Pagi hari Kalila membuka matanya, menatap langit-langit kamar berharap semalam dirinya hanya bermimpi.
Mimpi yang tidak akan menjadi kenyataan jika dirinya telah diper*kosa oleh suaminya sendiri.
Kalila mengerjap pelan, seketika air matanya luruh ketika dirinya sadar jika tidak memakai pakaian dan Kalila merasakan tubuhnya yang remuk sampai kakinya sudah untuk digerakkan.
"Hiks...Hiks..Mama." Kalila memejamkan matanya dengan meremat selimut yang menutupi tubuh polosnya, sedangkan pria yang melakukannya tadi malam sudah tidak ada di dalam kamarnya.
Hati Kalila begitu sakit dan perih, dirinya tidak menyangka akan mengalami kehidupan pahit seperti ini setelah menikah.
Tubuhnya yang terasa remuk Ia paksakan untuk bangkit, meskipun rasanya ingin menjerit Kalila hanya mampu menumpahkan Isak tangisnya.
"Auuwss." Kalila kembali merapatkan kakinya yang ingin menyentuh lantai, bagian sensitifnya terasa begitu sakit dan perih.
Kalila membuka laci kecil disampimg ranjangnya, gadis itu saleb yang pereda nyeri.
Perlahan Kalila berdiri dengan tubuh gemetar, tangannya berpegangan pada dinding untuk membantunya berjalan perlahan kekamar mandi.
Rasa sakit di tubuhnya bisa Ia obati, tapi rasa kecewa dan sakit hati yang dia rasakan tidak mudah untuk dilupakan.
Dan apakah setelah ini cinta Kalila masih bertahta?
Menangis dibawah guyuran air shower membuat Kalila menumpahkan segala kesedihannya, dan rasa sakit di hatinya kian menjalar di sekujur tubuhnya.
Hampir satu jam Kalila berada di bawah shower yang mengalir, air mata yang tadi begitu deras kini sudah tak lagi bisa Ia keluarkan.
Sedangkan diluar sana Rayan baru saja keluar dari kamarnya, pria itu berjalan menggunakan batuan tongkat.
Menatap meja makan yang biasanya sudah tertata rapi dengan makanan, tapi kini masih kosong. Bahkan dapur itu seperti tak berpenghuni dan terasa sunyi.
Biasanya juga Kalila sudah menunggunya di sana meskipun hanya berdiri menunggunya selesai sarapan, tapi pagi ini wanita itu tak nampak.
Rayan perlahan menyeret kakinya menuju pintu kamar yang Kalila tempati, pria itu ingin melihat apa yang sedang Kalila lakukan karena tidak kunjung keluar dari kamar dan memasak untuknya.
Rayan ingin membuka pintu kamar Kalila, tapi tidak disangka dari dalam Kalila sudah lebih dulu membuka.
Rayan terpaku, tatapannya keduanya bertemu, hingga Kalila yang lebih dulu memutuskan pandangan mata mereka.
Hati Rayan sedikit terenyuh, melihat mata Kalila yang sembab meskipun tidak ada air mata tangis.
"Ada apa kak?" Tanya Kalila dengan sedikit menunduk, menghindari tatapan Rayan.
Rayan yang masih berkelana dengan pikirannya, kini tersadar.
"Apa kamu tidak lihat sudah jam berapa?" Kini tatapan Rayan berubah tajam seperti biasa.
"Apa kamu sengaja membuatku harus menunggu dan terlambat ke kantor." Tangan Rayan mencekram dagu Kalila. "Dengar, meskipun kamu perawan bukan berarti aku akan melunak denganmu."
Brug
Rayan menghempaskan Kalila sampai tumbuhnya terhuyung menabrak pintu.
Kalila hanya diam, bibir wanita itu terasa kelu dengan wajah menunduk. "Ingat jangan sampai kesabaranku habis hanya karena melihatmu menangis.!!"
Rayan pun pergi meninggalkan Kalila yang bersandar di pintu, beruntung tangannya mampu menahan tubuhnya agar tidak jatuh kelantai dan yang pasti akan lebih sakit.
Menatap punggung Rayan yang semakin menjauh, Kalila hanya menghela napas, tidak ada lagi air mata yang akan dia keluarkan.
"Sampai kapan kamu akan membenciku kak?" Gumamnya pelan.
Kalila pun kembali masuk ke kamar, wanita itu lebih baik bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit, karena Rayan juga sudah berangkat ke kantor, dan Kalila memang sengaja tidak memasak lagi ini, setelah semalam dirinya melayani suaminya yang seperti kesetanan akibat pengaruh minuman alkohol.
Ronal menatap wajah tuanya dari kaca spion kecil di atas.
Sejak tadi tuanya itu hanya diam dengan pandangan kesamping, menatap keluar jendela. Meskipun tidak tahu apa yang terjadi, tapi Ronal tahu jika tuanya sedang memikirkan sesuatu.
"Tuan, apa anda punya masalah?" Tanya Ronal masih dengan menatap Rayan dari balik kaca.
Rayan tidak menjawab.
Pikiran Rayan kembali mengingat kejadian tadi malam, dimana dirinya yang pulang dari bar dalam keadaan mabuk. Rayan tidak sadar jika dirinya mengetuk kamar Kalila, dan ketika melihat penampilan Kalila saat malam hari membuat mata Rayan menggelap.
Dalam keadaan mabuk dirinya sadar telah melakukan hubungan intim dengan Kalila, karena Rayan masih bisa merasakan bagaimana dirinya menggauli Kalila di atas ranjang. Bahkan Rayan sadar dan ingat jika dirinya adalah pria yang pertama untuk Kalila.
Dalam hati kecilnya, Rayan juga merasa senang karena dirinya adalah pria pertama yang menyentuh Kalila, tapi disaat kembali sadar dirinya tidak menyadari jika sudah menyakiti Kalila dengan perbuatannya yang sudah kasar dan tanpa perasaan bercinta dengan napsu yang membara.
Jika Kalila masih virgin, lalu apa yang sudah terjadi jika dokter mengatakan Kalila menagalami keguguran?
Iangata Rayan kembali berputar beberapa bulan kebelakang, sebelum dirinya menikah, kedua orang tua Kalila mengatakan jika Kalila sudah tidak lagi menjadi wanita seutuhnya, karena saat kecelakaan itu, Kalila mengalaminya keguguran dan orang tua Kalila juga tidak tahu tentang hal itu, mereka juga merasa syok.
Rayan menggeleng, pria itu tidak akan perduli dengan hidup Kalila yang baginya hanya ada masalah, Rayan tidak akan merubah hatinya meskipun dia pria pertama yang mendapatkan Kalila.
Mobil yang Ronal kendarai sampai di parkiran kantor, Ronal keluar dan membukakan pintu untuk Rayan.
"Silahkan tuan."
Rayan keluar dengan menggunakan tongkat pria itu berjalan pelan di bantu oleh Ronal dari belakang untuk mendampingi.
Sampainya di lantai Delapan dimana ruanganya berada Rayan yang baru masuk terkejut melihat kehadiran wanita yang begitu mirip dengan mantan kekasihnya.
"C-cintya.." Tubuh Rayan mematung, ketika wanita itu tersenyum, senyum yang sama persis dengan Cintya-nya.
"Hay, kenalkan aku Cantika." Wanita itu mengulurkan tangannya, Rayan hanya hanya menatap tangan wanita yang menyebut namanya Cantika, dan kembali menatap wajahnya.
Cantika yang merasa tidak mendapat sambutan kembali menarik tangannya, wanita itu tersenyum.
"Maaf aku bukan Cintya, aku Cantika kakak Cintya. lebih tepatnya kembarannya." Tutur Cantika.
"Dan aku kemari hanya untuk memberikan ini padamu." Cantika memeberikan amplop kertas.
Tangan Rayan begitu berat untuk menerima, tapi dirinya tetap mengambilnya.
"Baiklah, kalau begitu aku permisi." Cantika pamit dan sebelum pergi dia tersenyum pada Rayan, begitu pun juga Ronal ketika melewatinya.
Rayan menatap kertas amplop berwarna putih di tangannya, dia tidak tahu apa yang baru saja dia lihat adalah Cintya ataupun Cantika, otaknya belum bisa berpikir dengan jernih.
"Tuan, anda baik-baik saja." Ronal menyandarkan Rayan.
"Em." Rayan hanya mengangguk, dirinya berjalan menuju kursi kebesarannya.
Manatap surat itu, Rayan menimang untuk membukanya atau tidak, dirinya tidak sanggup jika kambali mengingat kisah mereka dahulu, karena memang semuanya tinggallah kenangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Ateu Chantika
Pergilah kalila tingalkan suamimu biar dia mencari tau kebenaran yg belum dia ketahui dn dpt menyadarkanyah
2022-11-01
4
Cicih Sophiana
tinggalkan aja Rayan yg ga punya akhlak untuk sementara ... biar dia berfikir...
2022-10-18
2
Va Marinka
nyesek
2022-08-29
1