Meski kecewa karena bayangan makan Burger lenyap, Lala tidak bisa berbuat apa-apa.
"setelah Sasa pergi Lala mengekor mengikuti Tuannya masuk ruangan. merasa bingung mengenai apa lagi yang akan dikerjakan selanjutnya. Lala merasa kesal karena jam makan siang sudah tiba tapi dia malah terjebak diruangan ini.
lagian kenapa nyuruhnya aku terus sih, padahal mbak Sasa ada ditambah lagi ada pak Dimas. huhhhhhhhh sial banget perasaan....
Lala menggerutu dalam hatinya.
setelah masuk ruangan Dimas segera kembali keruangannya. sementara Lala masih berdiri menunggu perintah dari tuannya.
Revan terlihat menghampiri Lala, Lalau duduk di sofa yang berada dalam ruangannya.
"Duduk" suara Revan terdengar. " apa kau tidak lelah berdiri terus, duduk sini" menunjuk ujung sofa dengan ekor matanya.
"baik Tuan" Lala duduk dengan hati-hati.
untuk sejenak suasana terasa mencekam bagi Lala bagaimana tidak, dia tidak tau mau apa dan bagaimana sekarang.
prakkkkk...
untuk sejenak Lala terkejut. " kamu susun berkasnya dan pastikan semua tersusun sesuai dengan aslinya". perintah Revan.
udah gila apa, gimana nyusunnya, halaman enggak ada mana banyak banget lagi.
emang enggak bisa nunggu jam istirahat selesai apa. aku juga perlu makan tuann...
gerutuan yang hanya bisa diucapkan dalam hati.
Lala mulai memilah berkas yang jumlahnya tidak bisa diremehkan.
"semakin cepat selesai maka semakin cepat juga kau istirahat" ulang Revan. melihat wajah kesal namun pasrah itu membuat Revan terhibur.
"maaf tuan, apa tidak ada kode atau acuan dalam penyusunannya?" tanya Lala hati-hati. tapi dia tetap harus bertanya bukan....
"kalau ada, saya tidak akan minta bantuan kamu. ahh satu lagi selesaikan sebelum jam pulang kerja". Revan meringis dengan kata-katanya. sangat keterlaluan sekali.
tapi menyenangkan....
"baik tuan" Lala pasrah toh memang dia tidak bisa melakukan apapun.
tok tok tok
"masuk" Revan menjawab terlihat Dimas dan OB masuk membawa banyak barang.
"siapkan makan siangnya disana.." menunjuk sofa, dimana Lala duduk.
Lala hanya menarik nafas, dia juga lapar tapi pekerjaannya masih sangat banyak.
setelah semua selesai Dimas meminta OB keluar, dan tersisa mereka bertiga.
"kau juga keluar Dim"perintah Revan
"aku, kenapa?, ahhh maksudku makanan yang ku pesan banyak sekali dan kau akan makan sendiri?" kesal Dimas.
Revan yang mendengar kekesalan sahabatnya, menatap tajam ke arah Dimas, seolah mengatakan cepat keluar sebelum aku mengusirmu.
"baiklah saya keluar" seolah paham dengan kode sahabatnya Dimas keluar ruangan dengan kesal.
tapi kalau melihat situasinya sepertinya Revan menyukai atau penasaran dengan staf tersebut.
Revan berjalan kearah sofa dimana Lala duduk. mulai memperhatikan makanan yang dia pinta tadi.
"ayo makan dulu baru lanjutkan pekerjaan mu?"
Lala yang mendengar suara tuannya cukup merasa aneh, bagaimana mungkin dia makan satu meja dengan tuannya.
"silahkan tuan, saya nanti saja" jawab Lala sungkan.
"kau yakin? tanya tuan Revan menggoda." makanannya banyak sekali dan saya rasa kau cukup membantu menghabiskannya"
apa dia bilang, apa aku serakus itu atau apa aku keliatan kelaparan sekali ya? hahhhhhhhhh....
lupakan La lagian kenapa harus menolak sih.
"baik Tuan....., Ta-pi apa tidak apa-apa saya makan satu meja dengan anda" tanya Lala ragu dia tidak ingin lancang dan malah menimbulkan masalah untuknya.
Revan menatap Lala dengan tatapan aneh " lantas mau makan dimana?", menunggu jawaban stafnya.
"saya makan di meja kerja saya saja Tuan" jawab Lala memberi usulnya.
Revan mengernyit tajam, "bagaimana kalau ada tamu dan kau sedang makan?"
Lala yang mendengar pertanyaan tuannya, hanya bisa diam. Lala tidak berfikir sampai kesana yang dia fikir sekarang hanya bagaimana keluar dari ruangan ini.
"maaf tuan". sembari menunduk.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments