Kalila menyuapkan sarapan pagi untuk Rayan, meskipun tidak ada pelayan dirumah itu, tapi Kalila tetap bisa melakukan pekerjaan rumah dengan rapi.
Kalila suka membantu sang ibu ketika sedang membersihkan rumah ataupun memasak dan menyiapkan makanan diatas meja untuk suami dan anak-anaknya. Dan karena hal itu sekarang Kalila sangat bersyukur bisa melakukan pekerjaan rumah dan memasak, setidaknya Kalila tidak merasa kesulitan dengan apa yang Rayan lakukan padanya.
Tok..Tok..
"Kak.." Kalila mengetuk pintu kamar Rayan, jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, tapi Rayan belum juga keluar kamar.
"Kak, sarapannya sudah siap." Panggil Kalila lagi.
Ehem
Suara deheman dari belakang membuat Kalila menoleh.
"Maaf nona biar saya saja yang mengurus tuan Rayan." Ucap pria yang usianya tidak jauh dari Rayan.
"Anda siapa?" Tanya Kalila penasaran dan juga heran kenapa orang asing bisa masuk kedalam rumah mereka.
"Perkenalkan saya Ronal, asisten pribadi tuan Rayan." Jawab Ronal dengan sopan.
Kalila hanya mengangguk, setelahnya pergi ke dapur.
Ronal mengetuk pintu. "Tuan saya Ronal."
Ceklek
Suara kunci pintu diputar dan Ronal membukanya.
"Anda sudah siap?" tanya Ronal pada Rayan yang sudah berpakaian rapi.
Rayan hanya mengaguk.
Meskipun masih duduk di kursi roda Rayan tetap memimpin perusahaan dibantu Ronal dan Papa Roy. Karena setiap ada pertemuan klien diluar Ronal dan papa Roy yang melakukan pertemuan, sedangkan Rayan hanya bernagkat ke kantor saja. dirinya masih enggan untuk bertemu orang banyak diluar, dengan keadaanya seperti ini.
Beruntung kakinya tidak cacat permanen dan Rayan masih menjalani terapi dirumah sakit dengan dokter terbaik yang menangani kelumpuhannya. Tapi sampai saat ini belum ada perkembangan yang berarti pada kelumpuhan Rayan. Karena semangat Rayan untuk sembuh sepetinya tidak begitu besar.
Kalila melihat Ronal mendorong kursi roda Rayan dan menuju pintu keluar.
"Kak, tidak sarapan dulu." Kalila menghampiri Rayan yang sama sekali tidak memperdulikannya. Apalagi gadis itu tadi malam sudah sangat berani kepadanya.
"Kita pergi Ronal." Ucap Rayan dengan tatapan lurus kedepan.
Ronal hanya mengaguk menatap Kalila yang berwajah sendu.
Ronal membantu Rayan masuk kedalam mobil dibagian kursi penumpang belakang.
Setelahnya Ronal ingin masuk mobil tapi suara Kalila membuatnya berhenti.
"Kak, tolong bawa ini untuk sarapan kak Ray." Ucap kalila memberikan kotak bekal. "Ada dua yang satu buat kak Ronal." Kalila tersenyum.
Ronal menerimanya, " Terima kasih nona." Ronal pun pamit setelahnya.
"Sampai kapan kak Ray tidak mau melihatku." Gumam Kalila menatap sendu mobil yang membawa Rayan keluar dari gerbang rumahnya.
Meskipun Kalila tahu jika Rayan tidak menginginkannya, tapi Kalila tidak akan menyerah. Anggap saja Rayan adalah jodohnya yang dikirimkan Tuhan, dan Kalila akan berusaha sebisa mungkin untuk mendapatkan hati suaminya.
.
.
"Apa yang kau bawa?" tanya Rayan pada Rolan.
Rayan melihat jika Rolan membawa bekal makanan.
"Bekal untuk tuan dan saya." Ucap Ronal, melirik mimik wajah tanpa ekspresi Rayan dari kaca spion.
Rayan tidak menjawab dirinya memilih diam dengan pikiran entah kemana.
.
.
Setelah kepergian Rayan Kalila membereskan rumah berlantai dua yang hanya dia dan Rayan yang menempati. Banyak kamar kosong yang berada dirumah itu. Tapi Rayan menyuruhnya untuk menempati kamar pelayan di bagian belakang.
Raungan terakhir yang Kalila belum bersihkan adalah kamar Rayan. Kalila mencoba untuk membuka pintu dan ternayata tidak dikunci.
Bernapas lega, Kalila masuk. Matanya mengedar kepenjuru kamar Rayan, nuansa putih warna dinding kamar dan di bagian atas ranjang terdapat lukisan besar.
Arah mata Kalila menangkap pigura disamping ranjang terdapat foto wanita yang sudah tiada dipajang di sana.
Kalila meraihnya. "Pasti hati kak Ray sakit sekali kak." Gumam Kalila.
Cintya tunangan Rayan yang sudah pergi setelah kecelakaan itu, dan Rayan mengaggap kecelakaan itu karena ulah Kalila.
Tapi hanya Kalila dan Kirana yang mengetahui fakta apa yang yang sebenarnya terjadi, sehingga membuat Kalila terjebak pernikahan dengan Rayan.
Kalila membereskan kamar Rayan yang lumayan berantakan, Kalila tidak tahu bagaimana pria itu bisa mengurus dirinya sendiri.
"Kalau kak Ray tidak suka marah pasti Kalila akan membantu merawat Kak Ray," Ucap Kalila pada dirinya sendiri. "Melihat tatapan mata kak Ray, Kalila sudah merasa bersalah yang amat sangat." Tuturnya dengan menahan genangan air mata yang akan lolos.
Tatapan mata Rayan membuat Kalila tidak sanggup untuk kembali menatapnya. Tatapan Rayan begitu memancarkan kebencian yang mendalam, dan Kalila selalu merasa bersalah.
.
.
Dikantor Rayan ditemani Ronal dan papa Roy sedang duduk untuk membicarakan proyek yang sedang mereka tangani dan rencananya Minggu depan adalah pembukaan hotel di kota.
"Bagaimana Ray, apa kamu mau datang." Tanya papa Roy yang melihat putranya nampak menimang. "Kamu bisa ajak kalila jika kamu mau." Lanjut papa Roy, langsung membuat Rayan menoleh menatap papanya.
"Apa papa lupa, jika pernikahan kami tidak ada orang luar yang tahu." Kesal Rayan mendengar ucapan papanya.
Papa Roy hanya menghela napas. "Sebenarnya papa ingin pernikahan kalian diumumkan dan_"
"Apa papa tidak bisa menghargai tunaganku yang baru saja meninggal." Tegas Rayan dengan tatapan datar.
Rayan tidak suka mendengar ucapan papanya, meskipun Rayan tahu jika papanya tidak menyukai Cintya dan lebih memiliki Kalila, wanita yang dulu mereka sempat jodohkan.
"Bukan begitu Ray tapi_"
"Cukup Pah, Rayan tidak akan pergi kemanapun." setelah mengatakan itu Rayan memutar kursi rodanya dan kembali kemeja kerjanya, tidak peduli dengan papanya dan juga Ronal yang ada di sana.
Papa Roy hanya menghela napas, sifat keras putranya tidak berubah meskipun dalam keadaan lumpuh.
Dulu Rayan memang menolak dijodohkan dengan Kalila karena menurutnya Kalila wanita manja yang tidak bisa menjaga diri, dan kejadian kecelakaan itu semakin membuat asumsi Rayan tentang Kalila semakin kuat.
Ronal hanya diam mendengarkan dirinya hanya asisten pribadi yang akan patuh pada tuannya saja.
Setelah papa Roy pergi, Ronal juga ikut keluar karena sebentar lagi jam makan siang dan Ronal ingat jika dia membawa bekal dari istri tuanya.
"Ronal tolong ambilkan makan siang saya." Ucap Rayan ketika melihat Ronal sudah didepan pintu.
"Baik tuan."
Ronal mengambil bekal makannya dan menunggu office boy yang biasa mengantar makanan untuk Rayan.
"Pak, ini makan siang tuan Rayan." Ucap office boy yang sudah Ronal tunggu.
"Terima kasih." Ronal menerima dan kembali masuk kedalam raungan Rayan.
"Ini tuan makan siang anda." Ronal menaruhnya di atas meja.
Memang biasa jika Rayan makan ditemani oleh sistenya, karena sebelumnya Rayan juga seperti itu jika makan di dalam kantor.
Ronal menyerahkan kotak makan Rayan lebih dulu, dan membuka bekal miliknya yang Kalila beri.
"Kenapa kamu mau menerima makanan dari wanita itu." Ketus Rayan dengan tidak suka, apalagi melihat Ronal memakanya dengan lahap.
"Sayang tuan jika di tolak, lagian masakan nona sangat enak." Jawab Ronal santai, karena memang itu kenyataanya.
Rayan semakin kesal karena Ronal memuji masakan wanita jahat menurut Rayan.
"Tuan mau?" Tanya Ronal menatap Rayan.
"Cih, tidak Sudi." Ketusnya dengan memakan makanan yang dia pesan.
"Kalau mau bapak juga dibawakan oleh nona." Ronal menunjukkan kotak bekal satu lagi yang dia taruh dibawah meja.
Glek
Rayan menelan makanan di tenggorokan terasa berat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
UNTUK SAAT INI BIAR ASUMSI RAYAN SALAH TTG LILA, KRN KLO TAU RINA YG SALAH, KEENAKN TUH RINA DPT SUAMI KAYA & TMPAN MSKI LUMPUH.. SDGKN DIRINYA SDH GK SUCI..
2023-12-16
1
Sulaiman Efendy
LIAT AZA KLO LO UDH TAU FAKTA YG SBENARNYA... PSTI LO AKN MRASA BRSALAH & MULAI ADA RASA MA KALILA..
SMOGA ADA PEBINOR YG INCAR BINI LO. BIAR LO KLIMPUNGAN..
2023-12-16
1
Ririn Nursisminingsih
lama2 bucin si rayan
2022-11-30
2