Dear Rayan yang aku cintai..
Mungkin pertemuan kita suatu keberuntungan bagiku, bertemu dengan pria seperti dirimu. Aku bukanlah wanita yang sempurna untuk bersanding dengan dirimu, tapi dukungan dan semangatmu menjadikanku Wanita yang begitu berharga dimatamu. Rayan Ardana pria pertama yang mengenalkan ku pada kebahagian, pria pertama yang membuat hatiku berdebar-debar tak berirama. Jika Tuhan berkehendak, aku ingin selamanya hidup bersama dirimu, susah dan senang kulalui dengan dirimu.
Rayan, maaf aku yang tidak jujur mengenai siapa diriku, aku yang memang terkahir tanpa tahu siapa ibu dan ayahku. Sayang maafkan aku...
Mungkin ketika surat ini datang padamu, aku sudah tidak bersama dengan dirimu lagi, karena memang aku menulis ini untuk dirimu ketika aku sudah pergi.
Saat kau menerima surat ini pasti kau akan mengira Cantika adalah diriku, wajahnya yang mirip denganku pasti mengingatkanmu pada diriku.
Yah, dia salah kakak ku, Cantika adalah kembaran ku yang selama ini di asuh oleh keluarga lain, dan aku yang masih tinggal di panti asuhan hingga bertemu dirimu. Rayan aku hanya ingin kau mau mengabulkan satu permintaanku.
Rayan menatap nanar surat yang di tulis Cintya, Wanita yang dia cintai.
Apa boleh aku meminta dirimu untuk menjaga kakaku.. Dan maaf jika permintaanku begitu berat, hanya saja kak Cantika adalah kekaurgaku satu-satunya.
Rayan ku mohon kabulkanlah keinginanku, untuk yang terakhir kali..
^^^"Cintya.."'^^^
Rayan menutup kembali surat itu, memasukannya ke dalam amplop, dan disana dia melihat kartu nama.
"Cantika Casandra."
Gumam Rayan, yang membaca kartu nama milik Cantika.
Rayan pun menekan angka di kartu nama itu, dia menghubungi Cantika.
"Boleh kita bertemu?"
"...."
"Baiklah, kita bertemu di cafe xxx."
Rayan menghela napas dalam, hatinya kembali nyeri ketika mengingat Cintya yang sudah tiada, meskipun begitu Rayan belum bisa melupakan semua kenangan indah yang pernah mereka lewati bersama, meski Cintya tiada tapi Cintya-nya tidak akan berakhir.
.
.
Kalila baru saja keluar dari ruangannya, gadis itu mengunjungi dokter spesialis Obgyn.
"Masuk.."
Dari dalam Kalila mendengar sahutan hingga dirinya masuk.
"Kalila, tumben kamu datang kemari, biasanya sibuk dengan pasien pria itu." Ledek dokter wanita yang usianya di atas Kalila. Dokter kandungan wanita yang Kalila datangi adalah rekanya dirumah sakit itu.
"Iya mbak, kebetulan sendang tidak sibuk dengan pria itu makannya aku bisa selingkuh kemari." Kalila menyengir.
"Kamu, bisa saja. Aku ngak suka modelan kayak kamu, aku lebih suka pepaya dari pada tempe." Dokter bernama Winda itu tertawa. Mereka mengobrol tanpa arah tujuan.
"Mau apa kamu menemui ku, pasti ada yang kamu butuhkan." Tanya Winda dengan tothepoint, karena tidak mungkin Kalila mendatanginya hanya untuk bergosip.
"Ya mbak, aku butuh keahlian mu." Kalila tersenyum, Winda pun hanya mengaguk.
Di tempat lain di kafe yang Rayan janjikan untuk bertemu dengan Cantika, wanita itu ternyata sudah lebih dulu datang dibanding Rayan.
"Ray..!" Cantika memanggil Rayan, wanita itu melambaikan tangan dengan senyum.
Senyum Cantika memang mirip dengan Cintya, Rayan pun tidak bisa membedakannya, hanya saja bentuk wajah dan rambut mereka yang berbeda, karena Cantika lebih ke tirus, sedangkan Cintya oval.
Rayan mendekati meja yang diduduki Cantika, pria itu tersenyum tipis, ketika Cantika membantunya untuk duduk.
"Terima kasih." Rayan duduk didepan Cantika, wanita itu ikut tersenyum. "Sama-sama."
"Aku tau kamu memutuskan menemuiku setelah membaca surat Cintya." Cantika masih tersenyum tipis, tapi ada kesedihan yang terpancar di kedua mata wanita itu.
Rayan hanya diam, dirinya hanya ingin tahu kapan Cintya-nya menulis surat itu, dan kenapa Cintya bisa memikirkan hal seperti itu, apakah Cintya sudah tahu takdir hidupnya? dan itu mustahil.
"Aku tahu kamu ingin mengetahui keoan Cintya menulis surat itu." Cantika menatap Rayan dengan wajah sendu. "Kau sudah lama terpisah dari nya sejak aku diadopsi dan tinggal di Amerika, dan semenjak itu kami tidak lagi bertemu, hingga disaat aku datang ke Indonesia karena mengikuti kedua orang tua angkatku yang menjalankan bisnis disini, dan aku bertemu dengan Cintya, seminggu sebelum dirinya mengalami kecelakaan." Cantika mengusap air matanya, wanita itu tak kuasa menagis mengingat saudarinya yang sudah tiada.
"Jadi di saat kami bertemu, Cintya sempat ceritakan dirimu pria yang begitu dia cintai, dan sangat berarti untuk hidupnya. Cintya begitu senang dan bahagia dirinya juga mengatakan jika suatu saat dirinya ingin melihatku mendapatkan pria baik seperti dirimu, tapi bagiku itu hanya lelucon. Karena kami hanya sedang bercerita.
"Dan si saat itu, aku yang sedang memasak untuknya, tidak tahu apa yang Cintya lakukan di kamar, ketika dia keluar menemui ku dia memberikan surat itu padaku, dan menyuruhku untuk memberikannya padamu jika suatu saat dirinya tidak ada."
Bahu Cantika bergetar, dengan Isak tangis pilu, wanita itu merasakan kesedihan yang mendalam.
Rayan pun tergerak hatinya, tangannya mengusap bahu Cantika yang bergetar.
"Aku, aku tidak tahu apa yang dia tulis, hanya saja aku tidak ingin kehilangan dirinya saat kami baru saja bertemu."
Cantika menatap Rayan dengan linangan air mata, Rayan yang menatap bisa melihat kesedihan yang mendalam pada diri Cantika.
"Lalu, apa kau sudah membaca surat itu?" Tanya Rayan dengan menatap intens wajah Cantika, wajah yang bisa mengobati rasa rindunya.
"Maaf Ray, aku lancang sudah membukanya." Cantika menunjukan wajah menyesalnya yang sudah lancang membaca isi surat itu sebelum Rayan membacanya.
Rayan tersenyum tipis. "Tidak apa, lagian itu hanya arti sebuah surat." Ucapnya dengan santai.
Cantika hanya tersenyum tipis.
"Kal, kalau butuh bantuan hubungin aku. aku siap membantumu." Winda tersenyum tulus.
"Iya mbak, terima kasih sudah mendengar curahan hatiku."
"Sabar Kal, Tuhan pasti menyiapkan kebahagian untukmu." Winda mengusap bahu Kalila yang berdiri di depan pintu ruang prakteknya.
"Aamiin mbak, semoga."
Kalila hanya berdoa dan selebihnya biarkan Tuhan yang menentukan. Karena hidupnya tidak akan berhenti hanya untuk seorang Rayan, meskipun pria yang dicintainya itu tidak pernah melihatnya.
"Oke, jangan lupa meminumnya, jika belum siap menerima keturunannya." Winda menggoda Kalila agar tersenyum.
"Iya mbak pasti." Kalila berterima kasih lalu berbalik, tapi siapa sangka jika dibelakangnya ada seseorang yang mendengarkan percakapan mereka.
"Keturunan siapa Kal." Tanya orang itu dengan tatapan mata memincing.
Kalila dibuat mati kaku, bibirnya terasa berat untuk di buka.
"Kal kamu menyembunyikan sesuatu dari kami." Tanya orang itu lagi dengan menyentuh kedua bahu Kalila.
Kalila bingung ingin menjawab apa, wanita itu merasa sudah tertangkap basah.
"Aku_"
"Katakan Kal, apa yang sudah terjadi?"
"K-kak aku_"
Kalila sudah tak bisa lagi mengelak, kali ini keluarganya akan tahu apa yang terjadi didalam rumah tangganya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Dewi senjabutirbutirpasirdlaut
preeett surat wasiatnya bo'ongN pasti hedeeewwhh 🥴😒😏
2022-11-06
1
Ateu Chantika
Mdh mdhn kalila cpt bertindak dn pergi ningalin rayan
2022-11-01
2
Ayana
cantika bersandiwara, rayan bodoh mw d bhngi cantika😂😂
2022-10-27
2