Satu Minggu semenjak kejadian Rayan yang masuk rumah sakit, Kalila tidak muncul di hadapan pria itu. Karena Kalila tahu jika Rayan tidak mengingkan dirinya untuk datang menjenguknya.
Selama dua hari Cantika lah yang menemani Rayan, pria itu juga tidak menolak kehadiran Cantika di dekatnya, justru Rayan bisa tersenyum dan tertawa dengan Cantika.
Kalila yang pada waktu itu ingin masuk menjenguk Rayan pun dia urungkan, karena melihat kedua orang yang sendang tertawa bersama, dan praktis Kalila tidak ingin mengganggu dia memilih untuk pergi.
"Ray, kamu tinggal di sini sendiri?" Tanya Cantika, yang melihat tempat tinggal Rayan, rumah minimalis tapi mewah di dalamnya, Cantika sampai dibuat takjub.
"Ya, ada pelayan yang tinggal di sini juga." Jawan Rayan, yang dia maksud pelayan adalah Kalila.
"Oh, aku pikir kamu tinggal sendiri." Cantika membantu Rayan untuk duduk disofa ruang tamu.
"Em, jika kamu ingin minum ambil saja di dapur." Ucap Rayan yang memang masih kesulitan untuk duduk dan berdiri dengan cepat, tapi pria itu begitu bersemangat ketika bercinta dengan Kalila, dan mungkin juga karena pengaruh minuman alkohol membuatnya mampu melewati malam panjang bersama istrinya.
"Oke." Cantika pun melangkah menuju dapur wanita itu tidak merasa canggung meskipun baru masuk kerumah Rayan.
"Terima kasih." Rayan menerima minuman kaleng yang Cantika berikan.
Rayan membuka kaleng minumannya, pria itu menenggak hingga setengah.
"Apa kamu tidak ingin melakukan pengobatan keluar negeri." Tanya Cantika yang duduk di samping Rayan, wanita itu tidak canggung meskipun baru satu Minggu kenal dengan Rayan.
"Daddy ku mempunyai kenalan dokter neurologi yang bagus, dan aku yakin kamu akan sembuh." ucap Cantika dengan bersemangat.
Rayan hanya diam, sebenarnya dirinya bisa pergi keluar negeri untuk mengobati kakinya agar cepat sembuh, tapi entah mengapa hatinya belum menginginkan untuk pergi, disini pun dirinya mendapat perawatan intensif dari Kalila sampai dirinya yang sekarang bisa berjalan menggunakan tongkat.
Rayan hanya tinggal terapi dengan rutin dan mengikuti saran dari Kalila, pasti dirinya akan cepat pulih.
"Bagaimana kamu mau, jika mau aku akan bicarakan dengan_"
"Tidak usah, aku tidak ingin merepotkanmu." Rayan tersenyum tipis.
"Tidak Ray, demi kesembuhan kamu." Cantika masih mencoba merayu bahkan wanita itu menyentuh lengan Rayan.
Rayan terdiam tatapannya tertuju pada tangan Cantika yang menyentuhnya.
"Eh, maaf Ray." Cantika pun merasa kikuk, dirinya reflek menyentuh lengan Rayan.
"Apa kesibukan kamu Can, aku pikir kamu wanita pengangguran." Tanya Rayan sambil tersenyum.
"Ck, hanya karena aku sering menemanimu, kamu bilang aku pengangguran." Cantika menekuk wajahnya.
"Ya, kamu kan tidak bilang pekerjaan kamu apa?" Rayan terkekeh, dirinya hanya bercanda mengatai Cantika pengangguran.
"Lagian, mana mungkin wanita cantik seperti kamu pengangguran." Lanjut Rayan lagi, membuat Cantika tersipu malu.
"Kebetulan aku belum mendapatkan pekerjaan, setelah sampai di Indonesia, duku di Amrik aku bekerja sebagai model, tapi yah hampir masuk go internasional eh, Daddy malah ngajak pindah." Tutur Cantika merasa sedih.
"Model?" Tanya Rayan.
"Ya, tapi tidak seterkenal Cintya."
Cantika Memeng menggeluti dunia permodelan di Amrik, tapi wanita itu hanya menjadi model majalah saja, saat Cantika ditawarin menjadi model brand ambassador merk terkenal mendadak dirinya harus mengikuti Daddy-nya yang harus pindah ke Indonesia.
"Kamu masih ingin menjadi model?" Tanya Rayan lagi menata Cantika lekat.
"Why not, jika ada kesempatan." Cantika tersenyum.
"Baiklah aku akan bantu, jika kamu ingin menjadi model." Rayan tersenyum.
"Serius Ray." Wajah Cantika langsung berbinar senang.
"Ya, dan semua tidak gratis." Rayan tersenyum meneyringai.
Cantika memang belum seterkenal Cintya, tapi wanita itu juga memiliki bakat yang sama dengan saudari kembarnya.
Dan Cantika akan berusaha untuk membuat namanya kembali berseliweran di dunia permodelan.
"Nona." Ronal yang baru saja turun melihat Kalila yang baru masuk keperkarangan rumah. Kalian kemanapun pergi menggunakan taksi.
"Kak, tumben sudah di sini?" Tanya Kalila yang tidak tahu jika Ronal juga baru sampai.
"Saya hanya ingin mengantar berkas tuan yang harus ditandantangani."
"Oh, yaudah silahkan." Kalila menyuruh Ronal berjalan lebih dulu, masuk kerumah.
"Nona saja dulu, biar saya yang dibelakang." Ronal terseyum tipis.
Kalila pun hanya mengangguk, di ambang pintu Kalila bisa mendengar suara tawa seseorang dan tawa itu semakin mendekat membuat Kalila segera mundur dan bersembunyi di balik pilar besar didepan rumah.
"Nona kenapa anda_"
Ceklek
Pintu besar itu terbuka dan menampilkan sosok Rayan dengan wanita yang berdiri disampingnya.
"Tuan." Ronal menuduk, sedangkan Kalila hanya diam melihat wanita yang berdiri disamping suaminya.
"Ray, terima kasih sudah memberiku kesempatan." Cantika tersenyum manis bahkan tangannya tanpa sadar menyentuh lengan Rayan kembali.
"Tidak masalah yang penting kau nyaman." Rayan tersenyum.
Kalila meremas tas yang dia pegang, wanita itu menahan nyeri dihatinya melihat kedekatan Rayan dengan wanita lain, yang Kalila tahu wanita itu mirip sekali dengan mendiang Cintya, dan Kalila juga merasakan bagaimana wanita itu mencoba untuk mendekati suaminya.
Tapi Kalila tidak tahu apa yang harus dia lakukan, sedangkan Rayan saja tidak perduli padanya, bahkan pria itu tidak ada perasaan padanya. Yang ada hanya rasa dendam dan kebencian yang Rayan miliki.
"Aku pamit Ray, besok aku kemari lagi."
Cup
Dengan cepat Cantika mencium pipi Rayan, dan langsung pergi untuk memasuki mobilnya.
Kalila yang melihatnya semakin merasa sakit.
Ehem
Rayan berdehem untuk mengurangi rasa canggungnya pada Ronal yang melihat Cantika menciumnya didepan mata, Rayan juga terkejut dengan apa yang dilakukan Cantika tadi.
"Ronal ada apa_"
"Nona, kenapa anda masih bersembunyi, keluarlah." Ucap Ronal menghentikan ucapan Rayan.
Kalila memejamkan matanya, mendengar ucapan Ronal barusan yang dengan sengaja memanggulnya.
"Kak kau membuatku mati." Gumam Kalila yang merasa kesal.
Rayan pun menoleh pada balik pilar yang sama dengan Ronal, dan dari sana muncul Kalila yang berjalan pelan.
Kalila menatap tajam Ronal, karena sudah berani membuatnya tertangkap basah didepan Rayan.
Rayan menatap wajah Kalila yang biasa saja, dan Rayan terkejut ternyata Kalila berada disana sejak tadi.
"Maaf kak, permisi." Kalila menunduk dan berlalu dari dua pria yang satu suka sekali menyakiti hatinya, dan yang satu sangat menyebalkan.
"Masuklah." Ucap Rayan pada Ronal, untuk mengikutinya.
Rayan bisa menatap punggung Kalila yang menghilang dibelokkan kamar pelayan dibelakang.
"Tuan." Ronal menegur karena Rayan hanya berdiri diam tidak berjalan, membuat Ronal bingung.
"Em, keruangan kerja saya." Ucap Rayan yang kembali tersadar. Entah mengapa hati kecilnya merasa jika dirinya sudah menyakiti Kalila karena hal tadi. Tapi Rayan kembali tidak memikirkan apa yang sedang dia rasakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Runik Runma
minggat aja kai
2024-10-07
0
Ririn Nursisminingsih
tinggal pergi ja kal biar tau rasa
2022-11-30
1
Ety Nadhif
lemah dan terlalu bucin kaya si lestong🙄
2022-11-01
1