Kalila diantar pulang oleh Brian, meskipun pria itu awalnya merasa terkejut, tapi sebisa mungkin Brian mengerti akan posisi Kalila.
Brian tidak bisa menyembunyikan kesedihannya, ketika melihat Kalila sudah menjadi milik pria lain, dan Brian tetap menyembunyikannya perasaanya yang sesungguhnya.
"Terima kasih kak." Kalila tersenyum, ketika mobil Brian berhenti didepan gerbang rumah Rayan.
Brian menatap Kalila. "Aku hanya bisa mendoakan semoga kamu bahagia Kal," Tangan Brian mengelus kepala Kalila. "Jika aku tau suatu saat dia menyakitimu, maka orang pertama yang akan melindungimu."
Kalila tersenyum lebar. "Kak Bri memang kakak terbaikku." Reflek Kalila langsung memeluk Brian membuatnya mematung, bahkan jantung Brian tidak baik-baik saja.
"Ingat, apapun yang terjadi hubungin aku." Ucap Brian dengan senyum tulus.
"Mana bisa kak Bri yang di Rusia bisa sampai ke sini hanya kerena aku mengadu." Ucap Kalila dengan meledek.
"Tidak percaya coba saja." Brian ikut tertawa.
Perbedaan waktu tidak terlalu jauh, karena hanya berbeda Empat jam Indonesia lebih cepat dibanding Rusia. Hanya saja perjalanan panjang Rusia Indonesia butuh waktu lebih dari tiga puluh empat jam.
Kalila turun dari dalam mobil Brian, pria itu ikut turun dan melambaikan tangan pada Kalila yang sudah berdiri diambang pagar.
"Kak pulanglah." Ucap Kalila pada Brian yang masih setia berdiri dan bersandar pada pintu badan mobil.
"Setelah kamu masuk aku akan pergi." Jawab Brian yang tidak ingin di bantah.
Kalila hanya mengacungkan jempolnya tanda 'ok'.
Brian menatap punggung Kalila yang semakin menjauh, pria itu dengan setia menunggu Kalila sampai hilang masuk kedalam rumah.
"Semoga kamu selalu bahagia Kal."
.
.
.
Kalila masuk kedalam rumah sudah dalam keadaan gelap, Kalila tidak tahu jika Rayan belum tidur. Jam sudah pukul sepuluh malam Kalila sampai di rumah dan Rayan dengan sengaja menunggunya.
Ceklek
Seketika satu ruangan itu terang, dimana Kalila yang masih berdiri ingin menuju kamarnya tapi dia urungkan.
Kalila menoleh kebelakang dimana Rayan sedang duduk diatas kursi rodanya dan menatap tajam Kalila.
"Kak, belum tidur?" Tanya Kalila mendekati Rayan.
Kalila tidak takut ataupun merasa bersalah karena pulang terlalu malam. Tapi jika Rayan yang pulang malam maka Kalila akan merasa khawatir.
Grep
Rayan menarik tangan Kalila kuat, hingga Kalila yang tidak siap jatuh di atas pangkuan Rayan, diatas kursi roda.
"Kak lepas." Kalila berontak karena takut jika dirinya menyakiti kaki Rayan.
"Berapa banyak pria yang sudah mencicipimu."
Deg
Tubuh Kalila membeku, Rayan berbicara tepat di telinganya hingga Kalila bisa merasakan napas hangat Rayan di sekitar kulitnya.
"Berapa banyak." Sentak Rayan.
Plak
Tangan Rayan menyentuh pipi Kalila kuat. hingga membuat Kalila jatuh kelantai dengan kasar.
"Auwss, kak." Kalila menatap Rayan tak percaya, kenapa pria itu begitu tega menyakitinya.
Rayan tersenyum sinis." Kenapa hm." Mengajukan kursinya Rayan mencekram dagu Kalila yang masih duduk dilantai merasakan pipinya yang terasa kebas akibat tamparan Rayan.
"K-kak sakit.." Kedua tangan Kalila berada di pergelangan tangan Rayan mencoba untuk melepaskan cengkeraman tangannya.
"Sakit.." Rayan tersenyum devil. "Apa jika kau mati lalu tidak merasakan sakit." Tatapan mata Rayan berubah tajam dengan kemarahan.
"Katakan..!! apa jika kau mati tidak akan merasakan sakit..!!" Rayan berteriak didepan wajah Kalila yang sudah meneteskan air mata.
"J-jika mati bisa membuat kak Ray memaafkanku, maka aku rela_ Aarh."
Kalila semakin kesakitan ketika Rayan semakin kuat mencekram dagunya.
"Tidak semudah itu pembunuh."
"Ahhss." Rayan menghempaskan kasar wajah Kalila, membuat gadis itu kesakitan.
Setelah itu Rayan pergi begitu saja, meninggalkan Kalila yang menagis, sakit hati dan kini Rayan juga menyakiti fisiknya.
Kalila sudah tak bisa membendung air matanya, berlari menuju kamarnya untuk merenungi nasibnya yang tidak terlihat dimata Rayan.
"Mama.." Kalila menangis tengkurap diranjang kecilnya. Ranjang pelayan yang Rayan khususkan untuk dirinya tempati.
Rayan menatap jendela kaca di kamarnya, jendela kaca yang menampakan langit gelap malam.
Entah apa setan yang merasukinya hingga bisa membuat tangannya menyakiti seorang wanita. Rayan memang kerasa tapi tapi baru sekarang dirinya bermain kekerasan. Karena kebencian dan kemarahanya pada Kalila sudah mendarah daging membuat Rayan tidak bisa menahan emosinya.
Dengan Cintya saja Rayan tidak pernah berlaku kasar, meskipun saling mencintai tapi Cintya tidak diterima hangat oleh kedua orang tuannya. Rayan bertunangan dengan Cintya dengan kedua orangtuanya terpaksa merestui. Dan entah mengapa melihat sekilas postingan Karina tadi membuat dada Rayan bergemuruh hebat keluarganya begitu bahagia dan hangat menyambut Kalila sebagai Istrinya, dan mereka tidak memperdulikan dirinya disaat masih terpuruk kehilangan Cintya. Rayan begitu mencintai Cintya meskipun wanitanya seorang model majalah dewasa tapi semua itu campur tangan Rayan dibalik kesuksesan Cintya. Dan Rayan termasuk pria yang mendapatkan Cintya pertama kali hingga terkahir Cintya hidup di dunia ini.
.
.
Kalila sudah rapi dengan baju kerjanya, gadis itu sudah menyiapkan sarapan pagi, entah dimakan atau tidak Kalila tetap menyiapkan masakan untuk suaminya.
Pintu kamar Rayan terbuka, dan Kalila bisa melihat jika Rayan sudah rapi dengan pakaian kerjanya.
Ingin sekali Kalila mengurus Rayan selayaknya suami Istri, tapi Kalila tidak berani jika Rayan kembali murka padanya.
Kalila yang manja tapi juga mandiri tidak pernah merasakan sakitnya pukulan ataupun tamparan sebuah tangan, sikapnya yang sopan dan ramah membuat orang menyayanginya.
Rayan yang melihat Kalila sedang berdiri disamping meja makan menatapnya diam, hingga Kalila menyadari keberadaannya dan menghampirinya.
Bisa Rayan lihat jika kedua mata Kalila sembab.
"Jika kak Ray ingin makan sudah aku siapkan, aku ada praktek pagi jadi aku berangkat dulu." Ucap Kalila bicara sambil menunduk, setelah mengatakannya Kalila pergi tanpa menoleh pada Rayan.
Keluar dari rumah Kalila bertemu dengan Ronal. "Pagi nona." Ronal menyapa dengan senyum. Dan hanya dibalas anggukan dan senyum tipis dari Kalila.
Ronal yang melihatnya merasa heran, tapi dirinya tidak ingin ikut campur dengan urusan wanita. Apalagi Istri tuannya.
Kalila sudah memesan taksi dan segera pergi ke rumah sakit menaiki taksi yang dia pesan. Padahal Kalila bisa saja bernagkat dengan suaminya karena ada jadwal terapis, tapi Kalila tidak ingin membuat suaminya kembali marah.
Sudah cukup baginya hanya menyiapkan sarapan untuk Rayan, meskipun tidak bisa menyentuh pria itu tapi Kalila sudah senang bisa melihat Rayan tidak jauh dari pandanganya, bahkan mereka sepasang suami istri dan tinggal satu atap. Lalu apalagi yang Kalila harapkan jika cinta saja Rayan tidak punya perasaan untuknya. Dan disini dirinyalah yang memiliki perasaan itu.
"Tuan." Ronal melihat Rayan yang baru saja datang dari arah dapur dengan kursi rodanya.
"Bawalah kotak yang ada di atas meja." Ucap Rayan datar tanpa ekspresi.
Ronal mengernyit heran. "Biasanya nona Kalila yang langsung memberinya padaku." gumam Ronal dengan masa bodo, dirinya membawa apa yang tuanya perintahkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
LILA BENAR2 ANGGAP BRIAN ABANGNYA, KRN LILA DN RINA TK PNY SDR LKI2 KANDUNG, TPI BEDA DGN BRIAN, DIA MNYUKAI LILA SBAGAI SEORANG LAKI2, BKN SBAGAI SDR.. MAKANYA TTP HARAM BRSENTUHAN DGN SPUPU LKI2, KRN MRK TTP BKN MAHRAM, KRN MSH BSA MNIKAH..
2023-12-16
1
🌹🪴eiv🪴🌹
makan gratis dari dapur tuan muda kenapa enggak, Ronal be like 🤭🤭🤭
2022-12-15
3
Ateu Chantika
kayanya mulai ad penyesalan sedikit d hati rayan
2022-11-01
0