setibanya di meja kerja, Lala bersiap untuk memulai kerjanya.
"La di suruh ke ruangan utama sama tuan muda" suara Sasa berbisik ke rekannya.
"kenapa mbak?" tanya Lala heran. pasalnya dia baru saja hendak duduk dan memulai kerjanya.
"mana saya tau..., eh tapi kamu harus hati-hati" suara Sasa kembali terdengar.
"kenapa?" mengernyitkan dahi tanda tak mengerti.
"tuan muda terlihat kesal disaat datang tadi, terlebih disaat melihat meja mu kosong..." jelas Sasa sekenanya.
"aku kan tidak terlambat " Lala membela diri.
Sasa mengendikkan bahu " udah sana cepat, keburu ngamuk entar" desak Sasa.
"mbak ih.." suara Lala terdengar takut namun harus tetap beranjak bukan.
Lala merasa was-was untuk mengetuk pintu, bayangan amukan tuan muda memenuhi kepalanya saat ini. namun sejenak dia terdiam seraya berfikir.
kenapa harus takut, aku kan tidak salah. huh... kenapa harus aku terus sih yang menghadap..
Lala menggerutu dalam hatinya.
namun tak urung dia tetap mengetuk pintu ruangan tersebut.
"masuk" suara dari dalam terdengar sangat menakutkan, padahal itu nada suara seperti biasanya.
Lala masuk ruangan tersebut, dengan sejuta pertanyaan dalam benaknya. apa ketidakadaannya di meja kerja disaat tuan muda datang bisa menjadi masalah untuknya kali ini. tapi kan tadi masih jam istirahat jadi sah-sah saja dong.
huhhhhhh...menyebalkan disaat kau merasa takut atas apa yang seharusnya tidak kau takuti.
Lala menghembuskan nafasnya pelan untuk menetralkan ketakutan dan kegelisahannya.
"maaf tuan, ada yang bisa bantu" tanya Lala hati-hati.
Revan menatap tajam stafnya
huhhhh bagaimama bisa dia bersikap seperti itu didepan ku. sedangkan didepan orang tadi dia tidak berhenti tersenyum.
menyebalkan....!
untuk sejenak Revan menenangkan hatinya yang terasa sesak entah kenapa.
"apa makan dikantin terasa tidak nyaman? pertanyaan sarkas akan makna ditunjukan Revan pada stafnya. Dia bisa saja langsung ke intinya, tapi kali ini entah kenapa dia ingin mengetes atau apalah namanya.
"tidak tuan, suasana dikantin sangat nyaman" jawab Lala jujur.
"lantas, kenapa kau bisa yang terakhir selesai?, apa mereka tidak melayani mu dengan segera?" tanyanya kembali.
"tidak tuan, semua karyawan diperlakukan sama bahkan semua menu yang tersedia pun karyawan bebas memilih" jawab Lala kembali
"kau tidak tau aturan dasar seorang staf?, bagaimana bisa disaat saya datang meja staf masih kosong?" pertanyaan langsung ke inti kali ini, sepertinya Revan merasa sedikit puas setelah melihat kegugupan stafnya.
"maaf tuan" Lala ingin meneruskan kata-katanya, namun keadaannya sekarang kurang mendukung, jadi yang keluar hanya permintaan maaf.
"kamu makan siang diluar?" tanya Revan telak, entah kenapa pertanyaannya seolah menghakimi. padahal bagi karyawan yang makan diluar kantor sah-sah saja.
"karna itu kamu terlambat!" ucapnya lagi, seolah memberi tahu Lala bahwa yang kamu lakukan adalah perbuatan dosa. padahalkan tidak sama sekali.
"maaf tuan, saya tidak akan mengulanginya lagi" jawab Lala lirih. walau dia merasa bingung tapi rasa takut lebih mendominasi perasaannya saat ini.
"hahhhhhhhhhh......" Revan membuang napas. " kembali ke mejamu, sekali lagi aku lewat dan meja staf ada yang kosong, lebih baik kosongkan selamanya" ucap Revan tanpa sadar. ia dia tidak sadar bahwa kata-katanya barusan membuat seseorang panas dingin sampai menggigil.
"baik tuan, saya permisi.." Seraya menundukan kepala dan berjalan pelan kearah pintu.
sebelum Lala membuka pintu, suara sang tuan terdengar. "jangan buang waktu mu untuk hal yang tidak penting. cukup fokus dengan kerjaan mu dan perintahku" sebuah ultimatum yang berbeda penafsiran untuk keduanya.
Lala berbalik dengan posisi masih tetap menundukkan pandangan " baik tuan," jawabnya.
jangan sampai aku masuk ruangan ini dalam kondisi seperti sekarang ini lagi.
huhhhhhhhh, akan lebih baik kalau aku menurut saja bukan. karena memang aku yang perlu saat ini.
tenang Lala....tenang.......ingat jangan sampai terulang lagi.
batin Lala sambil mengelus dadanya.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments