Setelah selesai Ronal pergi dari ruangan bosnya dengan senyum.
Pria itu kembali pada akfitasnya sebagai asisten pribadi dan kaki tangan Rayan.
Rayan kembali sibuk dan fokus pada pekerjaanya, meskipun hanya di dalam kantor tapi pekerjaannya selalu menumpuk dan padat. Apalagi sebelum dirinya lumpuh Rayan sering sekali pulang malam dan jarang ada waktu untuk sang tunangan.
Kalila baru saja menyelesaikan tugas rumahnya di jam dua siang, itupun karena perutnya sudah mulai berdemo minta diisi.
"Kira-kira dimakan ngak ya, bekal yang aku kasih." Ucap Kalila dengan senyum tipis. Dirinya ingat jika masakan yang dia sengaja buat tadi adalah makanan kesukaan Rayan sewaktu sekolah dulu, dan Kalila tidak tahu pria itu masih menyukainya atau tidak, Kalila berharap Rayan masih menyukainya.
Makan siang sendiri tak membaut Kalila berkecil hati ataupun sedih, hanya saja dirinya berharap suatu saat meja makan besar ini diisi dengan suaminya yang ikut makan bersama.
Drt..Drt..Drt..
Ponsel Kalila yang berada di samping meja kompor berdering membuat Kalila berdiri untuk mengambilnya.
"Kay, apa kamu lupa hari ini hari terakhir kita ngampus." Tanya seseorang diseberang sana dengan suara kesal.
"Ya tuhan Ana, aku melupakannya."
Kalila buru-buru mematikan sambungan teleponnya dirinya segera bergegas untuk bersiap karena masih ada waktu tiga puluh menit lagi.
Kalila sudah berada di akhir semester dan lusa adalah hari kelulusannya sebagai seorang dokter ahli saraf. Kalila kecil memiliki cita-cita menjadi dokter dan cita-citanya tercapai saat ini.
Kalila yang sebenarnya masih magang di sebuah rumah sakit, masih mengambil cuti setelah dirinya mendapat kecelakaan bulan lalu, dan dirinya digantikan dengan rekan lainnya. Setelah kelulusan esok Kalila sudah bisa menjadi dokter ahli saraf dirumah sakit tempatnya magang, karena disana dirinya sudah mendapatkan apresiasi terbukti kemampuan Kalila di bidang ilmu kedokteran tidak bisa di ragukan lagi.
Bukanya Kalila tidak mau membantu Rayan, tapi untuk saat ini Kalila hanya ingin mendekatkan diri lebih dulu pada suaminya. Dan Kalila yakin jika Rayan akan sembuh.
Rayan juga tahu jika istirnya mengambil kuliah kedokteran dan Rayan juga tahu jika Kalila mengambil bidang ahli saraf.
Tapi Rayan tidak ingin wanita itu yang menangani kelumpuhannya, karena rasa bencinya kepada Kalila tidak bisa dia hilangkan begitu saja. Apalagi setiap hari Kalila selalu muncul dihadapannya.
Kalila sampai di kampus dengan taksi, gadis itu berlari untuk mencari sahabatnya bernama Ana.
"Kalila.!!" Ana memanggil Kalila yang berlari seperti mencari sesuatu, Kalila yang melihat sahabatnya memanggil tersenyum.
"Duh An, aku capek banget." Napas Kalila ngos-ngosan sampai wajahnya berkeringat.
"Lagian kamu pake lupa jadwal kita hari ini sih." Ucap Ana kesal. Tapi tangannya membantu mengelap wajah Kalila yang berkeringat.
"Sorry, aku lupa beneran." Keluh Kalila dengan senyum manis. Ana hanya memutar kedua bola matanya.
"Lusa kita udah gak bareng lagi, tapi aku berharap kita mengabdi dirumah sakit yang sama." Ucap Ana dengan sedih. Ana mendapat tempat magang yang berbeda dengan Kalila, dan Ana ingin satu rumah sakit dengan Kalila setelah ini.
"Semoga ya." Kalila tersenyum, mengusap lengan sahabatnya.
"Kal, kamu banyak hutang penjelasan sama aku." Mata Ana menatap Kalila memincing.
"Iya deh, nanti aku cerita setelah ketemu pak Yogi." Jawab Kalila yang langsung menarik tangan Ana untuk mendatangi ruangan pak Yogi, dosen pembimbing mereka.
Ana adalah sahabat Kalila sejak sekolah menengah atas, dan Ana juga tahu tentang Rayan.
Pria yang Kalila kagumi sejak kecil mereka bertetangga, tapi sifat Rayan yang menolak kehadiran Kalila membuat Kalila perlahan menjauh dari Rayan.
"Uuh,, gak sabar nunggu lusa." Ucap Ana gembira.
"Iya, aku juga, so kita mau ambil baju Dimana?" Tanya Kalila.
Kedua gadis itu berjalan menuju luar kampus untuk menunggu taksi.
"Di tempat biasa aja deh gimana?" Tanya Ana balik, mereka memiliki butik langganan sendiri sejak sekolah.
"Ok, gass.."
Kedua gadis itu bersemangat, setelah esok mereka akan menjalani kehidupan baru di usianya yang sudah tidak lagi menjadi seorang mahasiswa.
"Kal, cerita sama aku." Keduanya sudah duduk di dalam taksi yang akan mengantarkannya menuju butik.
Kalila menghela napas. "Aku dan kak Rayan sudah menikah."
Jederr
"What..?? menikah." Tanya Ana terkejut.
"Hm," Kalila mengangguk. "Jadi kecelakaan itu yang membuat kami menikah_" Kalila menceritakan bagaimana dirinya bisa menikah dengan Rayan, hingga dirinya yang harus menahan rasa ketika ditatap oleh Rayan dengan penuh kebencian. Kalila berharap suatu saat Rayan bisa membuka matanya untuk dirinya tanpa adanya tatapan kebencian.
"Sabar Kal." Ana mengusap punggung sahabatnya.
Ana cukup mengerti perasaan Kalila yang diperlakukan seperti itu pada Rayan, meskipun Kalila terlihat kuat tapi hati wanita tidak bisa sekuat baja.
Setalah sampai di butik Kalila dan Ana mencoba baju kebaya untuk wisuda lusa, keduanya memilih kebaya modern dengan potongan dada rendah, karena jika di pakai kebaya itu terlihat begitu anggun dan mempesona.
"An, kamu yakin ini tidak terlalu terbuka." Tanya Kalila yang melihat dirinya didepan cermin masih menggunakan kebaya yang kedua gadis itu coba.
"Ck, kamu cantik begini Kal, aku saja iri." Ucap Ana yang juga berada di samping Kalila, tapi Ana tidak bohong soal body goal Kalila, karena dengan memakai kebaya modern seperti ini Kalila terlihat begitu cantik dan mempesona dengan lekuk tubuh yang aduhai.
"Tapi aku ngerasa gak PD An." Ucap Kalila merasa kurang yakin dan percaya diri.
"Sini kita selfie dulu." Ana mengarahkan ponselnya pada wajah dan setengah badan mereka dan mengambil gambar.
Cekrek
Cekrek
"Nah, cantikan aku. Tapi banyakan kamu." Ucap Ana tertawa, begitupun juga Kalila.
Ana mengunggah foto mereka di akun sosial media miliknya, dan mengetag nama Kalila di sana.
"Dah, yuk kita bayar." Ana menarik tangan Kalila keluar dari ruang ganti setelah mereka mengganti pakaian mereka tadi.
"Loh Kalila?" Ucap Saras mama Rayan.
"Mama." Kalila terkejut mendapati Mama mertunya berada di butik yang sama.
"Sedang apa kamu nak." Tanya Saras menyentuh lengan Kalila yang baru saja menyalaminya.
"Cari ini mah, buat wisuda lusa." Ucap Kalila tersenyum tipis.
"Wah, putri Mama sebentar lagi jadi dokter." Saras begitu senang. "Selamat Nak, Ray pasti ikut senang." Ucap Mama Saras seketika menyurutkan senyum Kalila seketika.
"Em, iya mah." Kalila tersenyum kecut.
Andai saja seperti yang dikatakan Mama Saras, pasti Kalila akan senang. Tapi rasanya itu sangat mustahil, dan Kalila tidak mengharapkan Rayan akan datang dan memberi semangat, mungkin Kalila sudah wisuda dan lulus saja Rayan tidak tahu.
"Kal..!!"
Seseorang memanggil Kalila. Membuatnya menoleh.
Kedua mata Kalila membulat sempurna melihat seseorang yang berdiri dan terseyum padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
PASTI PRIA YG MNYUKAI KALILA TUH YG MMANGGILNYA
2023-12-16
1
Sulaiman Efendy
KN KLOP, LILA BSA TERAPI SARAF2 KAKI RAYAN AGAR BSA SMBUH DN BISA BRJALAN KMBALI..
2023-12-16
1
QÚËÊŃ PHOENIK
hmm
2023-06-28
1