Senin yang menyebalkan. Bagaimana tidak menyebalkan, di hari senin tentunya akan ada upacara di tengah-tengah lapangan. Tidak ada tenda, maupun peneduh di terik sinar matahari pagi.
Pagi ini mungkin, pagi yang sangat sial bagi Lintang. Pagi yang seharusnya datang lebih pagi. harus terlambat karena motor ban Abbas bocor. Dan lebih parahny lagi, Abbas meninggalkannya di tempat tambal ban sendiri bersama motornya. Kala melihat teman sekolahnya yang juga kebetulan sedang mengompa ban motornya.
Tentu saja Lintang marah-marah dan mengomel sendiri tak karuan. Abbas meninggalkannya bersama motornya, dan dirinya akan terlambat sekolah karena menunggu motor Abbas yang sedang di perbaiki.
Sumpah serapah dan cacian tak lupa Lintang keluarkan dari bibirnya untuk Abbas adik tiri Laknat. Lintang bersumpah pulang sekolah akan membuat perhitungan pada adiknya tirinya itu.
Dan semua itu karena Abbas, hingga dirinya harus mendapat hukuman pagi bersama siswa siswi yang juga terlambat sekolah dan tidak mengikuti upacara bendera.
Berdiri hampir setangah jam di tengah lapangan sambil mendongak menatap bendera merah putih. Dan mendengarkan ceramah dari kepala sekolah saat hukuman telah selesai.
Kepala sakit karena panas, telinga sudah tuli mendengar cemarah dari kepala sekolah yang tak kunjung usai. Sungguh, hari seninnya sangatlah sial bagi Lintang. Hingga rasanya ingin sekali Lintang bolos sekolah saja, bila tau akan mendapatkan hukuman.
Tapi, ingat akan tangisan pilu Ibu sambungnya. Lintang tak akan lagi bolos atau melakukan kesalahan kembali. Sudah cukup membuat ibu sambungnya menangis diam saat tak sengaja melihatnya di kamar ibu sambungnya yang terbuka sedikit.
Waktu itu memang kesalahan Lintang, Ibu tirinya menyembunyikan kesalahan Lintang dari Ayahnya yang di keluarkan dari sekolah karena ketahuan merokok. Sungguh, tangisan ibu tirinya itu seperti menyesali karena tak bisa mendidik dirinya dengan benar. Dan ada rasa sedikit bersalah sudah membuat ibu tirinya menangis karenanya.
Lintang bisa melihat ketulusan ibu tirinya yang sabar mendidiknya, memberi pengertian dan juga kasih sayang. Lintang tak akan mungkin bisa menyakiti hati ibu tirinya, tapi untuk ayahnya. Lintang masih kecewa dan marah atas apa yang sudah di perlakukannya dulu.
Meninggalkannya sendiri, di saat masih membutuhkan kasih sayang ke dua orang tua.
Mungkin itulah sebabnya Lintang suka membantah dan melawan ayahnya.
Henghembuskan nafas lelah, Lintang tak menuju ke kelasnya. Ia memilih membelokkan tubuhnya ke kantin, membeli sebotol air putih dan duduk di sudut pojok kantin.
Meminum air putih hingga setengah botol dan mengusap peluh keringat di dahinya. Sungguh dirinya sangat lelah sekali, bersandar di dinding dan meluruskan kakinya, serta menutup mata karna berkunang-kunang akibat terlalu silaunya matahari.
" Kenapa bisa terlambat?" Suara dari samping, membuat Lintang membuka mata dan menatapnya.
Menghembuskan nafas kasar dan kembali menutup mata. Malas untuk meladeni lelaki berdiri menatapnya.
Siapa lagi kalau bukan Satya.
Satya ikut duduk di samping Lintang. Menatap wajah Lintang yang lelah dan sedikit berkeringat membuat dirinya mengusap keringat di pelipis Lintang. Dengan Lintang cepat membuka mata dan menoleh ke arah Satya.
" Apaan sih!!" Seru Lintang, menggeser duduknya untuk jauh dari Satya. Satya tersenyum simpul, mengusap tangannya di kain seragam celana.
" Sana pergi masuk ke kelas kamu, aku gak mau ya nanti guru lihat kamu sama aku di sini. Capek aku di hukum lagi!." Imbuh Lintang, menatap was-was kesekeliling kantin berdoa semoga tak ada orang di kantin
Takut bila guru atau siswa lain melihatnya sedang bersama Satya. Sebenarnya bukan takut, melainkan malas bila harus berurusan dengan guru. Sudah capek dan tak ingin membuat ibu tirinya malu kembali karena ulah.
" Kenapa? Gak boleh aku nemenin kamu di sini?"
" Gak boleh... Ini masih jam pelajaran. Sana pergi!" Usir Lintang melototkan mata.
" Nemenin kamu sebentar saja?"
" Tetep gak boleh!! Sudah sana pergi, masuk ke kelas kamu." Usir Lintang lagi.
" Sudah sana!! Atau aku yang akan per-,"
" Oke oke.. Aku ke kelas." Sela Satya, mengalah pada Lintang dan berdiri dari duduknya. " Bel istirahat bunyi, cepat masuk. Istirahat di kelas jangan keluar."
" Terserah aku!" Ketus Lintang melotot tajam.
Siapa dia, berani menyuruhnya untuk tidak keluar kelas. Dan kenapa juga sok perhatian sekali. Pikir Lintang.
Bukan marah atau kesal. Justru Satya menggelengkan kepala dan tersenyum, melihat wajah ketusnya Lintang.
Baginya sangat menggemaskan, tapi tidak untuk Lintang.
Menyebalkan.
" Aku ke kelas." Pamit Satya.
" Iya." Ketus Lintang, kembali menutup mata dan tidak mempedulikan Satya yang sudah berjalan meninggalkannya dan sekali-kali menoleh ke arahnya.
Gadis yang sulit di luluhkan.
Membuat Satya semakin penasaran dan menantang untuk mendapatkan Lintang.
****
" Ampun mbak... aduh. ampun, ampun. Bunda!!" Teriak Abbas, berlari ke arah Saskia. Mencari perlindungan saat dirinya mendapatkan pukulan dari Lintang sekali. Dan mencoba pemukulan kembali padanya.
" Sini kamu Abbas!! Gara-gara kamu ini..!" Teriak Lintang, mengejar abbas yang belum puas menganiayanya.
Abbas mencoba menghindar, bersembunyi di balik punggung Saskia yang sedang menata makan malam. Menjadi penengah di antara Abbas dan Lintang yang seperti kucing dan tikus.
" Eh, eh!! Apa-apaan ini." Panik Sakia, ke dua lengannya di cengkram abbas. Bersembunyi di balik punggungnya. Dan Lintang berada dj hadapannya dengan wajah garang serta mencoba meraih Abbas di belakangnya.
" Ampun mbak!! Aku juga terpaksa. Kalau gak gitu telat."
" Kamu pikir aku juga gak telat apa! Hah.!" Ketus Lintang, masih mencoba untuk mendapatkan tubuh Abbas yang selalu menghindar darinya.
" Telat gimana ini maksudnya... Abbas Lintang! Ih... diam dulu. Bunda mau bicara.
" Abbas ini tan!!" Seru Lintang, mengerucutkan bibir dan berkacak pinggang.
" Maaf bun.. Maaf." Kata Abbas. Melepas ke dua tangannya dan menunduk.
" Ada apa dulu... Bunda ingin tau ceritanya." Tanya Saskia, menatap Lintang dan Abbas bergantian.
Lintang melihat Abbas menundukkan kepala dan sedikit takut. Menatap Saskia yang sedang menunggunya untuk berbicara. Lintang merasa kasihan hingga dirinya menghembuskan nafas berat.
" Enggak apa-apa tan, cuma tadi pagi berangkat sekolah ban motornya bocor." Ucap Lintang.
" Terus.. Kalian telat sekolah?"
" Enggak." Ucap Lintang, membuat Abbas menatapnya. " Abbas numpang bareng sama temannya. Untung juga ada temanku yang lewat, jadi gak telat sekolah." Imbuhnya, membuat Saskia menatap lama Lintang.
" Benar Bas?" Tanya Saskia beralih ke Abbas. Lintang menatap datar Abbas, sedikit menganggukkan kepala mengodenya.
" Iya Bun." Jawab Abbas.
" Lain kali, kalau berangkat sekolah motor bannya di lihat dulu Bas! Jangan ninggalin mbak Lintang juga. Untung ada temannya yang lewat." Tegur pelan Saskia pada Abbas.
" Iya bun.. Maaf."
" Maaf sana sama mbak Lintang." Perintah Saskia.
" Maaf mbak." Kata Abbas, Lintang hanya mengangguk dan tersenyum.
Lebih baik dirinya tak akan bercerita pada Saskia, karena dirinya tak mau Saskia memarahi Abbas. Meskipun dirinya tau Saskia tak pernah memarahi anak-anaknya dengan kata-kata mkasar atau menyakitkan.
.
.
.
.
🍃🍃🍃🍃🍃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Acih Suarsih
ibu tiri yang patut dicontoh
2022-07-26
1
Rahmalia Nurodin
ibu tiri yang perhatian dan baik.....
2022-07-26
1
💠 Coco 💠
walaupun sering berantem ternyata lintang jg masih punya rasa sayang terhadap Abbas
2022-07-26
1