Erlangga membuka pintu kamarnya. Dia terkejut melihat istrinya ada di kamar dan terbaring di atas tempat tidur mereka. Dia menaruh tas kerja di atas sofa, dan berjalan perlahan mendekat ke arah tempat tidur.
Erlangga tidak menduga jika Caroline sudah pulang dari luar negeri. Sepertinya ancamannya itu berhasil membuat istrinya itu membatalkan rencana kepergiannya ke Brussel. Dia kemudian duduk di tepi tempat tidur dan memandangi wajah cantik istrinya itu.
Seandainya saja Caroline tidak berambisi dengan karirnya sebagai model, betapa bahagianya Erlangga mempunyai istri secantik Caroline yang begitu dia cintai. Erlangga bangkit lalu berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.
Sepuluh menit kemudian Erlangga sudah keluar dari kamar mandi dengan handuk terlilit di pinggangnya.
Erlangga berhenti tepat di tepi tempat tidurnya setelah mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil lalu naik ke atas tempat tidur. Sebagai seorang suami, bagaimanapun juga dia sangat merindukan bersentuhan dengan sang istri.
Erlangga memeluk tubuh Caroline dan mulai menciumi wajah dan bibir Caroline yang masih tertidur.
" Sayang?" Tindakan Erlangga yang mencumbu Caroline membuat istrinya itu terjaga dari tidurnya. Caroline pun membalas pagutan sang suami yang menciumnya penuh has rat.
Erlangga kini mulai melucuti kancing pakaian Caroline menuntut sesuatu yang lebih dari sekedar berciuman. Bahkan tangannya sudah mulai meremas bukit indah milik istrinya yang tidak tertutup bra.
" Sayang, kita lakukan ini besok pagi saja, ya? Hari ini aku lelah sekali ..." Caroline menolak ajakan suaminya yang ingin melanjutkan permainan mereka menuju aktivitas yang lebih serius, saling berbagi kehangatan dengan penyatuan tubuh mereka.
Erlangga menghentikan kegiatannya yang sedang menjelajahi perbukitan milik Caroline.
" Sayang, aku ini baru sampai ... aku sudah menuruti kemauanmu untuk tidak pergi ke Brussel. Selesai pemotretan terakhir, aku langsung kembali ke Indonesia tanpa beristirahat, jadi aku lelah sekali hari ini. Jangan sekarang, ya!? Caroline berucap dengan nada manja, berharap suaminya itu mau mengerti dirinya seraya mengusap rahang suaminya itu yang terlihat mengeras karena penolakannya.
Erlangga mendengus kasar hingga dia menjauhkan tubuhnya dari sang istri.
" Sayang, kamu jangan marah seperti itu, dong!" Caroline menghalangi Erlangga yang ingin menjauh darinya dengan menahan lengan suaminya itu.
" Kalau kamu tidak ingin melayani suamimu, untuk apa kamu pulang hari ini?" ketus Erlangga kemudian turun dari tempat tidur lalu melangkah ke arah lemari untuk mengambil pakaian dan mengenakan pakaian yang dipilihnya, kemudian berjalan ke luar meninggalkan Caroline yang memanggil namanya.
" Ck, aku ini 'kan capek, butuh istirahat. Dia pikir perjalanan London-Jakarta sama seperti Bandung-Jakarta?" gerutu Caroline yang melihat suaminya itu marah karena penolakannya. Namun Caroline tidak berusaha mengejar Erlangga, dia justru menghempaskan kembali tubuhnya di atas tempat tidur dan melanjutkan tidurnya yang terganggu karena ulah sang suami.
***
" Bu, Ibu sudah tidur?" Kayra mengetuk dan membuka kamar ibunya setelah melaksanakan sholat Isya.
" Ada apa, Nak?" Bu Sari menjawab dan bangkit dari tempat tidurnya.
Kayra lalu berjalan mendekat dan duduk di tepi tempat tidur.
" Bu, Lusa ini kita akan pindah dari sini." Kayra menyampaikan rencana kepindahan mereka agar Ibunya tidak merasa kaget walaupun dirinya sendiri pun merasa terkejut dengan waktu kepindahan yang begitu mendadak dan sangat dekat.
" Pindah? Pindah ke mana, Nak?" tanya Ibu Sari.
" Hmmm, Kayra mengontrak rumah yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kantor, Bu." Kayra berbohong dengan mengatakan jika dialah yang mengontrak rumah itu. Dia tidak ingin Ibunya mempermasalahkan jika tahu ternyata rumah itu Erlangga yang menyediakan untuknya.
" Kamu tidak pernah cerita sebelumnya kepada Ibu kalau kamu ingin pindah rumah, Kayra." Bu Sari merasa heran karena Kayra secara mendadak mengatakan jika mereka akan pindah rumah.
" Hmmm, sebenarnya keinginan pindah itu sudah lama, Bu. Tapi baru bisa terealisasikan saat ini karena Ibu sekarang tinggal bersama Kayra, Kayra ingin Ibu tinggal di tempat yang lebih layak dari tempat ini." Kayra mencari alasan yang tepat agar Ibunya itu percaya.
" Maafkan Kayra karena telah berbohong, Bu." batin Kayra menyesali harus berbohong kepada Ibunya.
" Sebenarnya di sini juga sudah cukup untuk Ibu, Kayra. Janganlah membuang uang percuma untuk menyewa tempat yang lebih bagus dari tempat ini." Tentu Ibu Sari tidak ingin Kayra mengeluarkan banyak uang untuk sesuatu yang dia rasa tidak penting.
" Ibu tidak usah khawatir tentang itu. Hmmm sebenarnya rumah baru kita nanti milik orang kantor yang pindah tugas ke luar kota. Dia tidak berani mengontrakan rumah itu kepada orang lain karena dia takut orang yang mengontrak itu tidak dapat mengurus rumahnya dengan baik. Dan orang itu menyuruh Kayra pindah mengontrak di tempatnya saja karena dia percaya Kayra bisa mengurus rumahnya, dengan harga kontrak yang sama dengan yang Kayra keluarkan untuk mengontrak rumah ini, Bu." Kayra kembali mengarang cerita yang benar-benar bisa diterima oleh Ibunya.
" Ya sudah kalau memang begitu. Ibu menurut saja denganmu, Nak." Ibu Sari hanya bisa mengikuti ke mana pun anaknya akan tinggal.
" Kalau begitu Ibu sekarang istirahat, ya!? Ibu tidak perlu memikirkan harus berkemas, biar Kayra sama Mbak Diah yang urus. Kayra tidak ingin Ibu kelelahan." Kayra memang tidak ingin Ibunya ikut terlibat dalam persiapan jelang kepindahan mereka ke rumah baru.
" Tidak apa-apa, Nak. Ibu bisa bantu yang ringan-ringan saja." Ibu Sari ingin juga ikut membantu berkemas.
" Tidak, Bu. Kayra tidak ijinkan Ibu ikut repot berkemas!" Kayra tetap melarang Ibunya itu ikut repot karena takut Ibunya kelelahan.
" Sekarang Ibu istirahat, Kayra akan keluar kamar." Kayra lalu bangkit dan membantu Ibunya berbaring. " Selamat beristirahat, Bu," ucapnya kemudian berjalan meninggalkan ruangan kamar Ibunya.
Sementara itu di jalan kota Jakarta, Erlangga sedang fokus menatap jalan di hadapannya. Saat ini dia mengendarai mobilnya dengan cukup kencang karena dia merasa sangat kesal kepada Caroline. Setelah lama berputar, tanpa dia sadari saat ini dia berada di jalan yang sama dengan jalan dekat dengan rumah kontrakan Kayra. Erlangga yang akhirnya ingat jika jalan yang dia lalui akan melewati jalan menuju gang rumah Kayra langsung membelokkan mobilnya ke arah jalan itu
" Mau ke mana, Mbak?" tanya Diah saat melihat Kayra membuka pintu rumah.
" Mau beli jamu di depot jamu seberang jalan itu, Mbak." ujar Kayra.
" Mau saya yang belikan, Mbak?" Diah menawarkan jasa.
" Tidak usah, Mbak. Biar saya saja yang ke sana. Saya ke depan dulu ya, Mbak Diah." Kayra meminta ijin sebentar kepada Diah.
" Iya, Mbak."
Setelah mendengar jawaban dari Diah, Kayra pun berjalan menyusuri gang rumahnya. Dan tepat ketika dia sampai di ujung gang, sebuah mobil mewah yang sudah pasti Kayra kenal milik siapa berhenti tepat di hadapannya.
" Pak Erlangga?" ucapnya terkesiap saat mendapati mobil Erlangga tiba-tiba berhenti di depannya.
*
*
*
Bersambung ...
Happy Reading❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Dwi Hartati08
hati erlangga menuntun ke pemiliknya
2023-01-23
2
Deni Marviana💜
bis elang mau minum jamu juga biar kuat terhadap penolakan caroline 🤣🤣🤣🤣
2023-01-09
0
Julik Rini
waspadalah 🫣🫣
2023-01-01
0