"Kala, aku tahu kau pasti sulit mempercayai hal yang akan aku katakan nanti. Tetapi dengarlah baik-baik dan jangan langsung menolaknya. Kala, kau adalah Kesatria Garuda."
Dahi Kala mengernyit keheranan. Ia sama sekali tidak mengerti maksud perkataan pria tua itu. "Kesatria Garuda?"
"Ya." Akhza mengambil napas panjang. "Kau tahu legenda Garuda?"
"Aku tahu. Bukannya itu adalah burung besar yang ada di dalam dongeng?"
"Kala, burung itu memang ada dan benar, bukan sekadar dongengan belaka," katanya, "dulu sekali, zaman saat kekacauan di mana-mana, saat ilmu bela diri tenar tetapi salah digunakan, perang berkecamuk hebat. Tak ada aturan. Semuanya bebas membunuh jika merasa tidak suka. Kematian di usia muda menjadi hal yang sangat wajar dan tak perlu dibincangkan lagi di masa itu. Sampailah seorang pemuda melihat bahwa kekacauan ini akan terjadi berkepanjangan dan jika tidak segera dihentikan dapat mengancam keselamatan seluruh umat manusia.
"Pemuda itu juga melihat bahwa tidak ada yang cukup berniat menghentikan peperangan ini. Alhasil setelah berpikir matang-matang, ia putuskan untuk memasuki dunia bela diri. Tidak mudah sebenarnya, dan orang menganggap pemuda itu sudah gila mau menghentikan perang sebesar itu di Nusantara yang sedemikian luas.
"Bakatnya bagus dan tekadnya kuat. Ia berhasil menggegerkan dunia persilatan hampir di seluruh Nusantara. Ia dikenal sebagai tokoh yang baik hati dan suka menolong. Meskipun sifatnya begitu, ia tak segan membunuh orang yang salah. Ia dikenal juga sebagai 'Merpati Haus Darah'.
"Berkat seni bela dirinya itu, dia berhasil hidup lebih dari 1.000 tahun!"
"Apakah ia adalah sang Garuda? Bagaimana bisa seorang manusia disebut sebagai burung?" tanya Kala merasa bahwa legenda itu bodoh. Akhza tersenyum.
"Ini adalah bagian yang paling luar biasa, Kala! Pria itu menemukan sebuah temuan baru. Ia berhasil menyatukan dirinya dengan burung elang peliharaannya yang mati akibat dipanah sewaktu mengirim surat genting."
"Dengan begitu dia bisa hidup sama-sama dengan peliharaannya. Tak hanya itu, ia menjadi semakin luar biasa dan kuat.
"Pada masa-masa kejayaan pemuda, Nusantara kembali damai dan tenteram. Orang-orang telah mengerti betapa berharganya kedamaian ketimbang kekacauan. Dan manusia setengah elang itu dijuluki 'Garuda', entah bagaimana sebabnya.
"Ada yang berkata bahwa waktu sangat kejam, itu benar. Sang Garuda wafat sebab usia. Nusantara dengan cepat kembali ke sifat dasarnya yang seperti hewan liar. Dalam kurun tujuh ratus tahun setelah Garuda wafat, kedamaian di Nusantara perlahan hilang. Peperangan menjadi hal yang lazim lagi." Akhza menghela napas panjang.
Kala ikut menghela napas panjang. Ia turut bersedih dengan sifat manusia yang asli. Keserakahan, rasa ketidakpuasan, dan rasa ingin membunuh. Itu semua hawa nafsu yang menguasai manusia, yang seharusnya ditundukkan bukan dijadikan majikan.
"Sebelum sang Garuda meninggalkan dunia, ia meninggalkan sebuah warisan." Akhza antusias. "Bakat-bakat dan seluruh kelebihannya akan diwariskan."
"Diwariskan kepada siapa?" tanya Kala cepat.
"Diwariskan kepadamu." Akhza tersenyum leba sambil menepuk pundak Kala.
Kala kembali terdiam di tempatnya. Ini masih sulit diterima akal sehatnya!
"Hanya alam semesta yang berhak memilih siapa yang akan mewarisi itu."
"Dan mengapa harus aku?"
Akhza menyeringai. "Alam semesta telah memilihmu!"
"Dari mana kakek tahu?"
"Aku sudah melihat tandanya." Akhza menunjuk mata Kala. "Tadi matamu berwarna emas selayaknya Garuda!"
"Ah, mana mungkin. Dari dulu mataku lazim-lazim saja," katanya, "boleh aku pinjam cermin? Apakah kakek bisa memunculkan cermin?"
"Tentu!" Akhza mengibaskan lengannya. Cermin kecil berada di genggamannya. Kala tak lagi terkejut meskipun belum diberi penjelasan tentang hal ini, sebelumnya ia sudah melihat Akhza mengeluarkan makanan dengan mudahnya.
Kala bangkit dan menerima cermin itu. Ia mengangkatnya setinggi wajah, lalu mengernyitkan dahi.
"Ah tidak. Mataku biasa-biasa saja." Kala menggelengkan kepala saat melihat matanya tidak berwarna emas, melainkan cokelat tanah.
Akhza tertawa. "Cobalah kaukumpulkan segala daya pikirmu ke titik tengah di antara kedua matamu."
"Untuk apa?"
"Lakukan saja, maka kau akan melihatnya sendiri."
Kala mengangguk pelan. Ia menutup mata. Dahinya mulai mengernyit. Kepalanya terasa berat, dan titik di antara dua mata itu terasa ngilu. Ingin sekali ia menyentuh kepala dengan tangannya. Akhza segera melihat bahwa Kala mengalami masalah. Ia segera memberi arahan.
"Memang seperti itu rasanya. Jangan sentuh kepalamu terlebih dahulu. Saat kau merasa tubuhmu melayang-layang, barulah buka matamu."
Kala mencoba lagi. Beberapa detik pertama Kala hanya merasa pusing ringan, sebelum akhirnya menjadi pening tak tertahankan. Jari-jari tangannya terkepal, berusaha agar tidak menyentuh dahi. Ia merasa berputar-putar dalam kegelapan.
Kali ini tubuhnya benar-benar seperti melayang tanpa tarikan ke bawah. Ia hampir tidak merasakan kehadirannya di kamar, melainkan ruangan hampa.
Cukup, ini sudah cukup seharusnya!
Kala membuka mata sambil berharap tubuhnya masih berada di dalam kamar. Tapi ada satu yang cukup mengejutkan: penglihatannya semakin tajam. Entah hanya perasaannya atau ini memang berbeda dari sebelumnya. Tapi semakin lama, Kala semakin yakin bahwa ini bukan matanya!
Ia bahkan bisa melihat semut di pojok ruangan dengan sangat jelas, bahkan ia melihat bulu-bulu dari semut tersebut. Ketajaman ini sedikit mengganggu Kala, ia tak terbiasa dengan penglihatan ini. Namun harus diakui, ini sangat luar biasa.
"Sekarang kau bercermin," perintah Akhza.
Kala mengangkat cermin lagi.
"APA-APAAN?!"
Matanya berubah! Tidak ada lagi warna cokelat tanah seperti biasanya. Pupil matanya menjingga, tampak seperti batu akik jingga yang tembus pandang. Di tengah pupil mata itu ada satu bulatan lagi berwarna cokelat—Kala bisa melihatnya jelas—yang tampak memudar.
Dengan kata lain, tidak ada ubahnya dengan mata elang! Kala menduga inilah mengapa ia bisa melihat dengan tajam. Burung elang sangat tajam dengan penglihatannya hingga bisa melihat anak ayam di bawah pohon. Ini membuat Kala takjub dan tak percaya bahwa ia bisa memiliki mata seperti ini. Kala hampir melompat kegirangan akibat penglihatan ini, cerminnya hampir saja dilempar.
"Sekarang kau sudah percaya?"
Kala mengangguk antusias. Anak seusianya tentu senang memiliki mata yang berbeda dan lebih berwarna, ia hampir tidak peduli dengan Kesatria Garuda yang tadi dibicarakan.
"Nah, kau bisa menyembunyikan mata itu dengan melakukan hal yang sama seperti tadi. Lebih baik sekarang kau menyembunyikannya agar masalah lain tidak muncul."
Saat Kala menutup matanya, meskipun masih ingin berlama-lama dengan mata barunya. Namun, lebih baik mengikuti saran Akhza. Ia yakin mata istimewa itu bisa ia pakai lagi.
Sekonyong-konyong pintu diketuk. Kala semakin memejamkan mata dan mengumpulkan pikiran seperti tadi, ia tak ingin matanya dilihat orang tak dikenal, bisa-bisa dicuri.
"Ada apa?" Akhza memberikan jawaban datar.
"Tuan, hari sudah larut dan ini waktunya makan malam. Apakah Anda ingin makan di kedai penginapan kami? Kami menyajikan sajian yang istimewa untuk malam ini," sahut suara seorang wanita di luar kamar.
"Apa itu?" tanya Akhza dari dalam kamar.
"Ada beberapa makanan yang mengandung daging hewan spirit, Tuan. Kami mendapatkannya sore tadi dari pendekar pemburu, jadi sudah dipastikan masih segar dan berkhasiat tinggi."
"Kami akan mencari makanan di luar, apa itu tidak masalah untuk kalian?"
"Bukan masalah, Tuan. Kalau begitu, saya permisi." Terdengar derap langkah ringan yang menjauh tanda wanita itu menjauh setelah pamit.
"Nah, Kala. Mari kita keluar mencari kedai bagus." Akhza menawarkan. Lagi pula ia sudah bercerita panjang lebar untuk waktu yang tidak sebentar, sehingga saat ini perutnya terasa sangat lapar.
Kala mengangguk tanpa malu, ia merasa telah menyelamatkan kakek ini dari kedinginan di Loro Kembar. Bisa dibayar dengan makanan enak sekali lagi.
Lagi pula sudah lama ia tak melihat dunia luar. Pastinya akan sangat menyenangkan memandangi bangunan-bangunan kota megah yang tidak pernah ia lihat di kaki gunung. Kala dipenuhi antusias malam ini!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ𝓚ˢᵍⁿAnny1 😘
semangat terus kala 👍👍👍👍👍
2022-10-27
1
@🌹 Sekar Rinjani🌴✨
pasti nampak udik kali si Kala ya🤭🤭😅
2022-10-05
2
🗣🇮🇩Joe Handoyo🦅
klo nemu Warisan bisa kaya mendadak nih
selir pun bisa banyak 😆
2022-09-14
3