Kalila mengantar Rayan sampai di mobil, sejak tadi Kalila selalu tersenyum, dirinya merasa senang ketika diberi kesempatan untuk merawat suaminya meskipun sebagai dokter dan bukan sebagai seorang istri, tapi Kalila sudah merasa bahagia. Merawat suaminya dengan sepenuh hati meskipun yang dirawat tidak sudi melihat wajahnya tapi Kalila tetap melakukan hal yang terbaik untuk kesembuhan suaminya.
"Hati-hati kak, tolong jaga kak Ray." Ucap Kalila pada Ronal yang akan mengemudikan mobilnya.
Ronal tersenyum. "Pasti nona, dan semoga hari-hari nona menyenangkan." Ucap Ronal dengan tulus, bahkan pria itu menampilkan senyumnya yang tidak pernah terlihat.
"Terima kasih." Kalila tersenyum dan melambaikan tangannya ketika mobil yang ditumpangi Rayan meninggalkan parkiran rumah sakit.
Rayan menatap kesal Ronal dari kaca spion, dan Ronal yang merasa diperhatikan melirik balik tapi Rayan segera membuang wajah.
"Nona Kalila sangat sabar sebagai dokter ketika menangani pasienya." Ucap Ronal sambil melirik Rayan yang langsung membalas tatapannya. "Apalagi pasien yang susah untuk di ajak sembuh." Ucap Ronal lagi sebagai ucapan sindiran, tapi secara halus.
"Untungnya apa kau membicarakan wanita pembunuh itu." Ketus Rayan dengan tatapan datar.
Rayan tidak suka mendengar Ronal yang membicarakan Kalila didepanya, apalagi Ronal seperti memuji Kalila wanita yang sudah membuat tunangannya meninggal dan dirinya yang menjadi lumpuh.
Meskipun dirinya sembuh karena terapi dari Kalila, tapi rasa benci dan dendam dalam diri Rayan tidak akan hilang.
Ronal mengehela napas. "Seorang pembunuh tidak akan berani hadir di kehidupan orang yang sudah dia buat menderita." Ucap Ronal, membuat Rayan mengepalkan tangannya kuat.
Ronal tidak bermaksud untuk membuat Rayan marah, tapi Ronal hanya ingin Rayan berfikir lebih masuk akal, Rayan memiliki kekuasaan yang tidak diragukan lagi. Tapi pria itu memilih untuk diam dan tidak mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada saat kecelakaan itu. Dan Rayan menyalahkan Kalila sebagai dalang dari musibah yang menimpanya.
Karena sudah terlanjur tidak suka, Rayan semakin berkesempatan untuk membenci Kalila.
.
.
.
Hari yang ditunggu Kalila dan sahabatnya Ana tiba, dimana kedua gadis itu menggunakan kebaya modern dengan tatanan rambut dan make-up natural yang sudah mempu membuat kecantikan keduanya begitu bersinar. Bukan Kalila jika tidak menghipnotis para kaum adam yang melihatnya. Tapi diantara banyaknya kaum adam disana tidak mempu menggetarkan hati Kalila, seperti Rayan yang meskipun hanya membentak dan berkata yang membuat Kalila sakit hati.
Antara berdebar karena memiliki perasaan, atau berdebar karena terlalu takut ketika Rayan marah dan melihat tatapan kebenciannya.
"Kal, sumpah lu jadi primadona hari ini." Ucap Ana yang begitu senang melihat Kalila begitu cantik.
Mereka baru saja keluar gedung setelah acara selesai dan kini waktunya mereka berfoto-foto dengan satu angkatan ataupun teman mereka.
"Kal, An. Ayo kita foto bersama." Salah satu dari angkatan mereka mengajak Kalila dan Ana untuk mengabadikan momen terakhir mereka mengabdi di universitas ternama di kota. Kalila pun tersenyum, dan mengikuti Ana untuk ikut bergaya bersama teman satu angkatannya.
"Satu lagi, kalian bisa melemparkan toga kalian keatas, dihitungan ketiga." Ucap sang fotografer yang memang bertugas untuk mengambil foto para mahasiswa disana.
"Satu, dua, ti..ga."
"Yeeyyy.." Mereka semua serempak melempar toga ke udara dengan wajah yang begitu bahagia dan senyum mengembang.
Kalila dan Ana begitu senang selama empat tahun dan kembali mengambil spesialis selama hampir dua tahun. mereka mengabdi untuk mendapatkan gelar dokter dan setelah ini mereka akan mengabdikan diri di sebuah rumah sakit yang membutuhkan jasa mereka.
"Kal itu kedua orang tuamu."Ucap Ana yang melihat orang tua sahabatnya datang.
Ana pun memisahkan diri karena dirinya juga melihat orang tuanya datang.
"Mama, papa." Kalila memeluk Mamanya Kania.
Kania membalas pelukan putri bungsunya, "Selamat sayang, kamu memang yang terbaik." Ucap Mama Kania yang memang sudah tahu jika putrinya lulus dengan nilai terbaik.
"Terima kasih Mah." Kalila tersenyum manis.
"Papa." Kalila bergantian memeluk sang papa.
"Selamat nak, kamu memang putri papa yang hebat." Ucap tuan Ardian yang memeluk putrinya dengan senyum mengembang.
Karina yang berada di antara mereka memutar kedua matanya malas.
"Makasih Pah, ini semua berkat doa kalian." Kalila bersyukur kedua orang tuanya selalu mendukung apa yang yang dia inginkan.
Kania mengelus wajah putrinya dengan penuh sayang, tidak menyangka jika putrinya kini sudah menjadi seorang dokter dan sudah memiliki suami.
"Kal, Congratulation ya.You are the best."Karina memeluk adiknya dengan erat, gemas keduanya berpelukan sambil menggoyangkan tubuhnya kekanan dan kiri dan tertawa.
"Terima kasih my sister." Kalila mencium pipi Karina.
Dan kedua orang tua mereka ikut memeluk kedua putrinya.
Tak lama tuan Roy dan nyonya Saras ternayata juga datang untuk memberi selamat kepada menantunya.
"Sayang selamat ya, Mama bangga padamu." Nyonya Saras memeluk dan mencium menantunya yang juga dia anggap sudah seperti anaknya sendiri sejak Kalila masih kecil.
"Terima kasih Mah, Pah." Kalila tersenyum manis. Kebahagiaan Kalila tidak bisa di sembunyikan lagi, gadis itu terlalu senang karena masa pengabdiannya sudah selesai.
"Apa Rayan tidak datang nak." Tanya nyonya Saras yang sejak tadi ingin menyakan putranya.
Mereka semua kembali fokus pada Kalila, karena terlalu senang mereka tidak ingat tentang Rayan yang tidak ada disana untuk memberikan Kalila ucapan selamat.
Kalila mencoba untuk tenang dan tersenyum. "Kak Ray, sibuk mah, tadi juga sudah menelpon." Ucap Kalila berbohong.
Meskipun Kalila sendiri berharap Rayan akan datang untuk memberikan selamat, tapi itu sangat mustahil.
"Sibuk apa anak itu, sampai tidak bisa datang." Gerutu tuan Roy, hanya mendapat elusan lengan dari nyoya Saras.
Karina yang menyadari perubahan wajah adiknya, wajah Kalila menyembunyikan kesedihannya.
Mereka semua kembali berfoto, foto keluarga untuk di abadikan, dan benar sayang sekali disana tidak ada Rayan, jika ada mungkin kebahagian kelaurga itu akan sangat lengkap.
Kalila berserta kelaurga besar mereka, mengadakannya acara makan bersama untuk merayakan gelar yang Kalila dapatkan. Dan tuan Ardian memesan restoran bintang lima untuk menjamu besan dan juga merayakan keberhasilan putrinya.
"Kal, kamu sudah mendapatkan rumah sakit untuk masa baktimu." Tanya tuan Roy, yang belum tahu.
"Sudah pah, dan sekarang Kalila sendang menangani pasien yang susah diajak sembuh." Jawab Kalila dengan ekspresi wajah cemberut.
"Kenapa kamu yang pusing, biarkan saja dia sakit, kalau begitu siapa yang rugi." Ucap tuan Roy sambil tertawa, karena ucapanya barusan hanya candaan.
"Dan sayangnya pasien itu anak papa, suami Kalila sendiri. " Kalila menghela napas dalam, bagaimana pun dirinya ingin melihat Rayan kembali seperti sedia kala dan berharap bisa memaafkannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
TongTji Tea
thor setahuku seorang dokter yang mengambil ppds itu sekolah nya 4-6 tahunan.sorry ini hanya sekedar info agar novelmu serasa "real" gitu
2022-11-14
2
Ateu Chantika
jangan sampai kau menyesal rayan karna menyia nyiakan istri sebaik secantik dn sehebat kalila
2022-11-01
0
Cicih Sophiana
Rayan itu suami yg gak punya akhlak...
2022-10-18
0