Mata Itu!

Satu hal lagi yang terlupakan, Kala tidak tahu cara menyalakan api di sini. Biasanya, batu api akan membantunya untuk menyalakan api. Tapi, di sini tidak ada batu api, dan ia masih belum terbiasa mematik api dengan ranting atau batu biasa.

Tidak mungkin jika dirinya harus mengambil batu api di gubuknya. Selain jaraknya jauh, Kala juga yakin batu api itu sudah tertimbun jauh di bawah puing-puing.

Kala duduk termangu. Tidak ada api untuk malam, di kaki Loro Kembar, sama saja cari mati. Sesekali Kala melihat-lihat keris panjang kepunyaan si kakek, jika dilihat-lihat ini adalah senjata paling bagus yang pernah ia lihat, serta auranya yang menakutkan dan berwibawa padahal itu hanya senjata.

Ia menarik keris itu dari sarungnya, sambil berpikir. Ide konyol muncul di benaknya. Ia berpikir bahwa keris ini bisa menghasilkan api karena terbuat dari logam, walau ia belum pernah mencoba bahan logam untuk mematik.

Selain itu, Kala juga berada dalam tekanan batin yang kuat, gubuknya sudah hancur dan ia bagai kehilangan segalanya. Bisa dikatakan bahwa saat ini Kala setengah gila.

Memang ada kemungkinan api menyala, tapi hanya sedikit kemungkinannya. Tak mau membuang waktu lebih banyak lagi, Kala berdiri dan membawa keris panjang itu ke tumpukan ranting.

Keris ditancapkan ke tanah, lalu ranting-ranting kecil digesekkan ke mata keris, menimbulkan suara berdecit yang luar biasa gila suaranya.

Api tidak muncul, bahkan sekadar asap pun tidak muncul. Namun, logam keris—hanya bagian yang digesek—memanas. Kala tidak menyerah. Dia menambah tenaga, dan bahkan terus ditingkatkan lagi. Bunyi berdecit semakin keras dan mengganggu, beberapa burung terdengar bersorak kemudian terbang meninggalkan sarang. Namun, suara keras itu tidak membuahkan hasil, api tidak menyala, tidak ada percikan bunga api.

Tapi bukan Kala namanya jika mudah menyerah. Ia menambah kekuatan lagi sekaligus menambah decitan!

Ngit!

Ngit!

Ngit!

NGIT!!!

Suara berdecit itu mencapai puncaknya. Pria tua yang pingsan di dalam kubah sontak buka mata.

"Aku seperti pernah mendengar suara ini di suatu tempat lain." Dia memutar bola matanya. "Di mana aku?!"

Saat membuka matanya, yang dilihat hanyalah gelap sedikit terang karena posisinya menghadap ke langit-langit kubah yang cukup gelap.

Dia berpikir bahwa ini adalah bentuk dari kematian atau dia terbangun di dalam liang kubur—jelas yang satu ini sangat mengerikan!

Namun, saat matanya menyisir ke bawah kaki--tempat di mana pintu kubah berada, ia sadar bahwa ini masih di bumi! Nyatanya ia masih melihat rerumputan dan udara segar, terlebih rasa sakit di punggung semakin meyakinkan.

Dia masih hidup!

Karena panik dicampur senang, kakek sepuh itu langsung berdiri dari tidurnya!

Tentu saja atap kubah itu tidak tinggi, bahkan Kala hanya bisa berjongkok di dalamnya. Bagaimana bisa kakek tinggi ini bisa berdiri sempurna tanpa terbentur?

Kepalanya menghantam kuat langit-langit kubah, sangat kencang dan juga bunyi hantaman mengalahkan suara decitan. Bukannya meringis kesakitan, kakek ini tidak menghentikan lajunya! Namanya juga pendekar kuat, atap kubah seperti ini tidak bisa menghalanginya.

Ia terus menghantam langit sampai rusak, kepalanya menyembul di atap kubah. Dengan wajah heran.

Kala menghentikan kegiatannya, menyempatkan diri untuk menoleh dan melihati ulah si kakek. Sebenarnya Kala sangat kaget, sebab tiba-tiba saja ada kepala kakek-kekek di atap kubah, raut wajah heran darinya pun tampak sangat menyebalkan. Tentu saja kubah itu dibangun semudah membalikkan telapak tangan, tanpa perlu mencari bahan ke mana-mana!

"Sudah cukup kegilaan untuk hari ini."

Kala seakan tidak peduli, ia melanjutkan kegiatannya. Sudah banyak kejadian aneh hari ini, otaknya seakan tidak bisa bekerja dengan benar.

Si kakek mengerutkan dahi melihat sikap dingin dari Kala. Walau sebenarnya, Kala tidak bersikap dingin—dia hanya bingung. Ia tengah kebingungan dan tak tahu akan melakukan apa. Jadilah ia melanjutkan kegiatannya.

Sungguh, Kala adalah anak yang sopan, ia tidak mungkin bersikap dingin dengan kakek-kakek yang ia tidak tahu apakah jahat atau tidak wataknya. Suara decitan kembali terdengar kuat setelah Kala melanjutkan kerja.

Gelombang suara itu memasuki telinga si kakek dan menabuh mengiris gendang telinga. Telinga sang kakek masih belum tuli, dan ia tak mau cepat tuli karena ini!

"Berhenti dulu." katanya, Kala menghentikan gesekan maut itu dan memandang sang kakek dengan linglung.

Kala menghunjam lebih dalam keris itu ke tanah sebab bingung harus apa apa. Apalagi tadi ia mengacuhkan sang kekek, bagaimana ia bisa menjelaskan ini ke kekek? Sungguh tidak sopan, sangat tidak sopan.

Namun, di samping itu, Kala merasa senang si kakek sudah sadarkan diri. "Eh! Kakek sudah sadar?"

Si kakek malah membalikkan pertanyaan. "Kau siapa? Saya di mana?"

Kala merasa tidak perlu menanyakan lagi pertanyaannya, ia beralih ke pernyataan. "Kakek, tadi aku menemukan kakek di dekat kediamanku setelah ledakan besar aneh. Kediamanku hancur sebab ledakan, sedangkan Kakek tak sadarkan diri dan butuh tempat yang hangat. Aku mengambil keputusan dan menggendong kakek mencari tempat hangat. Dan di sinilah aku membangun tenda darurat, Kakek malah menghancurkannya."

Si kakek memandangi Kala curiga, sejurus kemudian tiba-tiba tubuhnya bergetar hebat. Mulutnya terbuka, tangannya menunjuk Kala, mata keriputnya seperti tidak percaya akan apa yang ia lihat.

"Matamu ... MATA ITU!"

Terpopuler

Comments

Alfi Ghaf

Alfi Ghaf

kakek kakek

2022-12-08

1

Abdus Salam Cotho

Abdus Salam Cotho

matamu.... 😂

2022-10-10

1

@🌹 Sekar Rinjani🌴✨

@🌹 Sekar Rinjani🌴✨

matamu.... membuka kisah.. kasih asmara yg pernah ternoda (mimpi by anggun) 🤭😅😅😅

2022-10-05

0

lihat semua
Episodes
1 Gunung Loro Kembar
2 prawacana
3 Pemandangan di Tengah Sungai
4 Meninggalkan Desa
5 Semuanya Berlalu dengan Begitu Cepat
6 Kala Piningit, Bocah Gunung
7 Orang Tua dalam Kubangan
8 Mata Itu!
9 Gadis Tercatik yang Pernah Dilihatnya
10 Namanya Kelana Maheswari
11 Cerita Tentang Akhza
12 Mata Keemasan
13 Makanan yang Harganya Sangat Mahal
14 Perut yang Berbunyi
15 Cerita Dunia Persilatan
16 Menjadi Pendekar
17 Dari Pertarungan Itu, Tidak Ada yang Hidup
18 Maheswari Diserang!
19 Cincin Spatial Sebagai Kenang-Kenangan
20 Berlatih di Gunung Loro Kembar
21 Hidupnya Tidak Akan Lama Lagi
22 Meninggalkan Bukanlah Perkara Mudah
23 Turun Gunung
24 Pertempuran Pertama Kala
25 Pertempuran Usai
26 Bertemu Maheswari
27 Mencari Kedai di Larut Malam
28 Mencari Kedai di Larut Malam
29 Nenek Tua yang Aneh
30 Nenek Tua yang Aneh
31 Perubahan Sikap Si Nenek
32 Dua Pendekar dari Perguruan Harimau Besi
33 Garuda!
34 Elang Api
35 Penyelamatan Maheswari
36 Kenaifan
37 Mengalahkan
38 Menghancurkan Padepokan Harimau Besi
39 Sukses Berkencan?
40 Mengungkapkan pada Yudistira
41 Pengepungan Kota
42 Pertempuran Kembali Pecah!
43 Hujan Panah
44 Rasa Bersalah yang Luar Biasa
45 Kelinci Percobaan
46 Kala Menangis
47 Masakan Maheswari
48 Cara Wanita Makan
49 Hawa Pembunuh
50 Mahesa
51 Tenda Medis
52 Penderitaan di Malam Hari
53 Suhu yang Teramat Dingin
54 Kecupan Sebagai Izin
55 Bergabung dengan Pasukan Telik Sandi
56 Bersiap
57 Terang-Terangan kepada Panji
58 Aku Punya Beberapa Tuak
59 Penyerangan yang Gagal!
60 Tertangkap
61 Penawaran yang Ditolak Mentah-Mentah
62 Firasat Buruk
63 Pengkhianatan
64 Titik Balik
65 Membantu Orang-Orang Desa
66 Bertarung dengan Ayam
67 Berhadapan Dengan 10 Anggota Caping Bulan Hitam
68 Gadis Penguntit
69 Menolak Bantuan
70 Danau
71 Kembali Berburu
72 Seperti Itulah Saudara
73 Aku Tidak Berniat Memiliki Istri
74 Guci Prana
75 Bantuan Tak Terduga
76 Pergi dari Desa Bersama Kaia
77 Membersihkan Diri di Air Terjun
78 Kaia Mulai Bercerita
79 Bangsawan Tirto
80 Meninggalkan Bangsawan Tirto
81 Makan Dagingnya, Atau Kau Tidak Akan Dapat Energi
82 Aura Pembunuh yang Pekat
83 Pertarungan yang Tidak Imbang
84 Pelajaran Tentang Dunia Persilatan
85 Terungkapnya Rahasia
86 Minum Bersama
87 Gadis Kecil Tidak Minum Tuak
88 Meninggalkan Penginapan Progo
89 Sampai di Kota
90 Perlakuan Buruk
91 Kaia Terkena Masalah
92 Mematahkan Tangan Anak Tumenggung
93 Pembunuh Bayaran
94 Menyelamatkan Kaia
95 Unjuk Rasa
96 Berburu
97 Memanfaatkan Kekuatan Warga
98 Mengunjungi Kedai Makan
99 Serangan dari Tabib
100 Memasuki Alam Lain
101 Kristal Angkasa
102 Pencak Silat - Arc 1 Selesai
103 Kaia Menjadi Pranor
104 Serangan dari Kastel Kristal Es
105 Bertemu Kembali dengan Walageni
106 Berjualan
107 Selayaknya Padi
108 Membeli Baju
109 Jodoh Pedang
110 Aku Akan Menemukan Obatnya!
111 Kedatangan Kastel Kristal Es
112 Kembali Tak Sadarkan Diri
113 Sepertinya Mereka Tidak Tahu Bahwa Dagingmu Sangat Dingin
114 Melatih Kaia
115 Serangan Hewan Siluman
116 Tugasku Adalah Melindungimu
117 Latihan yang Terlalu Berlebihan
118 Memasuki Zona Pertempuran Tanpa Sengaja
119 Pertempuran di Hutan Telu
120 Menghadapi Maheswari
121 Kembali Berpisah
122 Wasiat dari Aditya
123 Aku Bukan Buaya Darat!
124 Iblis yang Cantik
125 Latihan Keras di Tengah Hujan
126 Buaya Buntung
127 Rusaknya CIncin Interspatial
128 Gerak-Gerik Pandataran
129 Sekumpulan Orang Aneh yang Siap Mati Demi Tuak
130 Berperang Melindungi Kedai Minum
131 Jalur Pelarian Bawah Tanah
132 Persetan dengan Kematian
133 Kemarahan dalam Pertarungan
134 Ceritakan Aku Dongeng
135 Siluman yang Cantik
136 Teman Lama Akhza
137 Bayang-Bayang Makhluk Mengerikan; Kematian Mahanta
138 Masih dalam Pengejaran!
139 Berkunjung ke Perguruan Padepokan Emas
140 Berlatih di Hutan Akar Ireng
141 Latih Tanding
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Gunung Loro Kembar
2
prawacana
3
Pemandangan di Tengah Sungai
4
Meninggalkan Desa
5
Semuanya Berlalu dengan Begitu Cepat
6
Kala Piningit, Bocah Gunung
7
Orang Tua dalam Kubangan
8
Mata Itu!
9
Gadis Tercatik yang Pernah Dilihatnya
10
Namanya Kelana Maheswari
11
Cerita Tentang Akhza
12
Mata Keemasan
13
Makanan yang Harganya Sangat Mahal
14
Perut yang Berbunyi
15
Cerita Dunia Persilatan
16
Menjadi Pendekar
17
Dari Pertarungan Itu, Tidak Ada yang Hidup
18
Maheswari Diserang!
19
Cincin Spatial Sebagai Kenang-Kenangan
20
Berlatih di Gunung Loro Kembar
21
Hidupnya Tidak Akan Lama Lagi
22
Meninggalkan Bukanlah Perkara Mudah
23
Turun Gunung
24
Pertempuran Pertama Kala
25
Pertempuran Usai
26
Bertemu Maheswari
27
Mencari Kedai di Larut Malam
28
Mencari Kedai di Larut Malam
29
Nenek Tua yang Aneh
30
Nenek Tua yang Aneh
31
Perubahan Sikap Si Nenek
32
Dua Pendekar dari Perguruan Harimau Besi
33
Garuda!
34
Elang Api
35
Penyelamatan Maheswari
36
Kenaifan
37
Mengalahkan
38
Menghancurkan Padepokan Harimau Besi
39
Sukses Berkencan?
40
Mengungkapkan pada Yudistira
41
Pengepungan Kota
42
Pertempuran Kembali Pecah!
43
Hujan Panah
44
Rasa Bersalah yang Luar Biasa
45
Kelinci Percobaan
46
Kala Menangis
47
Masakan Maheswari
48
Cara Wanita Makan
49
Hawa Pembunuh
50
Mahesa
51
Tenda Medis
52
Penderitaan di Malam Hari
53
Suhu yang Teramat Dingin
54
Kecupan Sebagai Izin
55
Bergabung dengan Pasukan Telik Sandi
56
Bersiap
57
Terang-Terangan kepada Panji
58
Aku Punya Beberapa Tuak
59
Penyerangan yang Gagal!
60
Tertangkap
61
Penawaran yang Ditolak Mentah-Mentah
62
Firasat Buruk
63
Pengkhianatan
64
Titik Balik
65
Membantu Orang-Orang Desa
66
Bertarung dengan Ayam
67
Berhadapan Dengan 10 Anggota Caping Bulan Hitam
68
Gadis Penguntit
69
Menolak Bantuan
70
Danau
71
Kembali Berburu
72
Seperti Itulah Saudara
73
Aku Tidak Berniat Memiliki Istri
74
Guci Prana
75
Bantuan Tak Terduga
76
Pergi dari Desa Bersama Kaia
77
Membersihkan Diri di Air Terjun
78
Kaia Mulai Bercerita
79
Bangsawan Tirto
80
Meninggalkan Bangsawan Tirto
81
Makan Dagingnya, Atau Kau Tidak Akan Dapat Energi
82
Aura Pembunuh yang Pekat
83
Pertarungan yang Tidak Imbang
84
Pelajaran Tentang Dunia Persilatan
85
Terungkapnya Rahasia
86
Minum Bersama
87
Gadis Kecil Tidak Minum Tuak
88
Meninggalkan Penginapan Progo
89
Sampai di Kota
90
Perlakuan Buruk
91
Kaia Terkena Masalah
92
Mematahkan Tangan Anak Tumenggung
93
Pembunuh Bayaran
94
Menyelamatkan Kaia
95
Unjuk Rasa
96
Berburu
97
Memanfaatkan Kekuatan Warga
98
Mengunjungi Kedai Makan
99
Serangan dari Tabib
100
Memasuki Alam Lain
101
Kristal Angkasa
102
Pencak Silat - Arc 1 Selesai
103
Kaia Menjadi Pranor
104
Serangan dari Kastel Kristal Es
105
Bertemu Kembali dengan Walageni
106
Berjualan
107
Selayaknya Padi
108
Membeli Baju
109
Jodoh Pedang
110
Aku Akan Menemukan Obatnya!
111
Kedatangan Kastel Kristal Es
112
Kembali Tak Sadarkan Diri
113
Sepertinya Mereka Tidak Tahu Bahwa Dagingmu Sangat Dingin
114
Melatih Kaia
115
Serangan Hewan Siluman
116
Tugasku Adalah Melindungimu
117
Latihan yang Terlalu Berlebihan
118
Memasuki Zona Pertempuran Tanpa Sengaja
119
Pertempuran di Hutan Telu
120
Menghadapi Maheswari
121
Kembali Berpisah
122
Wasiat dari Aditya
123
Aku Bukan Buaya Darat!
124
Iblis yang Cantik
125
Latihan Keras di Tengah Hujan
126
Buaya Buntung
127
Rusaknya CIncin Interspatial
128
Gerak-Gerik Pandataran
129
Sekumpulan Orang Aneh yang Siap Mati Demi Tuak
130
Berperang Melindungi Kedai Minum
131
Jalur Pelarian Bawah Tanah
132
Persetan dengan Kematian
133
Kemarahan dalam Pertarungan
134
Ceritakan Aku Dongeng
135
Siluman yang Cantik
136
Teman Lama Akhza
137
Bayang-Bayang Makhluk Mengerikan; Kematian Mahanta
138
Masih dalam Pengejaran!
139
Berkunjung ke Perguruan Padepokan Emas
140
Berlatih di Hutan Akar Ireng
141
Latih Tanding

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!