Larangan dan ajakan pulang di antar oleh pria dewasa dari dirinya membuatnya sudah tak lagi kecewa seperti dulu pertama kali dia melarangnya menginap di cafenya.
Bukan tanpa sebab Aiman melarangnya tidur di cafenya. Pasalnya, di tempat cafenya juga ada empat karyawan pria tidur di sana meskipun itu ada di lantai bawah dan berada di belakang.
Aiman juga tidak tinggal di cafenya, Pria itu mempunyai tempat tinggal sendiri dan Yasmin juga belum pernah di ajaknya ke tempat tinggal Aiman.
Kini Yasmin sudah ada di dalam mobil Aiman, menatap luar jendela melihat lihat lampu temaram di pinggir jalan tanpa mempedulikan Aiman yang pastinya sedang melirik ke arahnya.
" Kamu marah?" Tanya Aiman, melirik sebentar ke Yasmin dan kembali melihat jalan.
" Enggak.. Emang marah kenapa?" Tanya balik Yasmin, mengubah posisi sedikit tegak.
" Marah karna gak ijinin kamu nginap di cafe."
" Enggak kak. Aku gak marah." Jawab Yasmin tersenyum menatap Aiman. Membuat Aiman membalas senyumannya dan mengacak rambut Yasmin.
Tiga puluh menit perjalanan menuju rumah Yasmin. Rumah tepat berada di sisi jalan utama, masuk ke gang-gang perumahan. Tepat di depan rumah berpagar hitam dan berlantai dua Aiman memberhentikan mobilnya di sana.
Mematikan mesin kendaraan dan menoleh ke Yasmin, sedang bersiap-siap membuka pintu mobil.
" Makasih kak sudah di antar. Maaf sudah merepotkan kak Ai." Ucap Yasmin.
" Enggak apa-apa, lagian juga searah kan." Jawab Aiman, mengacak rambut Yasmin gemas. " Besok berangkat sekolah aku antar." Imbuhnya lagi, membuat Yasmin hanya mengangguk dan tersenyum.
" Gak usah kak. Aku sudah ngirim pesan ke tamanku, numpang berangkat bareng sama dia." Tolak halus Yasmin, tidak mungkin merepotkan pria di sampingnya yang pasti juga akan pergi ke tempat cafenya.
" Siapa? Bimo?" Tanya Aiman, di jawab Yasmin menganggukkan kepala.
" Aku masuk dulu kak. Hati-hati kalau pulang." Pamit Yasmin.
" Iya. Selamat malam."
" Malam juga." Kata Yasmin.
Seperti biasa, Aiman akan menunggu Yasmin benar-benar telah masuk ke dalam rumahnya dan pergi setelah Yasmin sudah tidak terlihat.
" Mbak Yasmin?" Panggil Bik Sum. Melihat anak majikannya sudah pulang.
Selalu pulang di malam hari.
" Bibik belum tidur?" Tanya Yasmin, menutup pintu rumah dan melihat jam sudah menunjuk di angka sebelas.
" Jangan nunggu Aku pulang Bik.. Aku kan sudah bawa kunci cadangan rumah. Bibik bisa tidur dan gak kecapekan nunggu aku kalau pulang malam." Kata Yasmin, berjalan ke arah sofa dan menghempaskan tubuhnya di sana.
" Gak apa-apa mbak.. Bibik juga belum bisa tidur. Mbak Yasmin sudah makan, bibik siapin makanan dulu ya."
" Gak usah Bik, makasih. Aku sudah makan tadi di tempat teman. Aku mau tidur saja, capek bik." Ucap Yasmin. Berdiri dari sofa mengambil tas dan berjalan menuju anak tangga.
" Selamat malam bik." Pamit Yasmin.
" Selamat malam mbak Yasmin." Jawab Bibik Sum.
Ikut merasa sedih, melihat anak majikannya tak lagi seceria dulu. Tidak ada lagi, keceriaan, tawa dan juga kebahagiaan di dalam rumah majikannya. Meskipun di dalam rumah tidak ada yang berbeda, hanya orang-orangnya saja yang kini berubah. Tidak seperti dulu.
Bik Sumi, seorang janda tua yang setia menemani keluarga Yasmin. Dari lahirnya Yasmin, hingga berumur tujuh belas tahun.
Sebenarnya Yasmin dua bersaudara, Yasmin anak pertama mempunyai adik yang berumur dua tahun dan meninggal karena sakit demam tinggi yang tak kunjung membaik.
Mamanya Yasmin memutuskan tidak ingin mempunyai anak lagi. Mungkin trauma melihat anak ke duanya meninggal di dalam pangkuannya.
Kehilangan anak ke dua, tidak membuat perubahan dalam keluarga Yasmin. Yasmin semakin di sayang, semakin di prioritaskan ke dua orang tuanya. dalam rumah begitu hangat, banyak canda tawa dan hanya sedikit kesedihan.
Ayah Yasmin seorang kontraktor. Hidupnya tidak pernah kekurangan hingga suatu saat menerima kabar tentang ayahnya kecelakaan, Dunia Yasmin dan mamanya seakan hancur. Di tambah Ayah Yasmin ternyata masih memiliki hutang bank begitu banyak. Seakan menambah beban Mama Yasmin yang tak bekerja selama suaminya masih ada.
Semua tabungan habis, tersisa rumah yang di tinggalinya sekarang. Mama Yasmin, yang terbiasa hidup terpenuhi. Kini harus bekerja keras demi anak dan dirinya.
Dan entah dari mana Nyonyanya bisa terjerumus dalam pekerjaan bagi seorang wanita memandangnya jijik dan rendahan.
Yasmin melempar tasnya ke atas kasur, berjalan menuju kamar mandi. Membersihkan diri dan segera merebahkan tubuhnya yang tak lelah tapi pikirannya yang bekerja keras.
Berharap esok hari semuanya akan baik-baik saja.
****
" Pagi Kak Lintang?" Riang Ali, melihat Lintang datang dan duduk di hadapannya. Hanya seulas senyum di tunjukkan Lintang. Abbas melirik sekilas dan kembali fokus dengan makanannya.
Saskia mengambil piring Lintang, mengambilkan makanan untuk putri tirinya.
" Makasih." Ucap Lintang, menerima makanan dari ibu tirinya yang ada di sebelahnya.
" Sama-sama." Jawab Saskia.
" Bagaimana sekolah kamu." Tanya Ayah Lintang, Teguh.
" Baik." Jawab Lintang, menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
" Ingat Lintang jangan buat kesalahan lagi, dan jangan lagi di keluarkan dari sekolah. Ayah sudah malu lihat tingkah brandal kamu." Ucap Teguh. Lintang yang akan menyuapkan kembali makanan ke dalam mulut berhenti. Menaruh sendoknya dan menatap sengit ayahnya.
" Kalau malu punya anak sepertiku, kembalikan saja lagi ke panti. Aku juga gak pernah nyuruh ayah kan jemput aku ke panti. Hidupku sudah lebih senang di sana, dari ada harus lagi bersama ayah." Ujar Lintang, menatap sengit ayahnya yang juga sama menatapnya tajam. berdiri dari duduknya dan mengambil tasnya.
" Lintang mau kemana? Sarapan kamu belum habis Nak." Cegah Saskia.
" Sudah kenyang, aku berangkat dulu." Pamit Lintang. melangkah pergi meninggalkan meja makan.
" Mas? Kenapa sih.. Masih pagi loh, kasihan kan Lintang." Ucap Saskia menggelengkan kepala menatap suaminya.
Teguh hanya diam dan kembali melanjutkan makan tanpa mau mengejar putrinya untuk mengantarkan sekolah. Ali tak berani melihat, hanya menunduk dan kembali makan.
" Aku berangkat dulu Bun." Pamit Abbas, selesai makan. Berdiri dari tempat duduk menyalimi Teguh dan bergantiaan menyalimi Ibunya.
" Bas, Kalau ketemu kak Lintang, ajak ya. Kak Lintang satu arah sekolahnya sama kamu sekarang." Ucap Saskia.
" Iya Bun." Jawab Abbas.
" Hati-hati." Ucap Teguh dan Saskia. Hanya mengangguk dan tersenyum.
Sudah biasa, Ayah sambung selalu berdebat dengan putrinya. Sudah biasa melihat pertengkaran antara ayah sambungnya dan juga saudara tirinya. Selalu di mulai dari sang Ayah yang memancing Lintang, hingga membuat Lintang melawan.
Lintang berjalan cepat menuju jalan raya, lumayan begitu jauh dari rumahnya. Selalu saja berdebat dengan ayahnya. Selalu saja ayahnya membuatnya marah. Tak bisakah sekali saja, dirinya akur dengan Ayahnya. Seperti ayahnya begitu akrab dengan adik bungsunya. Ada canda tawa dan juga ada belaian kasih sayang untuk Ali dari ayah kandungnya.
Kenapa dirinya berbeda sekali?
Suara mesin motor metic dari samping membuatnya menoleh. Dan mengerutkan kening menatapnya.
" Ayo naik." Ajaknya.
" Kerasukan apa! Tumben sekali." Ketus Lintang, pada siapa yang mengajaknya berangkat bersama.
Abbas.
" Kita satu arah! Ayo cepetan naik, keburu telat aku nanti." Jawab Abbas.
mengendus kesal adik tiri pertamanya yang tak pernah mengajaknya berbicara. Tapi kini malah memberikan tumpangan ke sekolah meskipun sekolahnya berbeda tapi tetap satu arah.
" Ayo cepat!" Serunya lagi. Hingga Lintang mulai dengan cepat duduk menyamping di belakang Abbas.
" Udah." Tanya Abbas.
" Udah." Ketus Lintang. Dan Abbas mulai melajukan motornya menuju ke arah sekolah Lintang dan dirinya.
Dalam perjalanan Abbas dan Lintang saling diam. Perbedaan umur dua tahun, Lintang sedikit pendek bila bersama Abbas yang masih duduk di sekolah smp kelas tiga.
Abbas tak pernah menegur atau menyapanya. Tapi kali ini entah angin apa, Abbas mengajaknya berangkat bersama dan menegurnya terlebih dulu.
" Makasih." Ucap Lintang, turun dari motor mengembalikan helm pada abbas.
" Iya." Jawab Abbas dan menjalankan motornya begitu saja tanpa berpamitan dengan Lintang.
" Dasar... Songong." Umpat Lintang, melihat kepergian adik tirinya.
.
.
.
.
🍃🍃🍃🍃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
FLA
lanjuttt..
2022-07-07
1
city
apapun itu kita g menghakimin pekerjaan seseorang pasti ada sebab akibat alasan mereka begitu...Yas... seburuk buruk ibu dia ibu kandungmu yg melahirkan mu semoga kamu bisa berdamai dgn keadaan lintang pun sama seorang ayah yg egois apapun itu semua kalian bahagia kelak
2022-07-07
2
Ika Sartika
up
2022-07-07
1