" Lala......, " Lala menoleh ke asal suara, senyumnya merekah setelah melihat sahabatnya.
Lala berjalan menuju meja, dimana sahabatnya tengah menunggunya.
"sudah lama...?" tanya Lala yang melihat Bimo sahabatnya sudah menghabiskan minumnya.
"hahhaha, enggak baru aja dan kebetulan aku haus banget. mau pesan apa?" tanya Bimo
"apa aja deh, yang penting ada nasinya, Restoran mewah tetap ada jual nasi kan ya..?" tanya Lala berbisik dengan mencondongkan badannya sedikit.
"iya..," Bimo menjawab dengan senyum tidak pernah lepas.
Bimo memesan sesuai dengan pesanan sahabatnya. sambil menunggu makanan tiba mereka berbincang asik, karena memang sudah lama tidak bertemu.
"kenapa tidak bilang kalau mau kejakarta. aku sampe kaget banget pas tau dari orang dikampung.." Bimo menuntut penjelasan.
Lala tersenyum getir, " rumah peninggalan ayah sama bunda sudah dijual buk de, aku tidak punya alasan lagi untuk tetap tinggal disana, lagian aku bersyukur setiba ku di kota aku bisa langsung dapat kerjaan. jadi ya seperti sekarang ini....." jelas Lala santai.
"tinggal dimana sekarang.." merasa penasaran.
pembahasan mereka terhenti disaat pesanan mereka datang. merek makan dalam diam, namun Bimo tetap menatap fokus Lala.
ditengah makan Bimo berkata " kalau kau perlu sesuatu hubungi aku, jangan sungkan, ok" ucapnya dengan tangan membentuk hurup O.
"ok" jawab Lala mengikuti gaya sahabatnya yang disertai senyumnya. " apa tidak masalah kalau aku terus merepotkan" tanya Lala khawatir.
"huhhh...kita sudah kenal lama tentu saja tidak apa-apa. ingat ja-ng-an sungkan" ucap Bimo memperjelas ucapannya.
Lala terlihat mengangguk tanda mengerti. senang rasanya mempunyai seseorang yang bisa di andalkan.
berjarak 5 meja ke ujung terlihat seseorang yang tidak pernah lepas menatap kearah meja Lala dan Bimo. penasaran atau kesal yang mendominasi perasaannya sekarang ini.
"Van, nona Riva beneran tidak mau bergabung sama kita di kantor?" Dimas bertanya sambil mengaduk minumannya.
" Van, kalau nona Riva berubah fikiran gimana? terus bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari minuman yang terus diaduknya.
karena merasa tidak ada respon Dimas mengangkat wajahnya, dan melihat sahabatnya bengong dengan tatapan tajamnya.
Dimas mengikuti arah pandangannya, "liatin apaan sih loe, heran gue ngomong enggak ada balesannya dari tadi" ucap Dimas kesal, sambil menggelpak tangan sahabatnya.
"Dim, jam istirahat berapa lama lagi" tanya Revan dengan fokus masih kearah meja di depannya.
apa yang aku harapkan Tuhan, manusia satu ini sangat menyebalkan..
kesal Dimas yang hanya bisa diungkapkan dalam hatinya.
"30 menit lagi.." jawabnya kesal
"kita balik sekarang" perintah Revan sembari beranjak.
sebelum berjalan meninggalkan restoran, Dimas lebih dulu mencekal tangan sahabat sekaligus tuannya ini. merasa bingung dengan sikapnya.
"loe kenapa sih..., udah gue ngomong enggak di gubris lah sekarang main ninggalin aja!" kesal Dimas.
"Dim...." suara Revan terdengar tajam
"iya...iya, sekarang kita balik!" Dimas beranjak dan segera mengikuti langkah sang tua.
kalau sudah mode tuan muda kaya gini, asli nyebelin banget....
sabarkan aku Tuhann....
Dimas dengan segala kekesalannya.
setelah masuk mobil, Dimas memastikan kalau Revan sudah aman di bangku belakang. sedikit heran, mengenai apa yang membuat mood sahabatnya berubah drastis.
namun sejenak Dimas terpaku melihat seseorang yang tidak asing di depan Resto tengah menunggu seseorang.
" nunggu apa lagi? ayo jalan!" Suara Revan terdengar kesal. namun Dimas tidak juga beranjak.
"Dim...."suara Revan meninggi.
"baiklah tuan muda" suara Dimas terdengar pasrah setelahh orang didepannya meninggalkan Resto.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments