Saling berbagi cerita dan saling mengerti keadaan masing-masing. Membuat Yasmin, Lintang dan Bimo tak akan lagi menyembunyikan sesuatu. Mereka akan saling membantu, saling mendengar dan saling berbagi kasih. Meskipun mereka bukan saudara kandung.
Bukankah hidup harus saling menyayangi? Saling berbagi dan saling menolong?
Lintang dan Bimo menghabiskan waktu minggunya di rumah Yasmin hingga sore. Menikmati makan bersama, Yasmin dan Lintang nonton film sambil bercerita. Dan Bimo menghabiskan waktunya bermain game dengan mendengarkan cerita dua gadis.
" Pulang Bim? Sudah sore." Kata Lintang, sambil membersihkan bungkus cemilan ke dalam plastik.
" Yok? Emakku udah nyariin ini." Ucap Bimo, mematin ponsel dan beranjak dari ranjang Yasmin sambil merenggangkan tubuhnya.
" Mama kamu gak bakalan khawatir kalau kamu main ke rumahku." Cibir Yasmin.
" Enggak akan khawatir lah.. Orang di rumah kamu banyak makanan. Mangkanya terjamin hidup Bimo!" Ujar Lintang dengan tertawa, membuat Yasmin ikut tertawa. Sedangkan Bimo hanya meringis.
Ya, memang di akui. Di rumah Yasmin tak kekurangan makanan, Bimo yang notabenenya doyan makan tak akan kelaparan bila main ke rumah Yasmin.
Bik Sum selalu memasak lebih dan juga cemilan banyak untuk Bimo. Hingga cemilan itu pastinya tak akan tersisa sedikit pun.
" Kurisin dikit lah bim! Katanya pengen punya cewek!!" Ucap Lintang.
" Nanti saja.. Kalau udah nemu incarannya." Jawab enteng Bimo.
" Dari dulu incaran mu seperti apa? Orang kamunya aja malas sekali lihat adik kelas. Goda pun juga gak pernah. Apa lagi deketin. Sukanya ngekorin aku aja." Kata Yasmin.
" Jangan-jangan Bimo suka sama kamu Yas." Tebak Lintang, membuat Bimo menonyor kening Lintang hingga lintang mengaduh kesakitan.
" Aku suka Yasmin, yang benar saja." ketus Bimo. " Aku ini anggap Yasmin saudaraku, dan kamu juga sudah seperti saudaraku. Mana mau aku cinta-cintaan dalam persahabatan. Enggak-enggak. Enggak ada gitu-gituan." Jelas Bimo. melipat dua tangannya di dalam dad*nya.
" Yakin!" Seru Yasmin.
" Yakin!! Seratus persen... Lagian kamu ini bukan tipe aku. Apa lagi ini nich!! Si kunyuk." Kata Bimo menunjuk Lintang. Membuat Lintang menepis tangan Bimo.
" Enak saja kunyuk." Cemberut Lintang." Kamu hom* ya Bim?" Picing Lintang, lagi-lagi mendapat tonyoran dari Bimo.
" Sakit Bimo!! Ya Tuhan.." Seru Lintang mengusap keningnya kembali. Sedangkan Yasmin, ikut meringis dan menahan tawa.
" Naudubillah... Kamu ini, kalau ngomong gak di saring dulu apa Lin! Nyeplos aja." Sungut Bimo. " Aku normal Lintang marlintang!!! Gak nafsu saja lihat kalian berdua. Udah ayo pulang. Sakit kepalaku kalau berdebat sama kamu." Imbuhnya, berjalan lebih dulu keluar kamar Yasmin.
" Dih... Dasar jin gendut!!" Sebal Lintang membuat Yasmin tertawa mendengarnya.
Persahabatan, itu seperti pelangi. Ada yang memudar dan ada yang terang. Persahabatan tak akan lengkap bila tak ada yang namanya adu mulut. Lintang yang bermulut pedas, Yasmin yang lembut dan Bimo yang mudah emosian. Tapi membuat mereka tak akan ada namanya dendam. Karena persahabatan akan tau sifat watak masing-masing.
" Pulang dulu Yas? Salam ke tante Ranti." Ucap Bimo, menyalakan motor.
" Pulang ya dah!! Makasih jamuannya." Pamit Lintang. Berada di jok belakang Bimo.
" Hati-hati! Langsung pulang, besok sekolah." Kata Yasmin. Lintang dan Bimo mengacungkan jempol.
Menatap kepergian dua sahabatnya. Ternyata menyenangkan juga menambah sahabat baru yang bisa membuatnya mengobati rasa sedih.
Setidaknya minggunya Yasmin tak akan kesepian atau mengingatkan semalam saat ia menangisi lelaki yang di sukainya.
*****
" Habis dari mana mbak?" Tanya Saskia, melihat kedatangan Lintang di sore hari saat dirinya sedang duduk santai bersama Teguh.
" Dari rumah teman?" Jawab Lintang, melepas sepatu dan menaruhnya di rak.
" Naik apa?"
" Naik motor, bareng sama teman." Kata Lintang. " Aku ke kamar dulu tan." Pamitnya.
" Iya, habis ini turun. Makan malam mbak." Ucap Saskia dan di anggukkan Lintang sebelum melangkah masuk ke dalam rumah. Tanpa mau menegur sapa dengan Ayahnya yang hanya diam dan memperhatikannya.
" Dia gak mau kita ajak jalan-jalan. Tapi di ajak temannya, mau." Gumam Teguh.
Mengingat pagi hari Istrinya bersemangat untuk pergi berlibur dengan anak-anak. Membuat Teguh tersenyum. Saskia sudah menyiapkan keperluan Ali dan juga dirinya untuk berenang. Tak lupa juga sudah memberitahu Abbas dan juga Lintang untuk bersiap-siap.
Abbas dan Ali yang sudah duduk tenang di ruang tamu dengan dirinya menunggu Saskia memanggil Lintang. Ketika turun, wajah Saskia terlihat sedikit sedih. Membuat Teguh mengerti bila putrinya tak ingin pergi bersamanya.
" Mbak Lintang banyak tugas sekolah. Mbak juga pasti capek, jalan-jalannya tanpa mbak Lintang gak apa-apa ya?" Ucap Saskia dengan senyum paksa.
Padahal istrinya itu sangat ingin berlibur dengan anak-anaknya termasuk Lintang. Lintang, walaupun di paksa anak itu akan tetap dengan pilihannya. Tidak akan ikut, dan tidak bisa di bujuk bagaimana pun.
" Mungkin Lintang kerja kelompok mas? Tugas sekolahnya kan banyak." Kata Saskia, menenangkan hati suaminya.
" Maafin Lintang ya Bun." Ucap Teguh. Merasa bersalah membuat istrinya sering kecewa dengan sikap Lintang.
" Kenapa minta maaf Mas, namanya juga anak-anak... Nanti Abbas juga pasti gitu, kalau sudah masuk sma. Banyak waktu liburnya ke sita sama tugas sekolahnya." Terang Saskia.
Terbukti, Abbas yang sudah menginjak kelas sembalan itu juga banyak sekali tugas sekolah dan juga masa-masa remaja yang ingin di habiskan dengan bermain bersama temannya.
" Tapi Lintang tidak seperti Abbas Bun."
" Jangan pernah banding-bandingkan anak-anak kita Mas. Karakter dan sifat anak itu berbeda-beda." Sela Saskia.
" Jangan sampai ya mas... Aku gak mau, dan aku enggak suka. Aku takut nanti anak kita saling iri atau saling bertengkar hanya karna kita saling membandingkan." Imbuhnya.
memperingatkan Teguh untuk tak membandingkan ke tiga anaknya. Karena Saskia pernah merasakan sendiri bagaimana dirinya di bandingkan dengan orang lain. Dan itu sangat menyakitkan. Lebih menyakitkan lagi, bila yang di bandingkan lebih jauh darinya serta lebih tinggi status keluarganya.
Tapi itu masa lalu, dan tak akan pernah Saskia lupakan meskipun sebenarnya tak perlu lagi untuk di ingat kembali.
Kurang syukur apa, Teguh mempunyai istri seperti Saskia. Istri dimana sikap dewasa, bijak dan juga penuh kasih sayang salalu di curahkan pada anak-anak dan juga dirinya.
Seharusnya Lintang bersyukur mempunyai ibu sambung seperti Saskia, tapi entah kenapa sikap Lintang seperti tak pernah menunjukkan sukanya pada Saskia. Putrinya itu masih tetap memanggil istrinya dengan sebutan tante. Dan Saskia begitu menerima senang hati dengan panggilan Lintang, walaupun sebenarnya itu sangat menyakitkan.
Sakia, ibu tiri yang tak pernah memaksa putrinya untuk menuruti kemauannya dan tak pernah memaksa putrinya harus memanggilnya ibu. Dan Saskia hanya berharap dirinya bisa lebih akrab dengan Lintang serta mau menerimanya sebagai ibunya.
.
.
.
.
🍃🍃🍃🍃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
city
sabar seseorang akan luluh dgn ketulusan lintas masih banyak luka dihatiny
2022-07-24
1
Raffael Anwela
pelan pelan ya bunda,,,lama2 pasti mau menerima bunda 🤗
2022-07-24
1
Rahmalia Nurodin
sabar Tante nanti lintang akan menerima dengan senang hati.....
2022-07-24
1