Rayan hanya menatap datar dua orang yang sedang duduk di satu bangku dengan bercanda tawa, orang itu tak lain adalah Kalila dan pria yang bertemu dengannya dirumah sakit.
Rayan memang lebih dulu datang ke restoran ini setelah melakukan terapi. Dan dirinya tidak sengaja melihat Kalila yang juga berada di sini ketika Ia akan keluar. Karena setiap makan di luar Rayan selalu menggunakan ruang privasi agar dirinya leluasa untuk makan tanpa harus melihat tatapan orang-orang yang seperti mengasihaninya.
"Tuan." Ronal memanggil dengan sedikit keras karena sejak tadi Rayan tidak mendengar.
"Em, apa?" Jawab Rayan yang baru saja tersadar jika sejak tadi dirinya memperhatikan Kalila tertawa dengan pria lain.
"Apa tuan ingin menghampiri nona." Tanya Ronal yang tahu kenapa tuannya diam.
"Ck, kau saja sana jika ingin." Ucap Rayan ketus, lalu meninggalkan Ronal dengan menjalankan kursi rodanya, tapi Ronal segera mengejarnya.
"Hanya bertanya tuan, kenapa anda marah." Ucap Ronal pelan tapi masih bisa Rayan dengar.
"Kau..!" Rayan menatap tajam Ronal dibelakangnya.
"Ampun tuan, tidak berani.
Kalila kembali kerumah sakit diantar oleh Brian, pria itu tentu saja mengatarkan Kalila kembali karena dirinya yang menjemput Kalila dari rumah sakit.
"Kak, terima kasih dan hati-hati semoga selamat sampai tujuan." Kalila tersenyum.
Keduanya berdiri didepan pintu ruang praktek Kalila, dan Brian hanya menanggapi dengan senyum dan anggukan.
"Kal, jika kamu butuh tempat kerja di luar, aku bisa memebatumu untuk itu. Dan aku yakin kemapuan kamu tidak bisa diragukan." Ucap Brian hanya berniat menawarkan, tapi jika Kalila berkenan Brian akan senang.
"Terima kasih kak, aku pasti akan meminta bantuan kakak jika aku menginginkannya."
Brian menepuk kepala Kalila lembut, "Aku akan menunggu saatnya tiba." Jawab Brian.
Mungkin sekarang belum, tapi tidak tahu kedepannya seperti apa.
.
.
Hari dan bulan cepat berlalu kini sudah enam bulan Kalila menyandang sebagai seorang istri Rayan Ardhana.
Rayan sudah bisa menggerakkan kakinya, dan sekarang pria itu tidak lagi duduk di kursi roda melainkan menggunakan bantuan tongkat, kemajuan bagi Rayan dan berita bahagia bagi keluarga besar mereka.
Tapi tidak dengan Kalila, semenjak perkembangan kesehatan kaki Rayan membaik pria itu malah semakin semena-mena pada Kalila.
Kalila tidak diijinkan keluar rumah selain pergi ke rumah sakit, dan jika Kalila melanggar Rayan akan menghukumnya.
"Kal, setelah pulang bisa kita pergi makan sebentar?" tanya Ricky yang satu pekerjaan dengan Kalila, hanya saja Ricky mengambil ahli jantung.
"Maaf Rick, aku tidak bisa." Kalila merasa tidak enak, dirinya sudah menolak ajakan Ricky berapa kali dan semua itu karena dirinya tidak ingin mendapat hukuman dari Rayan.
"Ayolah Kal, sudah beberapa kali kau selalu menolak ajakan ku, padahal hanya makan biasa." Ucap Ricky dengan wajah memelasnya. "Jika kamu keberatan, anggap saja ini yang pertama dan terakhir kali." Lanjut Ricky yang merasa sangat susah mengajak Kalila makan.
Kalila nampak diam berpikir, jika tidak ada peraturan dari Rayan Kalila bisa saja pergi, tapi mengingat Ricky yang sudah dia tolak beberapa kali, juga tidak membuatnya tega.
"Kal, mau ya." Mohon Ricky lagi.
Kalila memejamkan mata, menghela napas. "Baiklah." Jawabnya tersenyum.
Ini kali pertama dirinya menerima ajakan Ricky, toh nanti dia akan memberikan alasan pada Rayan jika pulang terlambat.
Ricky terseyum senang, pria itu tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk bisa lebih dekat dengan Kalila meskipun susah untuk didapatkan.
"Apa kamu suka?" Tanya Ricky yang tersenyum, Ricky membawa Kalila kerestoran favoritnya. "Ini tempat makan favorit aku, disini stick juara." Ucap Ricky sambil memakan stick daging menu favorit disana.
"Em, enak." Kalila mengangguk, memang stick disini cocok dilidahnya.
Keduanya makan dengan berbincang kecil, sesekali Kalila tertawa karena candaan Ricky.
"Aku antar pulang Kal." Ucap Ricky pada Kalila yang ingin memesan taksi.
"Tidak usah kak, lagian taksinya sudah menunggu didepan." Kalila menolaknya dengan halus.
Ricky pun hanya menatap punggung Kalila yang menghampiri taksi yang sudah dia pesan. "Kenapa sulit sekali mendekati kamu Kal."
Ricky tidak tahu jika Kalila sudah menikah, dan Ricky tidak tahu jika Kalila menjaga jarak dengan pria, karena tidak ingin kejadian tiga bulan yang lalu terulang lagi.
Kalila yang niatnya menolong seorang pria, dan memberi semangat pria itu agar tidak terpuruk dan putus asa, malah mendapat hukuman dan tamparan kedua kali dari Rayan, karena pria itu memeluknya untuk berterima kasih dan saat itu Rayan melihatnya.
Entahlah Kalila tidak tahu, semakin lama Kalila semakin tidak mengenal Rayan yang pernah dia kagumi sosoknya dulu.
Sampai rumah jam menunjukan pukul sembilan, keadaan rumah sepi dan gelap.
Kalila tidak memikirkan hal lain yang dia pikirkan hanya cepat Istirahat.
Karena tidak melihat adanya orang dirumah, Kalila langsung masuk ke kamarnya, kamar yang sama dan belum berganti.
"Huuff, capek banget." Kalila merebahkan tubuhnya yang lelah diatas tempat tidur kecil, dan hanya ditemani kipas yang menyala di dinding. Tidak terpikir jika hidupnya akan seperti ini setelah menikah.
Kalila yang mencintai Rayan begitu yakin jika bisa merubah perasaan benci Rayan untuk dirinya, tapi sampai sekarang pun Kalila tidak bisa mengubahnya meskipun hanya sedikit, dan Kalila semakin merasakan penderitaan yang Rayan berikan, pria itu semakin kasar padanya.
"Mama.." Kalila memejamkan mata, air matanya jatuh mengingat dirinya yang terlalu berharap akan bahagia setelah menikah dengan Rayan. Tapi ternyata Tuhan begitu adil padanya, dan membalas perbuatannya yang tanpa sengaja membuat nyawa seseorang menghilang, meskipun Kalila juga korban tapi tidak ada yang tahu selain Karina.
Ingin pulang pun Kalila merasa malu. Malu jika ditanya masalah rumah tangganya, apalagi jika dirinya datang sendiri pasti membuat mereka curiga. "Mama Kal rindu." Wanita yang masih gidis itu memeluk guling sebagai teman keluh kesahnya.
Jika biasanya ada Ana sahabatnya tempat keluh kesahnya, kini Kalila kehilangan kontak Ana, karena ponsel miliknya dihancurkan oleh Rayan.
Tok..tok...tok..
Suara ketukan pintu keras membuat Kalila mengusap air matanya, dirinya beranjak untuk bangun dan membuka pintu.
"Kak Ray." Kalila terkejut melihat penampilan Rayan yang berantakan, bahkan Kalila bisa mencium bau alkohol.
"Kak Ray, mabuk?" Kalila ingin menyentuh Rayan tapi dia urungkan karena Rayan tidak suka dia sentuh.
Rayan menatap Kalila dengan pandangan yang menelisik, meskipun masih dibantu dengan tongkat tapi sekarang Rayan lebih percaya diri untuk kembali mengenal dunia luar.
Tatapan mata Rayan membuat Kalila waspadai, dia tahu jika orang mabuk akal sehatnya hilang.
"k-kak mau apa." Kalila mundur ketika Rayan mulai maju, pria itu tidak bicara melainkan terus maju dan menatap Kalila seperti santapan yang lezat.
Emph
Kalila memebelalakan matanya, ketika tubuhnya jatuh keranjang dan Rayan menindihnya, bahkan Rayan menyerang bibirnya untuk pertama kali.
Kalila tidak bisa berkutik, karena tenaga Rayan seperti orang kesetanan, meskipun pergerakan kakinya terbatas tapi tubuh Rayan lebih besar dari tubuh Kalila.
"Argh kak."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Heryta Herman
mabuk di jadikan alasan untuk menyakiti seseorang...itu hanya modus untuk berbuat hal yg tdk baik...
2024-05-09
0
Sulaiman Efendy
DUREN DIBELAH SCARA PAKSA, ATAU MLM PERTAMA PAKSA..
2023-12-16
0
Sulaiman Efendy
PANTASKH SEORANG ISTRI DIPELUK PRIA LAIN, DN MKN BRSAMA DGN PRIA LAIN
2023-12-16
1