Akhza. Sebenarnya Kala tak pantas jadi pranor di bawah bimbingannya. Mungkin jasa Akhza bisa dibayar dengan Kala menjadi muridnya, begitu pikir Kala. Tapi ia keliru. Takdirnya mengharuskan ia memiliki seniman bela diri terkuat se-tanah Jawa sebagai gurunya.
"Sebelumnya aku tidak memiliki murid dan tidak ingin mempunyai murid. Namun, kita sudah berjodoh dan aku ditakdirkan menjadi gurumu, sepertinya begitu." Akhza tersenyum hangat. "Kala Piningit putra Jaka Piningit, mulai sekarang dan seterusnya menjadi murid Akhza Bagaskara. Akhza Bagaskara akan memenuhi kewajiban sebagai guru dan Kala Piningit akan memenuhi kewajibannya sebagai murid." Akhza berkata khidmat. "Sekarang ulangi itu."
"Kala Piningit putra Jaka Piningit, mulai sekarang dan seterusnya menjadi murid Akhza Bagaskara. Akhza Bagaskara akan memenuhi kewajiban sebagai guru dan Kala Piningit akan memenuhi kewajibannya sebagai murid."
"Kala, sekarang kau menjadi muridku yang sah, panggil aku 'guru' mulai detik ini." Akhza mengelus kepala Kala. "Janganlah engkau jadi murid durhaka, wahai muridku."
Kala merasa agak aneh. Walau sebenarnya ia senang. Dari ceritanya, orang tua ini adalah seniman terkuat di Jawa. Sangat menguntungkan jika jadi muridnya. Ia ingin melihat dunia luar. Jauh dari gunung, walau ia akan merindukan Loro Kembar. Kala bermimpi ingin jadi seniman bela diri yang selalu ada di setiap bencana. Melihat senyuman dari orang-orang yang ditolongnya. Melihat semua masalah teratasi. Dan tidak ingin terkenal, seperti nama belakangnya: Piningit.
"Guru ...." Kala memberi hormat terdalam.
Dari kejauhan terdengar suara ledakan keras mencacah kesunyian. Kala memincingkan mata. Tidak bisa melihat apa penyebabnya, lain dengan Akhza yang wajahnya mulai khawatir.
"Suara ledakan itu berasal dari arah Kedai Teratai!" seru Akhza, "Tabib Maheswari. Kita tinggalkan dia"!
Kala segera mempersiapkan dirinya untuk menjadi bendera yang berkibar lagi. Ini gawat.
"Kala ...."
"Ya. Aku siap, Guru." Kala berkata sungguh-sungguh, seperti seorang bocah yang terlalu cepat dewasa ia berkata, "Tabib Maheswari bisa dalam bahaya. Kita harus menolongnya secepat mungkin."
Siapa sangka bahwa Akhza akan berlari dua kali lebih cepat ketimbang tadi? Kala menggigit bibir bawahnya saat kakinya seperti ingin lepas.
***
Maheswari berhasil menahan serangan itu dengan serangan tapaknya. Meskipun berhasil menahannya, ia tetap terdorong. Berdebam dengan tembok.
"Tak kusangka ternyata dirimu cukup kuat." Berkata seorang wanita yang menyerang Maheswari. Itu kekasih lawannya.
"Apa yang kaulakukan?!"
"Menyerangmu tentunya ...."
"Aku salah apa?"
Si gadis mendengus kesal. "Masih bertanya? Dia kekasihku. Belahan hidupku. Urusannya adalah urusanku."
Selesai berkata, dia melancarkan serangan tapak. Maheswari melihat deru angin menujunya. Maheswari ikut menyerang. Kedua serbuan angin terus beradu sengit. Maheswari melihat serangan tapaknya jauh lebih lemah daripada kekuatan wanita itu. Lagi-lagi menubruk tembok. Kalah serangan. Terbatuk dan mengeluarkan darah.
Maheswari mengeluarkan pil penyembuh kemudian menelannya. Sebagai tabib, Maheswari mempunyai banyak pil yang bisa menyembuhkan luka bekas bertarung.
"Karni, biar aku yang meneruskannya. Aku ingin balas dendam sekalian untuk bahan latihan." Si pemuda berkata santai. Maheswari merah padam oleh amarah. Ingin saja langsung menyerang, tapi itu gegabah. Kekasihnya yang bernama Karni itu mundur mempersilakan, bibirnya menyunggingkan senyum memuakkan.
"Apa pun untukmu, Sayang," kata Karni.
Maheswari tidak mengetahui nama si pemuda. Karena Karni memanggilnya "Sayang", maka Maheswari memanggilnya demikian.
"Maju kemari, Sayang. Biarkan aku menunjukkan siapa bahan latihan sesungguhnya." Maheswari mengejeknya, Karni melotot murka mendengar hal itu.
"Setan alas! Berani sekali kau memanggilku begitu! Kau tahu siapa aku, hah?" seru si Sayang dengan dada yang naik-turun, "aku adalah putra dari ketua Kastel Hitam Es! Apa kamu masih bisa berkutik?!"
"Apalah arti nama Kastel Hitam Es." Maheswari mengeluarkan pedang biru. Cantik bak dewi. "Kalau Kastel Hitam itu kalah hitamnya dari bulu hidungmu."
"Lancang! Terima kematianmu!"
Sayang menyerang dengan sebilah keris emas pendek. Serangan itu merupakan serangan menusuk.
Maheswari menyambutnya, ia mengayunkan pedangnya dengan lembut secara mendatar. Serangan menusuk dari Sayang berantakan, ia harus melindungi kepalanya dari serangan jadi membuat serangannya menjadi serangan menepis.
Kedua logam beradu kuat. Percikan bunga api tercipta berikut juga gelombang kejutnya. Maheswari nyeri di tangan. Pedangnya bergetar sekaligus berdengung. Tapi ia mendapat untung.
Keris mewah Sayang putus menjadi dua.
"Keparat!"
Saat si Sayang ingin maju dengan tangan kosong, Karni menahannya agar tidak berbuat ceroboh.
Pedang Maheswari sanggup memotong keris Sayang yang cukup keras, apalagi memotong tangan Sayang? Apa Maheswari tidak seperti mengiris kertas?
"Biar aku yang menyerangnya." Karni menahan marah Sayang dengan mencubu. Maheswari serasa hanya patung di sana.
Karni menyuruh Sayang mundur sebelum menatap Maheswari dengan murka. Kecantikannya sedikit berkurang karena itu. Dalam hatinya, Maheswari berteriak keras, jelas wanita ini lebih kuat satu tingkat dibandingnya.
"Keris tadi adalah hadiah dari ayahku untuknya." Perlahan-lahan tangan Karni dipenuhi api. "Dan kau mematahkannya. Itu sebanding dengan patahan lehermu!"
Maheswari memasang kuda-kuda, pedang biru cantiknya sudah terhunus ke depan. Ia mengamati dalam diam. Diam-diam juga mengalirkan Prana jumlah besar ke pedang birunya. Karni lekas menyerang. Hentak kakinya seringan kapas. Tapi seperti didorong ribuan pria bersamaan.
Desis angin yang hanya ia dengar. Pandangannya panik. Hanya mata yang bisa bergerak untuk menjelajah.
Tanpa Maheswari sadari, Karni sudah berpindah ke belakang Maheswari dengan tinju yang siap menghantam keras leher Maheswari.
Maheswari menarik kaki kanannya. Terdengar desir angin tanda serangan dari belakang. Pedangnya ia ayunkan mendatar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Alfi Ghaf
mencumbu
2022-12-22
0
Alfi Ghaf
Kastil Hitam
2022-12-22
0
Haniv Anwar
sayang??
2022-11-15
2