" Kamu kemarin kemana. Mama kamu telpon aku semalam. Aku tanya Mas Aiman kamu juga gak ke cafennya." Tanya Bimo, duduk menghadap belakang. Mengintrogasi temannya yang menghilang dan tak ada kabar sekali semalaman hingga membuat dirinya khawatir.
" Cari angin." Jawab Lesu Yasmin, melipat ke dua tangan di atas meja menjadikan bantal untuk kepalanya dan memejamkan mata yang masih mengantuk.
" Cari angin di mana, sampai malam banget Yas." Tanyanya lagi. mengerutkan kening menatap mata Yasmin kurang tidur.
" Cari angin di jembatan layang." Lirihnya. " Aku ngantuk. Nanti bangunin aku ya kalau ada guru. Aku mau tidur sebentar." Ucap Yasmin. Begitu berat kelopak matanya untuk di buka.
Yasmin sulit sekali tidur, teringat akan apa yang di lihatnya dan juga membuat hatinya teriris saat kembali mengingat bayangan menyakitkan untuknya.
Inikah pada akhirnya tau, atau memang dirinya saja yang bodoh. Begitu percaya diri pada lelaki yang sebenarnya tidak suka dengannya. Hanya kasihan saja, mengasihaninya yang butuh sandaran di kala sendiri.
Pemandangan menjijikkan, menikmati ciuman bibir di dalam mobil dengan kaca yang masih bisa di lihat dari luar. Entah siapa dulu yang memulai, tapi mereka menikmatinya. Seperti tidak menghiraukan keadaan setempat.
Sebenarnya hari itu bukan hari Yasmin mengunjungi cafe milik lelaki yang di sukainya. Biasanya hari itu Yasmin selalu pergi ke tempat di mana dirinya selalu datang berkunjung membawa makanan untuk para lansia di panti jompo.
Tapi entah kenapa, Yasmin ingin sekali mengajak lelaki yang di sukainya mengunjungi panti jompo yang dia juga belum pernah pergi berdua dengannya.
Melangkah dengan senang hati. Tapi sayang, berhenti di kala mata tak sengaja melihat lelaki yang di sukainya berada di dalam mobil bersama wanita cantik terparkir manis tak. jaih dari motornya berada. Senyum Yasmin memudar, matanya menggenang tiba-tiba melihat pemandangan menyakitkan dan juga belum pernah dirinya rasakan untuk di sentuh lelaki yang di sukainya.
Apa sebab itu, lelaki itu selalu menolak di ajak keluar walaupun hanya sebentar saja, meskipun dirinya tak pernah memaksanya.
Yasmin yang lebih dulu selalu mengirim pesan, menanyakan sedang apa dia, yang selalu perhatian dengannya. Begitu pun dia yang juga selalu membalas dan perhatian dengan dirinya. Ternyata itu semua hanya belas kasihan semata. Sungguh Yasmin menyedihkan sekali.
Seperti wanita pengharap.
Lintang baru tiba di kelas dan melihat Yasmin munutup mata, menatap Bimo yang hanya mengangkat bahu. Tidak tau apa yang terjadi dengan Yasmin.
Lintang membiarkan Yasmin tidur untuk sebentar sebelum pelajaran akan di mulai. Bukan tidak mau menanyakan keadaannya, tapi terlihat jelas wajah Yasmin bersedih dan lelah.
****
" Habis patah hati?" Tanya Lintang, menyesap minuman dingin yang sudah di pesan. Duduk di depan Yasmin dan Bimo. Melihat wajah Yasmin masih terlihat menyedihkan.
" Mana bisa Yasmin patah hati, pacar saja gak punya!" Ejek Bimo tertawa.membuat Yasmin mengerucutkan bibir.
Temannya ini tak mempunyai pacar, atau dekat dengan lelaki kecuali Aiman. Dan tidak mungkin pula Yasmin patah hati dengan Aiman, karna setaunya Aiman tidak dekat dengan wanita lain selain Yasmin. Dan entahlah, karena Bimo juga tidak terlalu dekat atau akrab dengan Aiman. Hanya menebak saja Aiman tidak mempunyai pacar.
" Terus kenapa muka mu betek gitu!"
" Cuma kangen ayah saja." Lirih Yasmin, mengaduk makanan yang sama sekali belum tersentuh.
" Kalau kangen ya telpon Yas." Gamplang Lintang. Bimo tersedak mendengarnya.
" Edan kamu Lin! Mana bisa telpon." Kata Bimo, melirik Yasmin menundukkan kepala.
" Kenapa gak bisa.. Tinggal pencet nomer ayahnya sa-,"
" Ayah Yasmin sudah meninggal." Sela Bimo, membuat Lintang terdiam. Belum mengetahui bila temannya itu tidak mempunyai ayah. Yang Lintang tau Yasmin hanya tinggal berdua dengan ibunya.
" Maaf Yas.. Aku gak tau." Ucap Lintang, merasa bersalah.
" Enggak apa-apa." Jawab Yasmin tersenyum sekilas.
Lintang berpikir Yasmin masih mempunyai orang tua yang lengkap. Meskipun orang tuanya sudah berpisah. Nyatanya salah, Yasmin anak yatim hidup bersama ibunya yang selalu di olok-olokan kakakk kelas sebagai cap pelak*r.
Entah kenapa Lintang merasa hidup Yasmin sama sepertinya. Hanya saja berbeda versi.
Kesedihan Yasmin bisa di rasakan Bimo. Gadis itu memang merindukan Ayahnya, hanya ayahnya selalu menjadi sandaran keluh kesah Yasmin. Kenal dengan Yasmin sudah cukup lama, semua cerita keluarga Yasmin sudah ia dengar dari Bik sum, pembantu Yasmin. Yasmin, putri ayahnya yang selalu di manja dan juga di sayang dan begitu sangat dekat dengan ayahnya.
Memang benar orang bilang. Anak seorang putri akan lebih dekat dengan ayahnya.
Mereka bertiga diam, entah apa yang harus di ucapkan lagi. Seakan mereka juga menikmati sedihnya Yasmin yang terlihat jelas di matanya.
" Numpang duduk lagi ya?" Ucap kakak kelas laki-laki. Duduk di samping Lintang tanpa harus menunggu persetujuan dulu.
" Eh.. Iya mas." Canggung Bimo. Yasmin hanya tersenyum mengangguk dan Lintang lagi-lagi meliriknya dengan sinis.
" Sudah Enakan?" Tanya kakak kelas pada Yasmin. Membuat Bimo memicingkan mata, menatapnya dan berganti menatap Yasmin.
Lintang hanya mendengar, menikmati makanan menatap Yasmin tanpa menatap kakak kelas.
" Agak mendingan kak." Jawab Yasmin tersenyum. " Makasih, maaf semalam ngerepotin Kak Satya." Imbuhnya lagi.
" Gak masalah. Satu arah juga kan pulangnya." Kata Kakak kelas, yang bernama Satya. Yasmin mengangguk dan tersenyum.
" Eh.. Tunggu. Emang kamu semalam kenapa?" Penasaran Bimo.
" Kan aku tadi aku sudah bilang Bim.. Cari angin di atas jembatan layang." Sinis Yasmin.
" Iya aku tau.. Tapi kenapa bisa sama Mas satya."
" Gak sengaja ketemu di jalan. Lihat Yasmin dorong motornya malam-malam. Ternyata kehabisan bensin." Jelas Satya.
Dirinya memang bertemu seorang gadis di tengah malam, sendiri mendorong motor maticnya di tengah jalan, yang sedikit sepi pengendara. Dan saat dirinya menghampiri dan akan menolong gadis itu, tak taunya yang di tolong adalah Yasmin adik kelasnya.
Satya mendorong motor Yasmin dengan cara kaki kirinya bertumpu pada knalpot motor Yasmin dari samping dan menyalakan motornya sendiri hingga menuju spbu terdekat.
" Kebiasaan!!" Cibir Bimo.
Bila sahabatnya itu bersedih, dua kebiasaan Yasmin yang selalu di ingat Bimo. Kalau tidak menangis di sembarang tempat atau bisa mengendarai motornya entah kemana hingga kehabisan bensin dan ujung-ujungnya menelpon dirinya.
" Batrai hpku habis, mau telpon kamu gak bisa." Kata Yasmin pada Bimo. Bimo berdecak sebal, sedangkan Yasmin kembali mengerucutkan bibir.
" Makasih ya Mas, sudah nolongin Yasmin." Ucap Bimo.
" Santai aja Bim." Kata Satya tersenyum ramah. Bimo dan Yasmin tersenyum, tapi tidak untuk Lintang. Masih menikmati mie ayamnya.
" Pesanannya mas?" Ucap penjual mie ayam.
" Makasih bang." Balas Satya, dan mulai menuangkan saos serta sambal di atas mangkoknya. Pergerakan itu tak luput dari lirikan Lintang, dan sedikitel menyunggingkan senyum miring.
.
.
.
.
🍃🍃🍃🍃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Rahmalia Nurodin
Satya jangan jadi rebutan Thor ...
2022-07-21
1
💠 Coco 💠
Oalah ...Aiman udah punya pacar to?
2022-07-21
1
Yayah
jangan sampe Satya jadi rebutan Yasmin sama lintang yah Thor
apalagi Bimo juga ikutan rebetuin Satya berabe tar 🤭
2022-07-21
1