tuttttttt.....
"iya Tuan ada yang bisa di bantu" jawab Lala ramah setiap interkom khusus tuan muda tersambung.
"keruangan saya sekarang" memberi perintah.
"baik tuan" setelah sambungan terputus Lala segera beranjak dari tempat duduknya.
"saya keruangan Tuan Revan dulu ya mbak.." setelah memberi tahu rekannya Lala langsung berlalu.
tok tok tok
"masuk" suara dari dalam terdengar.
Lala masuk ruangan " ada yang bisa saya bantu tuan" tanya Lala dengan posisi berdiri tepat diseberang meja tuan Revan.
Revan beranjak dari duduknya, menuju ke sofa. " duduk sini" menepuk sofa tepat disampingnya.
Lala cukup bingung, namun tetap menuruti perintah tuannya. duduk satu sofa dengan tuannya membuat Lala deg degan.
ada apa ya, enggak mungkin ada masalah kan. apa ada hubungannya dengan kejadian di ruang rapat tadi ya.
khemmm..., Lala berdehem untuk menetralkan rasa gugupnya.
"gimana tangan kamu" tanya Revan menatap langsung lawan bicaranya.
"maksudnya gimana Tuan" Lala cukup terkejut dengan pertanyaan tuannya.
enggak mungkin dia manggil aku cuma karena khawatir kan...
karena penasaran Lala tanpa sadar menatap langsung tuannya.
"huhhhhh, harus saya ulang" menghela nafas " aku tanya sekali lagi tangan kamu gimana" ulang Revan.
" ba-ik tuan, hanya luka kecil" ucap Lala tanpa sadar menyodorkan tangannya yang di plaster ke tuan Revan.
Revan yang terkejut dengan reaksi stafnya mengalihkan pandangannya ke sembarang arah " khmmm sepertinya memang baik" karena merasa gugup Revan beranjak dari duduknya.
" karena kau sudah baik-baik saja susun kembali berkas yang ada disana" tunjuk Revan pada tumpukan berkas yang ada di meja ujung sofa.
Revan melangkah kembali ke kursi kebesarannya, entah kenapa dia gugup disaat Lala menatapnya dan memperlihatkan tangannya yang sudah di obati.
berbeda dengan Revan, Lala tampak santai dan tidak menyadari kesalahannya. meski bingung dia tetap mengerjakan tugas barunya. setidaknya sekarang dia paham bagaimana mengerjakannya tidak seperti di awal.
semangat La, mungkin kau hanya perlu menahan lapar disaat makan siang saja kali ini.
setelah meregangkan badannya Lala mulai mengerjakan berkas-berkas yang entah isinya apa.
...****************...
menjelang makan siang, Dimas masuk tanpa mengetuk pintu ruangan, "van...." Dimas menjeda ucapannya setelah melihat orang lain diruangan sahabatnya.
"khmmm, ada masalah" tanya Dimas pada Revan setelah berdehem.
"lain kali ketuk pintunya dulu, tidak sopann.."gerutu Revan.
"baiklahh,... ada masalah" tanya Dimas kembali.
" tidak dia hanya menyusun berkas saja" jawab Revan tanpa mengalihkan pandangannya dari monitor.
"lagi........., apa yang kemarin belum selesai" tanya Dimas kembali.
mendengar sahabatnya, Revan menghunus tatapan tajamnya. dan mengisyarat sahabatnya untuk diam.
"ohhh... Modus" gumam Dimas lagi, yang tidak bisa menyembunyikan senyum tengilnya untuk menggoda sahabatnya.
Revan bersikap masa bodoh dengan sikap sahabatnya, meski dia tau kalau Dimas tengah menggodanya sekarang.
"ada apa kau kemari" ucap Revan mengalihkan fokus Dimas.
"astaga aku hampir lupa, ini semua data mengenai proyek yang bermasalah" menyodorkan berkas yang langsung diterima Revan.
"kemungkinan terburuknya?" tanya Revan pendek.
"dia akan mengulangi kesalahannya" jawab Dimas singkat.
" teruss..." Revan
" kau akan mundur dari jabatanmu kalau kamu lupa" sambung Dimas santai.
"huhhhhhhh...sepertinya kau bahagia sekali...." menyandarkan badannya pada kursi dan melipat tangan tepat diatas kepalany.
"hahahahahhaha, kenapa? bukankah selama ini kamu menginginkannya, dan selanjutnya kak Riva akan menggatikan posisimu" Ucap Dimas dengan nada mengejek.
" itu dulu," Revan terdiam "sekarang berbeda, ada hal yang harus selesaikan" sambungnya dengan tatapan mengarah pada Lala yang tetap fokus menyusun tumpukan berkas. tanpa perduli dengan perdebatan atasannya.
entahlah, aku bingung. yang jelas untuk sekarang aku hanya ingin memastikannya.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments