Maheswari Diserang!

"Aih, aku lupa sesuatu." Akhza menepuk jidatnya.

Kala masih belum jadi murid resmi Akhza. Sebenarnya Kala tak pantas jadi pranor di bawah bimbingannya. Mungkin jasa Akhza bisa dibayar dengan Kala menjadi muridnya, begitu pikir Kala. Tapi ia keliru. Takdirnya mengharuskan ia memiliki seniman bela diri terkuat se-tanah Jawa sebagai gurunya.

"Sebelumnya aku tidak memiliki murid dan tidak ingin mempunyai murid. Namun, kita sudah berjodoh dan aku ditakdirkan menjadi gurumu, sepertinya begitu." Akhza tersenyum hangat. "Kala Piningit putra Jaka Piningit, mulai sekarang dan seterusnya menjadi murid Akhza Bagaskara. Akhza Bagaskara akan memenuhi kewajiban sebagai guru dan Kala Piningit akan memenuhi kewajibannya sebagai murid." Akhza berkata khidmat. "Sekarang ulangi itu."

"Kala Piningit putra Jaka Piningit, mulai sekarang dan seterusnya menjadi murid Akhza Bagaskara. Akhza Bagaskara akan memenuhi kewajiban sebagai guru dan Kala Piningit akan memenuhi kewajibannya sebagai murid."

"Kala, sekarang kau menjadi muridku yang sah, panggil aku 'guru' mulai detik ini." Akhza mengelus kepala Kala. "Janganlah engkau jadi murid durhaka, wahai muridku."

Kala merasa agak aneh. Walau sebenarnya ia senang. Dari ceritanya, orang tua ini adalah seniman terkuat di Jawa. Sangat menguntungkan jika jadi muridnya. Ia ingin melihat dunia luar. Jauh dari gunung, walau ia akan merindukan Loro Kembar. Kala bermimpi ingin jadi seniman bela diri yang selalu ada di setiap bencana. Melihat senyuman dari orang-orang yang ditolongnya. Melihat semua masalah teratasi. Dan tidak ingin terkenal, seperti nama belakangnya: Piningit.

"Guru ...." Kala memberi hormat terdalam.

Dari kejauhan terdengar suara ledakan keras mencacah kesunyian. Kala memincingkan mata. Tidak bisa melihat apa penyebabnya, lain dengan Akhza yang wajahnya mulai khawatir.

"Suara ledakan itu berasal dari arah Kedai Teratai!" seru Akhza, "Tabib Maheswari. Kita tinggalkan dia"!

Kala segera mempersiapkan dirinya untuk menjadi bendera yang berkibar lagi. Ini gawat.

"Kala ...."

"Ya. Aku siap, Guru." Kala berkata sungguh-sungguh, seperti seorang bocah yang terlalu cepat dewasa ia berkata, "Tabib Maheswari bisa dalam bahaya. Kita harus menolongnya secepat mungkin."

Siapa sangka bahwa Akhza akan berlari dua kali lebih cepat ketimbang tadi? Kala menggigit bibir bawahnya saat kakinya seperti ingin lepas.

***

Maheswari berhasil menahan serangan itu dengan serangan tapaknya. Meskipun berhasil menahannya, ia tetap terdorong. Berdebam dengan tembok.

"Tak kusangka ternyata dirimu cukup kuat." Berkata seorang wanita yang menyerang Maheswari. Itu kekasih lawannya.

"Apa yang kaulakukan?!"

"Menyerangmu tentunya ...."

"Aku salah apa?"

Si gadis mendengus kesal. "Masih bertanya? Dia kekasihku. Belahan hidupku. Urusannya adalah urusanku."

Selesai berkata, dia melancarkan serangan tapak. Maheswari melihat deru angin menujunya. Maheswari ikut menyerang. Kedua serbuan angin terus beradu sengit. Maheswari melihat serangan tapaknya jauh lebih lemah daripada kekuatan wanita itu. Lagi-lagi menubruk tembok. Kalah serangan. Terbatuk dan mengeluarkan darah.

Maheswari mengeluarkan pil penyembuh kemudian menelannya. Sebagai tabib, Maheswari mempunyai banyak pil yang bisa menyembuhkan luka bekas bertarung.

"Karni, biar aku yang meneruskannya. Aku ingin balas dendam sekalian untuk bahan latihan." Si pemuda berkata santai. Maheswari merah padam oleh amarah. Ingin saja langsung menyerang, tapi itu gegabah. Kekasihnya yang bernama Karni itu mundur mempersilakan, bibirnya menyunggingkan senyum memuakkan.

"Apa pun untukmu, Sayang," kata Karni.

Maheswari tidak mengetahui nama si pemuda. Karena Karni memanggilnya "Sayang", maka Maheswari memanggilnya demikian.

"Maju kemari, Sayang. Biarkan aku menunjukkan siapa bahan latihan sesungguhnya." Maheswari mengejeknya, Karni melotot murka mendengar hal itu.

"Setan alas! Berani sekali kau memanggilku begitu! Kau tahu siapa aku, hah?" seru si Sayang dengan dada yang naik-turun, "aku adalah putra dari ketua Kastel Hitam Es! Apa kamu masih bisa berkutik?!"

"Apalah arti nama Kastel Hitam Es." Maheswari mengeluarkan pedang biru. Cantik bak dewi. "Kalau Kastel Hitam itu kalah hitamnya dari bulu hidungmu."

"Lancang! Terima kematianmu!"

Sayang menyerang dengan sebilah keris emas pendek. Serangan itu merupakan serangan menusuk.

Maheswari menyambutnya, ia mengayunkan pedangnya dengan lembut secara mendatar. Serangan menusuk dari Sayang berantakan, ia harus melindungi kepalanya dari serangan jadi membuat serangannya menjadi serangan menepis.

Kedua logam beradu kuat. Percikan bunga api tercipta berikut juga gelombang kejutnya. Maheswari nyeri di tangan. Pedangnya bergetar sekaligus berdengung. Tapi ia mendapat untung.

Keris mewah Sayang putus menjadi dua.

"Keparat!"

Saat si Sayang ingin maju dengan tangan kosong, Karni menahannya agar tidak berbuat ceroboh.

Pedang Maheswari sanggup memotong keris Sayang yang cukup keras, apalagi memotong tangan Sayang? Apa Maheswari tidak seperti mengiris kertas?

"Biar aku yang menyerangnya." Karni menahan marah Sayang dengan mencubu. Maheswari serasa hanya patung di sana.

Karni menyuruh Sayang mundur sebelum menatap Maheswari dengan murka. Kecantikannya sedikit berkurang karena itu. Dalam hatinya, Maheswari berteriak keras, jelas wanita ini lebih kuat satu tingkat dibandingnya.

"Keris tadi adalah hadiah dari ayahku untuknya." Perlahan-lahan tangan Karni dipenuhi api. "Dan kau mematahkannya. Itu sebanding dengan patahan lehermu!"

Maheswari memasang kuda-kuda, pedang biru cantiknya sudah terhunus ke depan. Ia mengamati dalam diam. Diam-diam juga mengalirkan Prana jumlah besar ke pedang birunya. Karni lekas menyerang. Hentak kakinya seringan kapas. Tapi seperti didorong ribuan pria bersamaan.

Desis angin yang hanya ia dengar. Pandangannya panik. Hanya mata yang bisa bergerak untuk menjelajah.

Tanpa Maheswari sadari, Karni sudah berpindah ke belakang Maheswari dengan tinju yang siap menghantam keras leher Maheswari.

Maheswari menarik kaki kanannya. Terdengar desir angin tanda serangan dari belakang. Pedangnya ia ayunkan mendatar.

Terpopuler

Comments

Alfi Ghaf

Alfi Ghaf

mencumbu

2022-12-22

0

Alfi Ghaf

Alfi Ghaf

Kastil Hitam

2022-12-22

0

Haniv Anwar

Haniv Anwar

sayang??

2022-11-15

2

lihat semua
Episodes
1 Gunung Loro Kembar
2 prawacana
3 Pemandangan di Tengah Sungai
4 Meninggalkan Desa
5 Semuanya Berlalu dengan Begitu Cepat
6 Kala Piningit, Bocah Gunung
7 Orang Tua dalam Kubangan
8 Mata Itu!
9 Gadis Tercatik yang Pernah Dilihatnya
10 Namanya Kelana Maheswari
11 Cerita Tentang Akhza
12 Mata Keemasan
13 Makanan yang Harganya Sangat Mahal
14 Perut yang Berbunyi
15 Cerita Dunia Persilatan
16 Menjadi Pendekar
17 Dari Pertarungan Itu, Tidak Ada yang Hidup
18 Maheswari Diserang!
19 Cincin Spatial Sebagai Kenang-Kenangan
20 Berlatih di Gunung Loro Kembar
21 Hidupnya Tidak Akan Lama Lagi
22 Meninggalkan Bukanlah Perkara Mudah
23 Turun Gunung
24 Pertempuran Pertama Kala
25 Pertempuran Usai
26 Bertemu Maheswari
27 Mencari Kedai di Larut Malam
28 Mencari Kedai di Larut Malam
29 Nenek Tua yang Aneh
30 Nenek Tua yang Aneh
31 Perubahan Sikap Si Nenek
32 Dua Pendekar dari Perguruan Harimau Besi
33 Garuda!
34 Elang Api
35 Penyelamatan Maheswari
36 Kenaifan
37 Mengalahkan
38 Menghancurkan Padepokan Harimau Besi
39 Sukses Berkencan?
40 Mengungkapkan pada Yudistira
41 Pengepungan Kota
42 Pertempuran Kembali Pecah!
43 Hujan Panah
44 Rasa Bersalah yang Luar Biasa
45 Kelinci Percobaan
46 Kala Menangis
47 Masakan Maheswari
48 Cara Wanita Makan
49 Hawa Pembunuh
50 Mahesa
51 Tenda Medis
52 Penderitaan di Malam Hari
53 Suhu yang Teramat Dingin
54 Kecupan Sebagai Izin
55 Bergabung dengan Pasukan Telik Sandi
56 Bersiap
57 Terang-Terangan kepada Panji
58 Aku Punya Beberapa Tuak
59 Penyerangan yang Gagal!
60 Tertangkap
61 Penawaran yang Ditolak Mentah-Mentah
62 Firasat Buruk
63 Pengkhianatan
64 Titik Balik
65 Membantu Orang-Orang Desa
66 Bertarung dengan Ayam
67 Berhadapan Dengan 10 Anggota Caping Bulan Hitam
68 Gadis Penguntit
69 Menolak Bantuan
70 Danau
71 Kembali Berburu
72 Seperti Itulah Saudara
73 Aku Tidak Berniat Memiliki Istri
74 Guci Prana
75 Bantuan Tak Terduga
76 Pergi dari Desa Bersama Kaia
77 Membersihkan Diri di Air Terjun
78 Kaia Mulai Bercerita
79 Bangsawan Tirto
80 Meninggalkan Bangsawan Tirto
81 Makan Dagingnya, Atau Kau Tidak Akan Dapat Energi
82 Aura Pembunuh yang Pekat
83 Pertarungan yang Tidak Imbang
84 Pelajaran Tentang Dunia Persilatan
85 Terungkapnya Rahasia
86 Minum Bersama
87 Gadis Kecil Tidak Minum Tuak
88 Meninggalkan Penginapan Progo
89 Sampai di Kota
90 Perlakuan Buruk
91 Kaia Terkena Masalah
92 Mematahkan Tangan Anak Tumenggung
93 Pembunuh Bayaran
94 Menyelamatkan Kaia
95 Unjuk Rasa
96 Berburu
97 Memanfaatkan Kekuatan Warga
98 Mengunjungi Kedai Makan
99 Serangan dari Tabib
100 Memasuki Alam Lain
101 Kristal Angkasa
102 Pencak Silat - Arc 1 Selesai
103 Kaia Menjadi Pranor
104 Serangan dari Kastel Kristal Es
105 Bertemu Kembali dengan Walageni
106 Berjualan
107 Selayaknya Padi
108 Membeli Baju
109 Jodoh Pedang
110 Aku Akan Menemukan Obatnya!
111 Kedatangan Kastel Kristal Es
112 Kembali Tak Sadarkan Diri
113 Sepertinya Mereka Tidak Tahu Bahwa Dagingmu Sangat Dingin
114 Melatih Kaia
115 Serangan Hewan Siluman
116 Tugasku Adalah Melindungimu
117 Latihan yang Terlalu Berlebihan
118 Memasuki Zona Pertempuran Tanpa Sengaja
119 Pertempuran di Hutan Telu
120 Menghadapi Maheswari
121 Kembali Berpisah
122 Wasiat dari Aditya
123 Aku Bukan Buaya Darat!
124 Iblis yang Cantik
125 Latihan Keras di Tengah Hujan
126 Buaya Buntung
127 Rusaknya CIncin Interspatial
128 Gerak-Gerik Pandataran
129 Sekumpulan Orang Aneh yang Siap Mati Demi Tuak
130 Berperang Melindungi Kedai Minum
131 Jalur Pelarian Bawah Tanah
132 Persetan dengan Kematian
133 Kemarahan dalam Pertarungan
134 Ceritakan Aku Dongeng
135 Siluman yang Cantik
136 Teman Lama Akhza
137 Bayang-Bayang Makhluk Mengerikan; Kematian Mahanta
138 Masih dalam Pengejaran!
139 Berkunjung ke Perguruan Padepokan Emas
140 Berlatih di Hutan Akar Ireng
141 Latih Tanding
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Gunung Loro Kembar
2
prawacana
3
Pemandangan di Tengah Sungai
4
Meninggalkan Desa
5
Semuanya Berlalu dengan Begitu Cepat
6
Kala Piningit, Bocah Gunung
7
Orang Tua dalam Kubangan
8
Mata Itu!
9
Gadis Tercatik yang Pernah Dilihatnya
10
Namanya Kelana Maheswari
11
Cerita Tentang Akhza
12
Mata Keemasan
13
Makanan yang Harganya Sangat Mahal
14
Perut yang Berbunyi
15
Cerita Dunia Persilatan
16
Menjadi Pendekar
17
Dari Pertarungan Itu, Tidak Ada yang Hidup
18
Maheswari Diserang!
19
Cincin Spatial Sebagai Kenang-Kenangan
20
Berlatih di Gunung Loro Kembar
21
Hidupnya Tidak Akan Lama Lagi
22
Meninggalkan Bukanlah Perkara Mudah
23
Turun Gunung
24
Pertempuran Pertama Kala
25
Pertempuran Usai
26
Bertemu Maheswari
27
Mencari Kedai di Larut Malam
28
Mencari Kedai di Larut Malam
29
Nenek Tua yang Aneh
30
Nenek Tua yang Aneh
31
Perubahan Sikap Si Nenek
32
Dua Pendekar dari Perguruan Harimau Besi
33
Garuda!
34
Elang Api
35
Penyelamatan Maheswari
36
Kenaifan
37
Mengalahkan
38
Menghancurkan Padepokan Harimau Besi
39
Sukses Berkencan?
40
Mengungkapkan pada Yudistira
41
Pengepungan Kota
42
Pertempuran Kembali Pecah!
43
Hujan Panah
44
Rasa Bersalah yang Luar Biasa
45
Kelinci Percobaan
46
Kala Menangis
47
Masakan Maheswari
48
Cara Wanita Makan
49
Hawa Pembunuh
50
Mahesa
51
Tenda Medis
52
Penderitaan di Malam Hari
53
Suhu yang Teramat Dingin
54
Kecupan Sebagai Izin
55
Bergabung dengan Pasukan Telik Sandi
56
Bersiap
57
Terang-Terangan kepada Panji
58
Aku Punya Beberapa Tuak
59
Penyerangan yang Gagal!
60
Tertangkap
61
Penawaran yang Ditolak Mentah-Mentah
62
Firasat Buruk
63
Pengkhianatan
64
Titik Balik
65
Membantu Orang-Orang Desa
66
Bertarung dengan Ayam
67
Berhadapan Dengan 10 Anggota Caping Bulan Hitam
68
Gadis Penguntit
69
Menolak Bantuan
70
Danau
71
Kembali Berburu
72
Seperti Itulah Saudara
73
Aku Tidak Berniat Memiliki Istri
74
Guci Prana
75
Bantuan Tak Terduga
76
Pergi dari Desa Bersama Kaia
77
Membersihkan Diri di Air Terjun
78
Kaia Mulai Bercerita
79
Bangsawan Tirto
80
Meninggalkan Bangsawan Tirto
81
Makan Dagingnya, Atau Kau Tidak Akan Dapat Energi
82
Aura Pembunuh yang Pekat
83
Pertarungan yang Tidak Imbang
84
Pelajaran Tentang Dunia Persilatan
85
Terungkapnya Rahasia
86
Minum Bersama
87
Gadis Kecil Tidak Minum Tuak
88
Meninggalkan Penginapan Progo
89
Sampai di Kota
90
Perlakuan Buruk
91
Kaia Terkena Masalah
92
Mematahkan Tangan Anak Tumenggung
93
Pembunuh Bayaran
94
Menyelamatkan Kaia
95
Unjuk Rasa
96
Berburu
97
Memanfaatkan Kekuatan Warga
98
Mengunjungi Kedai Makan
99
Serangan dari Tabib
100
Memasuki Alam Lain
101
Kristal Angkasa
102
Pencak Silat - Arc 1 Selesai
103
Kaia Menjadi Pranor
104
Serangan dari Kastel Kristal Es
105
Bertemu Kembali dengan Walageni
106
Berjualan
107
Selayaknya Padi
108
Membeli Baju
109
Jodoh Pedang
110
Aku Akan Menemukan Obatnya!
111
Kedatangan Kastel Kristal Es
112
Kembali Tak Sadarkan Diri
113
Sepertinya Mereka Tidak Tahu Bahwa Dagingmu Sangat Dingin
114
Melatih Kaia
115
Serangan Hewan Siluman
116
Tugasku Adalah Melindungimu
117
Latihan yang Terlalu Berlebihan
118
Memasuki Zona Pertempuran Tanpa Sengaja
119
Pertempuran di Hutan Telu
120
Menghadapi Maheswari
121
Kembali Berpisah
122
Wasiat dari Aditya
123
Aku Bukan Buaya Darat!
124
Iblis yang Cantik
125
Latihan Keras di Tengah Hujan
126
Buaya Buntung
127
Rusaknya CIncin Interspatial
128
Gerak-Gerik Pandataran
129
Sekumpulan Orang Aneh yang Siap Mati Demi Tuak
130
Berperang Melindungi Kedai Minum
131
Jalur Pelarian Bawah Tanah
132
Persetan dengan Kematian
133
Kemarahan dalam Pertarungan
134
Ceritakan Aku Dongeng
135
Siluman yang Cantik
136
Teman Lama Akhza
137
Bayang-Bayang Makhluk Mengerikan; Kematian Mahanta
138
Masih dalam Pengejaran!
139
Berkunjung ke Perguruan Padepokan Emas
140
Berlatih di Hutan Akar Ireng
141
Latih Tanding

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!