Menghembuskan nafas berat, menatap depan cafe dengan mata sendu mengingat bagaimana dirinya dulu sering sekali datang ke tempat ini. Wajah yang selalu ceria, senyum tak pernah memudar dan selalu ada kasih sayang di dalam cafe sana hingga dirinya bisa melupakan semuanya.
Yasmin tak bisa memungkiri bila dirinya rindu akan suasana cafe, harumnya aroma kopi dan juga wajah lalaki yang selalu membuatnya tenang.
Tapi itu dulu, sebelum dirinya merasa terbodohi dan juga hati yang tersakiti. Karena tak tau bila lelaki itu ternyata sudah memiliki kekasih. lelaki itu yang dia suka, hanya belas kasihan dan juga menganggapnya adik saja tak lebih dari itu.
Cinta bertepuk sebelah tangan, sangat sakit. tapi lebih sakit bila memendam cinta hingga dirinya sakit hati sendiri. mengetauhi keadaan di saat ia mencintai lelaki yang selalu ada bersamanya ternyata sudah ada yang memiliki.
Bodohnya dirinya tak pernah bertanya. Apakah lelaki itu sudah punya kekasih, atau lelaki itu dekat dengan wanita selain dirinya.
Dan lebih bodohnya, kenapa tidak bertanya pada salah satu karyawan Aiman. Bila dirinya bertanya mungkin, Yasmin tak akan lagi mengejar Aiman. Mungkin suka dan cintanya tak akan sebesar ini. Mungkin Yasmin tak akan sakit hati terlalu dalam. Mungkin Yasmin akan bisa melupakan hari-hari bersama dengan lelaki itu meskipun itu hanya di di dalam cafe saja. Tidak lebih.
Sekali lagi menghembuskan nafas berat, melihat paperbag di tangannya yang berisi jaket milik Aiman. Rasanya tak ingin sekali mengembalikanya, tapi dirinya juga tak mungkin menyimpannya.
Buat apa? Buat lebih untuk menyakiti hatinya, atau buat untuk kenangan masa-masa dimana dirinya selalu menyandar di bahu lelaki itu saat mengantarkannya pulang dengan mengendarai motor.
Kenangan yang sulit di lupakan. dan juga kenangan yang manis meskipun kenyataannya pahit untuk di ingat lagi.
Ragu, diam mematung menatap cafe sedikit ramai di malam hari. Yasmin yang sudah berdiam lama, tersentak kecil saat namanya ada yang memanggil.
" Yasmin?" Membuat Yasmin menatap ke depan, dan tersenyum siapa yang memanggilnya sekarang.
" Bang Doni." Panggil Yasmin. berjalan ke arah Doni, karyawan kepercayaan Aiman. berdiri di samping pintu masuk cafe.
" Dari tadi? kok sampai nglamun gitu?" Tanya Doni.
" Enggak barusan." Elak Yasmin dengan senyum.
" Ayo masuk." Ajak Doni.
" Kayaknya aku gak bisa masuk deh bang?"
" Eh! Kenapa." Tanya Doni memicingkan mata. " Bertengkar sa-,"
" Enggak." Sahut cepat Yasmin. " Aku ada janji sama temanku bang. Ini sudah di tunggu dari tadi." Imbuhnya, bohong bila di tunggu temanya. Nyatanya Yasmin tak punya janji dengan siapa-siapa.
" Malam-malam gini?"
" Masih jam delapan kali bang, belum terlalu malam juga!" Seru Yasmin, mengerucutkan bibir.
" Nanti Mas Aiman kalau tau kamu keluyuran malam-malam sendiri. dia pasti marah loh!." Kata Doni, membuat Yasmin tersenyum paksa.
Ya, lelaki itu selalu saja memberikan peringatan untuk tidak berpergian sendiri di malam hari. Apa lagi malam belum terlalu larut, begitu posesifnya Aiman pada Yasmin. Meskipun Aiman tak ada di cafe dan sedang berada di luar kota ketika Yasmin berkunjung di cafe hingga malam hari. Doni akan mengantarkannya pulang, dan itu adalah perintah dari Aiman.
" Enggak akan lagi." Jawab Yasmin, membuat Doni kembali mengerutkan kening. " Oh iya bang, aku nitip ini ya. Punya kak Aiman ketinggalan di rumah waktu itu." Imbuhya, menyerahkan paperbag pada Doni.
" Apa ini?" Penasaran Doni.
" Ih.. Kepo!" Cibir Yasmin, membuat Doni tertawa.
" Kasih sendiri saja kenapa Yas?" Pancing Doni.
" Aku sudah di tunggu teman Bang... Takut telat ini!" Jawab Yasmin. " Ya sudah ya bang, aku pulang du-,"
" Yasmin." Panggil lelaki dari belakang, membuat Yasmin melebarkan mata menatap Doni.
Yasmin tau siapa yang memanggilnya, suara itu? Yang membuatnya rindu, dan juga tak ingin membuatnya bertemu.
" Nah.. Ini mas Aiman!" Seru Doni, tersenyum lebar. Sedangkan Yasmin masih enggan untuk berbalik menatap Aiman.
" Ini mas, ada titipan dari Yasmin. Di suruh masuk gak mau, katanya terlambat, sudah di tunggu sama temannya." Ucap Doni, mengangkat paperbag memperlihatkannya Aiman yang kini tepat ada di belakang Yasmin.
" Tolong taruh di ruanganku Don." Perintah Aiman, membuat Doni mengangguk. Dan tersenyum ke arah Yasmin yang sedang melototkan mata padanya.
" Aku masuk dulu Yas." Pamit Doni tersenyum lebar menggoda Yasmin yang kini mengerucutkan bibir.
Sungguh, dirinya tak ingin bertemu kembali. Tapi kenapa justru Tuhan mempertemukannya.
" Yas?" Panggil lembut Aiman, membuat Yasmin menghela nafas sebelum dirinya berbalik menghadap Aiman.
" Cuma ngembalikan jaket kak yang kemarin tertinggal di rumah." Kata Yasmin. " Aku permisi pergi dulu kak." Imbuhnya, melangkah pergi tanpa mau menatap mata Aiman. Hingga Aiman mencekal tangannya yang sudah melangkah melewatinya.
" Aku antar pul-,"
" Enggak usah makasih. Aku sudah ada janji sama teman." Sela Yasmin, mencoba melepaskan tangan Aiman dari pergelangannya. Tapi Aiman malah semakin mengencangkan tangannya, Membuat Yasmin sedikit meringis.
" Aku antar pulang." Tegas Aiman, menarik tangan Yasmin dan membawanya menuju mobilnya.
" Masuk." Perintah Aiman, membuka pintu mobil untuk Yasmin. dan melepaskan tangannya dari Yasmin.
" Aku bisa pulang sendiri!" Kata Yasmin.
" Masuk Yas!" Dengan suara tertahan, Seperti menahan Amarah pada Yasmin.
" Yasmin?" Imbuhnya, pelan tapi tegas. Membuat Yasmin menatapnya, dengan mata berkaca-kaca.
" Masuk. Aku antar pulang." Kata Aiman lembut. Dan Yasmin tak bisa membantah, seperti biasanya bila Aiman memaksanya sesuka hati.
selamah inikah dirinya jatuh cinta?
Yasmin duduk dengan tenang, menatap luar jendela memalingkan wajahnya dari Aiman. Sungguh sesak sekali saat ini yang ia rasakan.
Mobil aiman sama sekali belum beranjak dari tempat parkir. Aiman masih duduk tenang di balik kemudi dan juga menatap lurus bangunan samping cafenya sedikit gelap hingga sekali-kali menatap Yasmin yang enggan menatapnya.
" Yas."
" Kalau masih mau di sini, lebih baik aku pulang naik motor. Aku capek kak." Sela Yasmin yang masih enggan menatap, Membut Aiman menghembuskan nafas panjang.
Menyalakan mobil, keluar dari parkiran cafe menuju jalan raya dan mengarahkan mobil menuju jalan yang bukan ke arah rumah Yasmin.
" Aku mau pulang kak?" Kata Yasmin, kini memberanikan diri menatap Aiman yang sedang fokus ke jalan.
" Iya."
" Ini bukan jalan rumahku."
" Aku tau?"
" Turunkan aku di sini Kak! Aku gak mau kemana-mana.. Aku mau pulang!!" Ucap Yasmin, kini pertahanannya runtuh dan menangis di hadapan Aiman.
Aiman yang melihat Yasmin menangis, segera membelokkan mobilnya. Sedikit sepi jalanan dan menepikan mobil di samping trotoar.
Aiman memeluk Yasmin, membawanya ke dalam pelukannya menciumi puncak kepala Yasmin berkali-kali.
" Aku benci kakak, aku benci!" Lirih Yasmin dalam pelukan Aiman.
.
.
.
.
🍃🍃🍃🍃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Chacha Nunuy Chasanah
psti Yasmin nyesek bgt rsa y...sblum berpikir yg tdk" sebaik y mendengarkan dlu penjelasan aiman sprti apa...apakh benr itu pcar y atau hanya perempuan itu yg suka sma aiman...
2022-07-30
0
city
ngomong aj Yas drpd sesek trs nangis aj g apa2 Yas
2022-07-30
0
Sri Fams
kanapa Yasmin nangis orang mah biar aiman gejar2 Yasmin...
2022-07-30
0