Kalila memasuki rumah yang lumayan besar, dengan dua lantai.
Rumah ini hadiah dari keluarga Rayan untuk pernikahan mereka.
Karena Rayan, Kalila langsung dibawa kerumah ini dengan alasan ingin mengenal satu sama lain dan ingin lebih dekat.
Mendengar ucapan Rayan seperti itu membuat tuan Roy menyetujuinya, begitupun dengan nyonya Saras yang juga senang jika putranya mau membuka hati untuk Kalila dan belajar menerima pernikahan mereka.
Jika perjodohan tidak bisa menyatukan mereka, kini Tuhan punya rencana lain untuk bisa menyatukan dua insan yang memang memiliki perbedaan.
"Mau kemana kamu." Rayan menatap tajam Kalila yang ingin naik tangga.
"Em, mau kekamar kak." Kalila menatap Rayan.
"Kamar kamu di pojok sana bukan di atas, karena disini kamu bukan pemilik rumah melainkan hanya pelayan."
Deg
Hati Kalila langsung mencolos mendengar ucapan Rayan, suaminya.
"Tidak ada pelayan dirumah ini dan kamu harus membersihkan rumah ini dan menyiapkan keperluan saya." Rayan bicara dengan tegas dengan sorot mata tajam, membuat Kalila menunduk.
"Pergilah dan lakukan pekerjaan mu, jika tidak jangan harap kamu akan tidur nyenyak." Setelah mengatakan itu, Rayan langsung pergi menggunakan kursi rodanya.
Kalila menatap punggung yang duduk dikursi roda dan semakin menjauh. Rayan masuk ke sebuah ruangan, mungkin kamar Rayan batin Kalila.
Berjalan menuju kamar yang Rayan maksud, Kalila hanya bisa pasrah dengan apa yang diperintahkan Rayan.
Perintah suami adalah pahala untuk sang Istri dan Kalila adalah wanita yang penurut jika itu memang perintah dari orang yang berperan penting pada dirinya.
Karena sejatinya ridho suami adalah pahala untuk sang Istri.
Kalila mulai melakukan pekerjaan yang terlihat dimata, keadaan rumah memang masih bersih dan Kalila yakin jika disini ada pelayan yang bertugas memberikan.
Karena tidak ada yang perlu Kalila bereskan, Kalila menuju dapur untuk memasak makan malam mereka.
Kali ini bibir Kalila tersenyum. "Mungkin sekarang kamu belum bisa melihatku kak, tapi aku yakin jika suatu saat nanti kamu akan melihatku." Gumam Kalila dengan tangan yang cekatan untuk memasak makanan kesukaan Rayan.
Kalila tahu meskipun hal sekecil apapun tentang Rayan.
.
.
"Pah, Ama keputusan kita baik untuk Rayan dan Kalila." Tanya Kania yang sedang menaruh teh dimeja kerja suaminya.
Ardian melepas kacamata yang dia pakai dan menatap istrinya yang masih cantik meskipun sudah hampir kepala lima.
"Papa yakin mah, meskipun Rayan tidak mencintai Kalila." Ardian menyesap tehnya.
"Tapi Pah, Mama khawatir dengan Kalila." Kania menatap suaminya sendu. Bukan tanpa alasan Kania berbicara seperti itu.
Karena Kania yakin jika putrinya Kalila bisa menjaga dirinya baik-baik, tapi Kania tidak tahu jika hati putrinya yang terus terluka.
"Kita do'akan saja, papa yakin jika Rayan jodoh terbaik Kalila." Ardian tersenyum menenangkan sang Istri yang begitu gelisah dan khawatir.
Kirana yang sudah kembali tidak sengaja mendengar obrolan kedua orang tuannya.
"Maaf Pah, mah, Kalila." Kirana mengusap air matanya dan pergi.
.
.
Malam hari pukul tujuh, Kalila menunggu Rayan dimeja makan untuk menyantap makan malam yang sudah Kalila masak, tapi sejak tadi Kalila tidak melihat Rayan keluar dari kamar.
"Apa aku antar ke kamarnya." Ucap Kalila pada diri sendiri.
Karena merasa kasihan jika Rayan telat makan, Kalila berinisiatif untuk mengantarkan makanan untuk Rayan.
Tok..tok..tok..
Kalila mengetuk pintu kamar tiga kali.
"Kak.." Panggil Kalila dibalik pintu.
Karena tidak mendapat jawaban Kalila menekan handel pintu untuk masuk.
"Kak Rayan." Panggil Kalila lagi.
Kalila melihat kedalam tidak ada Rayan, kakinya melangkah masuk dan ketika sampai di dalam tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka.
"Kau..!!" Rayan menatap tajam Kalila yang berdiri di dalam kamarnya. " Siapa yang menyuruhmu masuk." Tanyanya dengan nada tegas.
Kalila hanya diam dengan wajah terkejut, lagi-lagi Rayan selalu membentaknya sejak dulu.
"Kau bawakan kakak makan." Kalila menaruh nampan makanan diatas meja kecil.
"Aku tidak butuh makanan dari mu." ketusnya dengan tatapan yang sama.
"Kalau tidak mau kakak bisa buang makanan itu." Setelah mengatakan itu Kalila pergi meninggalkan Rayan yang mengepalkan kedua tangannya.
"Sialan..!!" Rayan memukul bahu kursi rodanya, dirinya tidak bisa melakukan apapun kecuali hanya mulutnya yang mampu bicara kasar pada Kalila.
Padahal Rayan ingin sekali membuat gadis itu menderita. Gara-gara Kalila, Rayan kehilangan Cintya tunangannya.
"Kamu memang pembuat ulah sejak kecil." Gumamnya dengan sorot mata tajam penuh kebencian.
Sore hari di taman kota, sepasang anak muda sedang duduk di bangku taman yang sore itu lumayan ramai. Karena hari libur sekolah.
"Ray fio mau eskrim itu." Ucap gadis di samping Rayan, gadis itu memiliki lesung pipi jika tersenyum terlihat begitu manis.
Rayan menoleh kearah yang gadis itu tunjuk. "Oke, fio tunggu disini, Ray akan berikan." Rayan menepuk kepala fio pelan.
Saat itu usia Rayan masih enam belas tahun dan masih duduk di kelas sepuluh, sore ini adalah kencan pertama Ray bersama gadis bernama Fiona, dan mereka bertemu di taman kota.
Rayan membelikan apa yang gadis itu minta, agar dirinya mudah mendekatinya.
"Loh, fio kenapa?" Rayan melihat fio yang menagis, dan disana tiba-tiba ada Kalila.
"Kal kamu apakan fio..!" bentak Rayan dengan geram.
Kalila yang baru datang dan tidak tahu hanya menggeleng. "Aku tidak tahu kak, aku baru sam_"
"Kamu apakan dia Kalila, kamu merusak susana disini." Setelah mengatakan itu Rayan pergi dengan membawa Fiona yang sedikit ketakutan.
"Aku kan cuma bantuin dia tadi." Gumam Kalila dengan sedih, Rayan selalu bicara kasar padanya dan mengatainya tanpa melihat kejadian yang di alami sebulumnya.
Kalila yang melihat teman sekolahnya di ganggu oleh anak pengamen, mendekati. dirinya yang kebetulan lewat tidak sengaja melihat Fiona. Berniat untuk membantu tapi Rayan melihat Kalila seperti tersangka yang membuat Fiona tertekan.
.
.
Kalila duduk dikursi meja makan, menyantap makanan yang tadi di buat.
Prang
Kalila terlonjak kaget ketika suara piring pecah tiba-tiba berada di dekan kakinya.
"Sudah aku katakan, aku tidak butuh makanan yang kau masak..!!" Setelah mengatakan itu Rayan menjalani kursi rodanya menuju pintu utama.
"Kak, mau kemana?" Kalila langsung mengejar Rayan yang ingin pergi. Bahkan dengan berani Kalila mencegah Rayan dengan memegang kursi rodanya dari belakang.
"Lepaskan..!!" Rayan berbicara tegas dan dingin membuat Kalila hanya diam.
"Kak ini sudah mal_"
"Jaga batasanmu wanita licik..!!" Geram Rayan dengan tatapan lurus kedepan. "Disini bukan kau yang berhak mengatur hidupku, lebih baik kau lepaskan atau aku akan_"
"Aku istrimu kak, yang harus menjagamu." Potong Kalila tegas, Kalila tidak takut akan kemarahan Rayan karena Kalila hanya menghawatirkan keadaan Rayan.
"Kau_"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
KK SETAN LO.... WANITA MNJA GK PNY AHKLAK..
2023-12-16
1
antha mom
Kalila getok aja kepalanya Rayan biar nggak marah aja kerja nya 🤭🤭
2023-09-08
1
Enung Samsiah
tegas dong kalila jngn lmbek buat Rayyan tak bnyk brkutik lumpuhkn kesombongan nya,,,,
2023-02-22
0