Lala dan rekannya masih terlihat sibuk disaat Riva dan Dimas keluar dari ruangan utama.
di saat mereka melewati meja staf, Lala Dan rekannya menundukkan kepala. sekilas Riva memperhatikan staf yang di gadang-gadangkan sebagai staf istimewa sang adik.
keliatannya anak yang baik, tapi apa daya tariknya.
ahhh.... mungkin ayah salah tafsir saja.
dalam hati
sambil jalan Riva mulai berbicara " Dim, menurut mu kalau saya terlibat dalam kantor, bisa berdampak buruk tidak..?" Riva mencoba mencari saran dari sekertaris adiknya.
Riva bertanya pada Dimas karena dia yakin kalau Dimas memahami seluk beluk kantor karena memang sudah lama terlibat didalamnya.
"dampak buruk untuk apa...?" Dimas balik bertanya.
"tentu saja untuk tuan mu.."
"ohh....., saya rasa semua akan baik-baik saja, malah nona akan sangat membantu tuan muda. seperti yang kita tau, kalau tuan muda memegang jabatan sekarang karena memang harus, bukan atas keinginannya sendiri.
beruntungnya tuan muda tipe orang yang bertanggungjawab, makanya bisa bertahan sampai sekarang" jelas Dimas panjang lebar.
"itu juga alasan ku balik ke tanah air, aku ingin Revan lebih santai dan memulai kisah asmaranya. kamu tau, aku seneng banget pas ayah bilang kalau Revan menyukai seseorang.." Riva berbicara seolah tengah bicara dengan sahabatnya, tidak sadarkah dia, berulang kali Dimas membuang nafas untuk merilexkan diri.
"bagaimana kalau orangnya..." sebelum menyelesaikan ucapannya, Riva lebih dulu memotong ucapannya.
" staf tadi makaudmu, kalau dia tidak ada niatan buruk, ya kenapa tidak..?. selama mereka saling menyukai tentunya" jawab Riva yakin.
setelah masuk lift "sampai sini saja, kau pasti sangat sibuk juga kan, terimakasih atas sarannya" ucap Riva mencegah Dimas yang akan mengantarnya ke mobil.
lift terlihat turun membawa penumpangnya, sementara Dimas masih terpesona dengan pembawaan sang pujaan hati.
apa itu juga berlaku padaku, aku takut perasaanku malah menimbulkan masalah untuk keluarga kita.
...****************...
satu minggu berlalu, Riva mulai mempersiapkan segala keperluannya untuk bergabung dengan Jaya Group namun semua itu tak terlaksana sesuai rencananya diawal.
Riva berubah haluan, dia lebih tertarik menjalankan butik yang selama ini dikekola sang mama. selain karena memang sekolahnya di bidang itu, Riva juga ingin membantu sang mama.
tentu saja niat Riva di sambut baik oleh nyonya Fatma, nyonya Fatma sempat khawatir dengan sang putri pasca kandasnya hubungan asmaranya beberapa tahun yang lalu.
mendengar langsung permintaan ini dari putrinya langsung membuatnya yakin, kalau Riva akan membuat butiknya lebih maju lagi.
"kalau alasan kakak karna Revan, mending enggak usah deh.., tetap kembali ke kantor aja" ucap Revan ditengah obrolan malam keluarganya.
"idiihhhh.... kenapa loe? jangan ke ge-eran deh" jawab Riva mendelik ke arah adiknya.
" memang kamu yakin " tuan Ardi kembali bertanya pada putrinya. " Revan lebih perlu kamu di kantor.." pendapat tuan Ardi teroptong.
"loh loh...ayah apaan sih, anaknya mau bantu mamanya kok malah ditanya begitu? lagian kalau Riva bantu mama jadikan sekolahnya enggak sia-sia, gimana sih.....?" kesal nyonya Fatma pada suaminya.
"bukan begitu ma, tapi dibutik kan sudah ada Sari yang...."lagi-lagi kata-katanya terpotong.
"no....Riva tetap bantu mama, dan Revan bantu ayah titik" tegasnya. " lagian Sari hanya orang lain yang mama percaya tapi Riva anak mama yang akan meneruskan usaha mama.." sambungnya.
Revan yang melihat sang ayah akan menyanggah lagi, segera memberi isyarat untuk diam, seolah berkata terima aja yah lawan perempuan mana bisa menang.
Tuan Ardi memilih diam, mendengar semua celotehan istri dan putrinya.
"hahhhhhhhh......" menghela nafas.
"kenapa sih yah?," Riva bertanya setelah mendengar sang ayah menghela nafas kasar.
"padahal ayah sudah seneng banget, kalau kamu mau bantu adikmu.., tapi ayah tidak akan memaksa mu seperti adikmu dulu" sambil merenung tuan Ardi mengingat bagaimana dia memaksa putranya untuk fokus hanya pada Jaya Group.
bahkan putranya harus mengubur jauh mimpi-mimpinya.
"Revan enggak apa-apa yah" ucap Revan menenangkan kegundahan sang ayah.
"ishhhhh, Revan memang harus dipaksa ayah, dia kan keras kepala lagian dia laki-laki yang memang harus mampu menggantikan ayah untuk semua hal kedepannya" Riva berkata untuk memancing kekesalan ayah dan adiknya.
Revan mendelik ke arah sang kakak" iya, awas aja ya kalau disana malah makin grecokin mama..." ucap Revan mengepalkan tangannya ke arah sang kakak.
"hahahhahahahahhaah, siap pak CEO, jangan lupa calon adik ipar pepet terus..." godanya melenceng ke hal yang lain.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments