Rumah Gubuk

Erlangga meletakkan sendok dan garpu di tangannya di atas piring saat mendengar rencana Mamanya yang akan memasukkan Agnes di perusahaan yang dia kelola selama ini. Tentu saja Erlangga sangat keberatan dengan rencana Helen. Baginya membawa seorang Agnes ke dalam perusahaannya adalah rencana konyol.

Erlangga masih tidak habis pikir dengan rencana Helen. Dia tidak menyangka kebencian Helen terhadap Caroline sepertinya sudah mengakar sampai Mamanya itu menghadirkan wanita lain yang bisa membuat rumah tangganya berantakan.

Sebenarnya bukan hanya Erlangga saja yang terkejut mendengar rencana Helen, bahkan Krisna pun tidak menyangka sang istri sampai mempunyai ide gi la seperti itu. Dia tahu jika menantumya itu tidak disukai oleh istrinya. Namun niat istrinya mendekatkan Erlangga dengan Agnes dengan menyuruh Agnes bekerja di kantor Erlangga, tidak sampai terpikirkan di benaknya.

" Apa maksud Mama dengan mengatakan Agnes akan bekerja di kantorku?" Erlangga menyampaikan pertanyaan sebagai bentuk protes atas rencana yang dibuat oleh Helen.

" Memangnya kenapa? Agnes ini lulusan Magister dari universitas di Amerika, dia pasti cocok bekerja di kantormu, Lang." Helen membanggakan Agnes yang mempunyai gelar S2 dari luar negeri.

" Tidak ada posisi yang kosong di kantorku, Ma. Dan perusahaan tidak sedang membutuhkan karyawan baru!" tegas Erlangga tetap menolak kehadiran Agnes di kantornya.

" Dia tidak harus mengisi posisi yang kosong di kantormu, Erlangga! Kamu bisa menjadikan Agnes sebagai asisten pribadimu. Kamu tidak keberatan menjadi asisten pribadi Erlangga 'kan, Agnes?" Entah ide gi la apalagi yang muncul di otak Helen yang terkesan memaksakan kehendaknya.

" Tentu saja aku tidak masalah, Tante. Aku juga sedang belajar untuk bekerja." Tentu Agnes tidak mempermasalahkan jabatan apa yang akan dia dapat di perusahaan Erlangga, dia hanya berharap bisa selalu dekat dengan Erlangga. Dan menempati jabatan sebagai asisten pribadi Erlangga akan membuat dia bisa selalu bersama dengan Erlangga.

" Aku tidak membutuhkan seorang asisten pribadi, Ma! Sudah ada Pak Wira dan aku juga punya sekretaris yang bisa menghandle semua pekerjaanku!" Erlangga menegaskan jika dia punya Pak Wira, executive asisten dan juga Kayra, sekretarisnya yang bisa dia andalkan. " Lagipula perusahaanku hanya membutuhkan tenaga kerja ahli, bukan orang yang baru belajar bekerja," lanjutnya menyindir perkataan Agnes yang mengatakan ingin belajar bekerja. Dia sendiri tidak yakin jika Agnes akan bisa bekerja dengan baik, karena dia bisa menilai karakter wanita seperti Agnes bukan tipe wanita yang suka diatur untuk urusan pekerjaan.

" Dan yang terpenting, tidak membuang uang percuma hanya untuk menambah karyawan yang tidak dibutuhkan oleh perusahaan!" tegas Erlangga seraya melirik dengan pandangan mata seolah meremehkan ke arah Agnes yang terlihat langsung memberengut kesal.

Tentu kalimat terakhir yang diucapkan Erlangga membuat Kayra menelan salivanya. Erlangga mengatakan untuk apa membuang uang percuma? Lalu bagaimana dengan keputusan Erlangga yang memberikan uang cuma-cuma dengan membiayai pengobatan Ibu Sari dan membayar orang untuk merawat orang tua Kayra itu? Apa itu bukan merupakan membuang uang percuma?

" Kalau kamu keberatan masalah salary, biar nanti Mama saja yang menggaji Agnes." Helen yang kesal dengan sikap Erlangga yang terang-terangan menentang rencananya sampai nekat mengatakan akan membayar gaji Agnes dengan uang pribadinya. Tentu saja hanya membayar satu orang karyawan tidak akan membuat dia akan kehabisan uang pribadinya.

" Kalau begitu kenapa Agnes tidak Mama jadikan asisten pribadi Mama saja!?" Erlangga segera bangkit dari kursi berniat meninggalkan meja makan.

" Kamu mau ke mana, Lang?" tanya Krisna saat putranya itu berdiri.

" Aku mau pulang, Pa. Aku rasa makan malam ini tidak penting untukku." Erlangga menepuk halus pundak Papanya dan berlalu meninggalkan ruang makan tanpa berpamitan dengan Helen apalagi dengan Agnes.

" Erlangga! Kamu harus menjaga sikapmu terhadap tamu!" Bahkan teriakan Helen tidak digubris oleh pria itu.

Kayra yang melihat Erlangga pergi dari ruangan makan tentu saja harus segera menyusul bosnya. Dia tidak mungkin berlama-lama di tempat itu karena kehadiran dirinya tidaklah penting untuk keluarga Mahadika Gautama.

" Pak, Bu, saya permisi ... selamat malam ..." Kayra segera berpamitan sebelum mengejar langkah Erlangga yang berjalan dengan bergegas meninggalkan rumah orang tuanya.

***

Kayra melirik ke arah Erlangga yang sedang serius dengan kemudinya. Dia merasakan kemarahan Erlangga karena pria itu mengemudikan kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Bahkan Kayra harus menahan nafas dan memgenggam erat seat belt nya karena dia merasa ketakutan dengan laju mobil yang dikendarai oleh Erlangga.

" Di mana rumahmu?" tanya Erlangga membuat Kayra yang sedang diselimuti ketakutan langsung terkesiap.

" Hmmm, saya turun di sini saja, Pak. Biar nanti saya naik ojek online saja." Kayra memilih pulang menggunakan ojek online daripada dia harus jantungan karena Erlangga mengendarai mobilnya seolah kesetanan.

" Apa susahnya menyebutkan di mana alamat rumahmu?" pertanyaan bernada ketus yang meluncur dari mulut Erlangga membuat bulu halus di lengan Kayra berdiri tegak.

" Maaf, Pak." Menyadari kesalahannya, Kayra langsung meminta maaf kepada bosnya dan menyebutkan alamat rumah kontrakan di mana dia tinggal.

Sekitar lima belas menit, mobil yang dikemudikan Erlangga sudah sampai di depan gang menuju rumah kontrakan Kayra.

" Terima kasih Bapak sudah mengantar saya." Kayra mengucapkan rasa terima kasihnya seraya melepas seat belt nya.

" Yang mana rumahmu?" tanya Erlangga ikut membuka seat belt yang dia lilitkan di tubuhnya.

" Rumah saya masuk ke dalam gang, Pak." jawab Kayra.

Setelah mendengar jawaban dari Kayra, Erlangga membuka pintu mobilnya dan bergegas turun membuat Kayra menatap heran. Mau apa Erlangga turun dari mobil? Itu pertanyaan yang muncul di otak Kayra.

" Kenapa kamu senang sekali melamun di mobilku?"

Suara Erlangga membuat Kayra terkejut hingga dia bergegas turun dari mobil milik bosnya itu.

" Oh, maaf, Pak."

" Yang mana rumahmu?" tanya Erlangga.

" Lima rumah dari gang ini, Pak."

Erlangga langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam gang setelah mendapatkan jawaban dari Kayra.

" Bapak mau ke rumah saya?" Kayra sampai harus berlari mengejar Erlangga. Dia tidak menyangka jika bosnya akan mengunjungi rumah tempat tinggalnya selama dia berada di Jakarta.

" Yang kiri atau kanan?" tanpa menggubris pertanyaan Kayra, Erlangga justru menanyakan posisi rumah Kayra setelah menghitung lima rumah dari ujung gang.

" Yang ini, Pak." Kayra langsung menunjuk rumah bercat hijau di sisi kanan Erlangga.

Erlangga memperhatikan rumah berukuran kecil di samping kanannya.

" Kamu tinggal di sini?" tanya Erlangga kembali.

" Iya, Pak. Ini rumah kontrakan saya." jawab Kayra

Erlangga lalu berjalan memasuki pekarangan sempit rumah kontrakan Kayra.

" Bapak ingin masuk ke rumah saya?" Kayra kembali kaget melihat Erlangga berjalan masuk ke pekarangan rumahnya, dia pikir Erlangga hanya sekedar ingin tahu di mana dia tinggal saja.

" Saya ingin mengetahui kondisi Ibumu, apa tidak boleh?" tanya Erlangga menoleh ke arah Kayra.

" Oh, boleh saja, Pak. Silahkan ... tapi mohon maaf kalau keadaan rumah kontrakan saya tidak membuat Bapak nyaman." Kayra membuka pintu yang tidak terkunci. " Assalamualaikum ..." Kayra mengucapkan salam saat masuk ke dalam rumah. " Mari silahkan masuk, Pak. Maaf kalau rumahnya sempit." Kayra mempersilahkan Erlangga untuk masuk ke dalam rumah.

" Waalaikumsalam, Mbak Kayra sudah pulang?" Diah yang keluar dari ruang tengah menjawab salam yang diucapkan oleh Kayra. Meskipun Diah adalah orang yang disuruh untuk menjaga Ibu Sari, namun Diah sendiri tidak mengenali Erlangga, karena orang suruhan Erlangga lah yang menghubungi dan mengatur apa tugas Diah.

" Iya, Mbak." sahut Kayra. " Ibu sudah tidur?" tanya Kayra kemudian.

" Ibu di kamar tapi sepertinya belum tidur, Mbak." Diah memberitahu.

" Oh, terima kasih, Mbak." Kayra lalu menoleh ke arah Erlangga yang masih berdiri di dekat pintu. " Bapak silahkan duduk dulu, saya akan panggilan Ibu saya." Kayra mempersilahkan Erlangga untuk duduk menunggu sementara dia ingin memanggil Ibunya.

" Biar saya yang menemui Ibumu. Di mana kamarnya?" Erlangga menolak disuruh menunggu. Dia bahkan ingin menemui Ibu Sari di kamarnya.

" Di sini, Pak." Kayra segera membuka pintu kamar Ibunya setelah mengetuk pintu kamar Ibu Sari terlebih dahulu.

" Assalamualaikum, Ibu belum tidur?" Kayra menyapa Ibunya yang sedang berbaring namun belum memejamkan matanya.

" Waalaikumsalam, kamu sudah pulang, Nak?" tanya Bu Sari saat mendengar suara Kayra.

" Sudah, Bu. Bu ini ada Pak Erlangga, Bos aku, Bu. Pak Erlangga ingin bertemu dengan Ibu." Kayra memperkenalkan Erlangga kepada Ibunya.

" Bos kamu, Kayra?" Ibu Sari melihat kehadiran seorang pria tampan bertubuh tinggi tegap di belakang Kayra. " Tuan Erlangga?" Ibu Sari mencoba untuk bangkit dari tidurnya.

" Berbaring saja, Bu. Tidak apa-apa ..." Erlangga melarang Ibu Sari yang hendak bangun dari posisi tidurnya. Dia lalu duduk di tepi tempat tidur Bu Sari.

" Bagaimana kondisi Ibu?" tanyanya kemudian menatap tangan kiri Bu Sari yang masih terlilit perban.

" Alhamdulillah sudah mulai membaik, Tuan. Tuan, saya mengucapkan terima kasih karena Tuan sudah membantu Kayra dalam membiayai pengobatan saya. Maaf kalau kami merepotkan Tuan Erlangga." Ibu Sari mengucapkan terima kasih dan permintaan maafnya karena merasa sudah banyak merepotkan Erlangga.

" Tidak apa-apa, Bu. Saya membutuhkan tenaga Kayra jadi sebisa mungkin saya harus membuat Kayra merasa tenang dalam bekerja tanpa harus dibebani dengan masalah yang terjadi di luar pekerjaan." Erlangga menjelaskan tujuannya membantu Kayra.

" Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan Tuan." Ibu Sari mendoakan yang terbaik untuk Erlangga.

" Terima kasih, Bu. Kalau begitu saya permisi. Sebaiknya Ibu istirahat lagi saja." Erlangga kemudian bangkit ingin meninggalkan kamar Ibu Sari.

" Iya, Tuan."

Setelah Ibu Sari mengijinkan dia keluar, Erlangga pun berjalan keluar dari kamar Ibu Sari.

" Bu, Kayra mau mengantar Pak Erlangga dulu, ya!?" Kayra berpamitan kepada Ibunya karena dia harus menemani Erlangga sampai ke depan mobilnya.

" Iya, Nak." Ibu Sari menganggukkan kepalanya menyetujui Kayra yang memang bertugas menemani Erlangga sebagai tamu di rumahnya.

Erlangga memperhatikan setiap sudut ruangan rumah kontrakan Kayra. Dari teras, ruang tamu bahkan kamar teramat sempit baginya. Luasnya yang kecil dan atap langit-langit yang terlalu pendek pendek jaraknya dengan lantai membuatnya yang terbiasa tinggal di rumah mewah, tidak akan betah berlama-lama di tempat itu.

" Berapa uang yang kamu keluarkan untuk mengontrak gubuk ini?"

Kayra membulatkan matanya mendengar Erlangga menyebut gubuk untuk rumah kontrakannya itu.

" Satu juta lima ratus ribu perbulan, Pak. Tapi kalau bayar langsung setahun hanya membayar tujuh belas juta saja," sahut Kayra menjelaskan.

" Menyedihkan sekali seorang sekretaris Erlangga Mahadika Gautama tinggal di tempat seperti ini." Erlangga mencibir tempat tinggal Kayra.

Kayra menelan salivanya mendengar ejekan dari sang bos. Walaupun disebut menyedihkan namun nominal yang dikeluarkan oleh Kayra setiap bulan untuk membayar kontrakan itu bukanlah nominal sedikit baginya.

" Saya pulang ..." Setelah mengatakan kalimat sindiran, Erlangga langsung berpamitan ingin meninggalkan rumah Kayra.

" Baik, Pak. Terima kasih Bapak sudah sudi mampir di gubuk saya ini." Kayra sengaja menyebut kata gubuk seperti yang dikatakan Erlangga sebagai bentuk kekesalannya atas penghinaan sang bos terhadap tempat tinggalnya.

Erlangga melirik ke arah Kayra dan menarik tipis satu sudut bibirnya saat mendengar ucapan Kayra tadi. Dia bahkan melihat wanita itu memberengut, namun tidak memudarkan wajah cantik wanita itu.

Setelah mengantar Erlangga sampai ke ujung gang dan Erlangga pergi menjauh bersama mobilnya, Kayra langsung kembali ke rumahnya.

" Mbak Diah mau pulang sekarang?" tanya Kayra saat melihat Diah bersiap-siap untuk pulang.

" Iya, Mbak. Saya mau pulang ... tapi mulai besok saya akan menginap di sini karena saya mendapat tugas harus stand by mengurus Bu Sari dua puluh empat jam." Diah memang sudah diperintahkan untuk menjaga Ibu Sari penuh.

" Tidak usah, Mbak. Ibu saya tidak sakit parah., jadi Mbak Diah tidak perlu menginap di sini. Lagipula di sini hanya ada dua kamar, nanti Mbak Diah akan tidur di mana?" Kayra tetap keberatan jika Diah harus menginap di rumahnya karena memang rumah kontrakan dia yang kecil, Ibunya pun tidak harus dijaga dua puluh empat jam penuh.

" Tapi saya sudah diperintahkan seperti itu, Mbak. Saya takut disalahkan kalau saya menolak untuk menginap." Diah menerangkan perintah orang yang membayarnya untuk mengurus Ibu Sari.

" Kalau begitu biarkan saja perintah itu tapi Mbak Diah tidak perlu mengikuti. Lagipula Mbak Diah tidak dipantau tiap hari, kan?"

" Maaf, Mbak. Saya tidak berani menentang orang yang sudah menyuruh saya." Diah tetap pada keputusannya yang ingin menjalankan perintah orang suruhan Erlangga.

" Mbak Diah tahu siapa orang yang menyuruh Mbak itu?" tanya Kayra karena dia melihat tadi Diah seolah tidak mengenali Erlangga.

" Pak Bondan, Mbak. Pak Bondan diperintah bosnya untuk mencari orang yang bisa merawat Ibu dari Mbak Kayra." Diah menerangkan.

" Oke, Mbak. Ya sudah, kalau Mbak Diah mau pulang, takut kemalaman di jalan." Kayra mengijinkan Diah untuk pulang.

" Baik, Mbak. Saya permisi ya, Mbak. Assalamualikum ..." Diah berpamitan.

" Waalaikumsalam ... terima kasih ya, Mbak."

Setelah menutup dan mengunci pintu rumah, Kayra langsung melangkah ke kamarnya untuk mengganti pakaian dan mencuci mukanya terlebih dahulu sebelum merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.

Hari ini benar-benar terasa penat untuk Kayra. Hari pertama masuk kerja setelah beberapa hari cuti, ditambah lagi dia harus mengikuti Erlangga datang ke rumah Mahadika Gautama. Dan yang lebih memusingkan adalah mendengar perdebatan Erlangga dan Helen, karena kehadiran seorang wanita cantik yang diinginkan Helen untuk bekerja di perusahaan Erlangga.

Kayra tidak habis pikir dengan sikap Helen, dia tidak menyangka jika Helen sepertinya ingin mendekatkan Agnes dengan Erlangga padahal Erlangga sudah mempunyai istri. Dan Helen juga sepertinya sangat membenci Caroline meskipun Caroline itu adalah wanita yang dicintai oleh Erlangga.

Kayra menggelengkan kepala mendapati sikap Helen." Orang kaya itu kadang-kadang membingungkan ..." gumamnya kemudian.

*

*

*

Bersambung ...

Happy Reading❤️

Terpopuler

Comments

🌺𝕭𝖊𝖗𝖊-𝖆𝖟𝖛𝖆🌺

🌺𝕭𝖊𝖗𝖊-𝖆𝖟𝖛𝖆🌺

km aja geleng2 apalagi saya keyra....
orang tua model kek Helen gt bikin emosi orang aja....

2023-12-02

0

Dwi Hartati08

Dwi Hartati08

ya Allah sombong amat Pak

2023-01-23

0

H!@t>🌟😉 Rekà J♡R@

H!@t>🌟😉 Rekà J♡R@

Ini namanya Agnes Mo... Mo cari kesempatan deket2 Pak Er...😒😒

2022-11-29

2

lihat semua
Episodes
1 Musibah
2 Pulang Ke Bandung
3 Segeralah Kembali Ke Jakarta
4 Pindah Ke Jakarta
5 Membawa Ibu Ke Jakarta
6 Bekerja Sebaik Mungkin
7 Menghemat Pengeluaran
8 Ikutlah Dengan Saya!
9 Kenapa Kamu Malah Duduk?
10 Rencana Helen
11 Rumah Gubuk
12 Menjodohkan Kayra
13 Kemarahan Erlangga
14 Tanpa Harus Membayar
15 Tugas Dari Erlangga
16 Telepon Dari Siapa?
17 Rasanya Aneh
18 Sikap Erlangga Yang Berlebihan
19 Harus Berbohong
20 Kamu Mau Menemani Saya?
21 Jangan Terlalu Dekat Dengan Erlangga
22 Karena Salah Minum
23 Tidak Akan Ada Affair
24 Semalam Dari Mana?
25 Aku Tahu Kau Sedang Berbohong
26 Berhentilah Ikut Campur Masalah Pribadi Saya!
27 Temani Saya, Jangan Ke Mana-Mana
28 Apa Yang Kalian Lakukan?
29 Pindah Tugas
30 Mulutmu Selalu Menampik
31 Halusinasi Erlangga
32 Larangan Menjalin Hubungan
33 Memperistri Kayra
34 Rencana Kabur
35 Rencana Kabur
36 Tidak Ada Larangan Untuk Menikahimu
37 Pelarian
38 Istri Erlangga
39 Kapan Kamu Akan Siap?
40 Dasar Pria Aneh
41 Kenapa Kamu Melepas Cincinmu?
42 Rasa Penasaran Wira
43 Nyonya
44 Belum Pernah Melakukannya Denganmu
45 Saya Akan Melayani Bapak
46 Diamlah! Dan Nikmati Saja!
47 Jadilah Istri Yang Baik
48 Apa Yang Saya Makan, Itu Juga Yang Harus Kamu Makan
49 Wanita Lain
50 Ingin Bersamamu
51 Lupakan Ambisimu!
52 Apa Yang Kau Lakukan Dengan Wira?
53 Merasakan Kenikmatan
54 Ingkar Janji
55 Harus Berani Melawan
56 Kedai Soto
57 Berada Di Sarang Cinta
58 Orang Yang Mencurigakan
59 Pemecatan Rivaldi
60 Mencari Tahu Siapa Jimmy
61 Pasrah Menerima Nasib
62 Menolak Agnes
63 Rasa Kagum Erlangga
64 Undangan Ke Bandung
65 Uang Bulanan
66 Penyusup
67 Kedatangan Caroline
68 Sebaiknya Batalkan Rencana Perceraian Bapak
69 Mandi Bersama
70 Nyonya Erlangga Mahadika Gautama
71 Apa Kurangnya Menjadi Istri Erlangga?
72 Istri Simpanan CEO
73 Menginap Di Villa
74 Sidang Perceraian
75 Ada Apa Di Antara Kamu Dan Erlangga?
76 Restu
77 Ke Salon
78 Sekretaris Kedua
79 Bukan Nyonya Erlangga Lagi
80 Berkunjung Ke Kantor Krisna
81 Takut Kehilangan
82 Isi Dalam Box
83 Pelampiasan Emosi
84 Membuka Lembaran Baru
85 Kisah Kita Sudah Usai
86 Mabuk Perjalanan
87 Sayang
88 Keputusan Resign
89 Mas Erlangga
90 Periksa Kandungan
91 Sesuatu Yang Paling Berharga
92 Sedang Menginginkan
93 Pengaruh Hormon
94 Hanya Halusinasi
95 Jangan Mengusik Kami
96 Status Kayra
97 Di Mana Kayra?
98 Kayra, Sedang Apa Kamu Di Sini?
99 Kalang Kabut
100 Pembalasan Henry
101 Krisis Percaya Diri
102 Apa Kamu Takut Aku Akan Berpaling?
103 Jadi Bos
104 Merasa Sangat Dibutuhkan
105 Wanita Licik
106 Jaya Raya Garment
107 Menggantikan Posisi Kayra
108 Rencana Menculik
109 Kita Lihat Saja Nanti
110 Bakso Beranak
111 Jangan Makan Pedas!
112 Mulai Beraksi
113 Seperti Seorang Ratu
114 Undangan Makan Malam
115 Bukan Menantu Yang Diinginkan
116 Bagaikan Langit Dan Bumi
117 Apa Enaknya Menjadi Istri CEO?
118 Mempersulit Keadaan
119 Membatasi Gerakan Rivaldi
120 Adik Perempuan
121 Mencari Detektif
122 Aktivitas Agnes
123 Semakin Aman
124 Firman Dan Rena
125 Penyamaran Rizal
126 Cerita Masa Lalu
127 Tawaran Menghadiri Pesta Pernikahan
128 Cinderella Dan Pangeran
129 Arina
130 Ketakutan Arina
131 Pengaruh Kehamilan
132 Siapa Mama Rivaldi?
133 Sus Rina
134 Ancaman Agnes
135 Siap Mempertaruhkan Nyawa
136 Otak Cemerlang Rizal
137 Sosok Istri Dan Menantu Idaman
138 Ancaman Erlangga
139 Mengorek Kehidupan Pribadi Rivaldi
140 Sudah Bertobat
141 Sesuatu Yang Janggal
142 Mengurus Anak Sendiri
143 Bertemu Arina
144 Kisah Arina
145 Kania Pratiwi
146 Ketakutan Erlangga
147 Mirip Siapa?
148 Penyesalan Helen
149 Menemani Helen Berbelanja
150 Merasa Terancam
151 Hasil DNA
152 Kejujuran Ibu Sari
153 Berbicara Empat Mata Dengan Nugraha
154 Bertemu Dengan Siapa Tadi?
155 Kayra Yang Cemburu
156 Sosok Sebaik Erlangga
157 Pertemuan Kedua Ibu Mertua
158 Saat Melamar
159 Tamu Istimewa
160 Perasaan Yang Aneh
161 Pelindung Kayra
162 Mana Yang Diutamakan?
163 Berkunjung Ke Suatu Tempat
164 INFO NOVEL BARU
165 Sama-Sama Ibu Bagi Kayra
166 Apa Benar Aku Bukan Anak Ibu?
167 Merasa Tidak Diinginkan Oleh Orang Tuanya
168 Tidak Mengurangi Rasa Cintaku
169 Kamu Wanita Hebat
170 Bisa Berdamai
171 Papa Danny
172 Suami Idaman
173 Rumah Singgah
174 Wanita Yang Disukai Aldi
175 Demi Istri Tercinta
176 Devanka Affandra Mahadika ( Tamat )
177 Kontraksi Palsu
178 Devanka Affandra Mahadika ( TAMAT )
179 Bonchap 1 -- Terbiasa Dengan Suasana Kantor
180 Bonchap 2 -- Menegur Erlangga
181 INFO NOVEL BARU
182 Bonchap 3 -- Undangan
183 INFO NOVEL BARU
184 Bonchap 4 - Sepak Bola
185 Bonchap 5 - Gencatan Senjata
186 INFO NOVEL BARU
187 INFO NOVEL BARU
188 Kepoin novel baru, yuk!
Episodes

Updated 188 Episodes

1
Musibah
2
Pulang Ke Bandung
3
Segeralah Kembali Ke Jakarta
4
Pindah Ke Jakarta
5
Membawa Ibu Ke Jakarta
6
Bekerja Sebaik Mungkin
7
Menghemat Pengeluaran
8
Ikutlah Dengan Saya!
9
Kenapa Kamu Malah Duduk?
10
Rencana Helen
11
Rumah Gubuk
12
Menjodohkan Kayra
13
Kemarahan Erlangga
14
Tanpa Harus Membayar
15
Tugas Dari Erlangga
16
Telepon Dari Siapa?
17
Rasanya Aneh
18
Sikap Erlangga Yang Berlebihan
19
Harus Berbohong
20
Kamu Mau Menemani Saya?
21
Jangan Terlalu Dekat Dengan Erlangga
22
Karena Salah Minum
23
Tidak Akan Ada Affair
24
Semalam Dari Mana?
25
Aku Tahu Kau Sedang Berbohong
26
Berhentilah Ikut Campur Masalah Pribadi Saya!
27
Temani Saya, Jangan Ke Mana-Mana
28
Apa Yang Kalian Lakukan?
29
Pindah Tugas
30
Mulutmu Selalu Menampik
31
Halusinasi Erlangga
32
Larangan Menjalin Hubungan
33
Memperistri Kayra
34
Rencana Kabur
35
Rencana Kabur
36
Tidak Ada Larangan Untuk Menikahimu
37
Pelarian
38
Istri Erlangga
39
Kapan Kamu Akan Siap?
40
Dasar Pria Aneh
41
Kenapa Kamu Melepas Cincinmu?
42
Rasa Penasaran Wira
43
Nyonya
44
Belum Pernah Melakukannya Denganmu
45
Saya Akan Melayani Bapak
46
Diamlah! Dan Nikmati Saja!
47
Jadilah Istri Yang Baik
48
Apa Yang Saya Makan, Itu Juga Yang Harus Kamu Makan
49
Wanita Lain
50
Ingin Bersamamu
51
Lupakan Ambisimu!
52
Apa Yang Kau Lakukan Dengan Wira?
53
Merasakan Kenikmatan
54
Ingkar Janji
55
Harus Berani Melawan
56
Kedai Soto
57
Berada Di Sarang Cinta
58
Orang Yang Mencurigakan
59
Pemecatan Rivaldi
60
Mencari Tahu Siapa Jimmy
61
Pasrah Menerima Nasib
62
Menolak Agnes
63
Rasa Kagum Erlangga
64
Undangan Ke Bandung
65
Uang Bulanan
66
Penyusup
67
Kedatangan Caroline
68
Sebaiknya Batalkan Rencana Perceraian Bapak
69
Mandi Bersama
70
Nyonya Erlangga Mahadika Gautama
71
Apa Kurangnya Menjadi Istri Erlangga?
72
Istri Simpanan CEO
73
Menginap Di Villa
74
Sidang Perceraian
75
Ada Apa Di Antara Kamu Dan Erlangga?
76
Restu
77
Ke Salon
78
Sekretaris Kedua
79
Bukan Nyonya Erlangga Lagi
80
Berkunjung Ke Kantor Krisna
81
Takut Kehilangan
82
Isi Dalam Box
83
Pelampiasan Emosi
84
Membuka Lembaran Baru
85
Kisah Kita Sudah Usai
86
Mabuk Perjalanan
87
Sayang
88
Keputusan Resign
89
Mas Erlangga
90
Periksa Kandungan
91
Sesuatu Yang Paling Berharga
92
Sedang Menginginkan
93
Pengaruh Hormon
94
Hanya Halusinasi
95
Jangan Mengusik Kami
96
Status Kayra
97
Di Mana Kayra?
98
Kayra, Sedang Apa Kamu Di Sini?
99
Kalang Kabut
100
Pembalasan Henry
101
Krisis Percaya Diri
102
Apa Kamu Takut Aku Akan Berpaling?
103
Jadi Bos
104
Merasa Sangat Dibutuhkan
105
Wanita Licik
106
Jaya Raya Garment
107
Menggantikan Posisi Kayra
108
Rencana Menculik
109
Kita Lihat Saja Nanti
110
Bakso Beranak
111
Jangan Makan Pedas!
112
Mulai Beraksi
113
Seperti Seorang Ratu
114
Undangan Makan Malam
115
Bukan Menantu Yang Diinginkan
116
Bagaikan Langit Dan Bumi
117
Apa Enaknya Menjadi Istri CEO?
118
Mempersulit Keadaan
119
Membatasi Gerakan Rivaldi
120
Adik Perempuan
121
Mencari Detektif
122
Aktivitas Agnes
123
Semakin Aman
124
Firman Dan Rena
125
Penyamaran Rizal
126
Cerita Masa Lalu
127
Tawaran Menghadiri Pesta Pernikahan
128
Cinderella Dan Pangeran
129
Arina
130
Ketakutan Arina
131
Pengaruh Kehamilan
132
Siapa Mama Rivaldi?
133
Sus Rina
134
Ancaman Agnes
135
Siap Mempertaruhkan Nyawa
136
Otak Cemerlang Rizal
137
Sosok Istri Dan Menantu Idaman
138
Ancaman Erlangga
139
Mengorek Kehidupan Pribadi Rivaldi
140
Sudah Bertobat
141
Sesuatu Yang Janggal
142
Mengurus Anak Sendiri
143
Bertemu Arina
144
Kisah Arina
145
Kania Pratiwi
146
Ketakutan Erlangga
147
Mirip Siapa?
148
Penyesalan Helen
149
Menemani Helen Berbelanja
150
Merasa Terancam
151
Hasil DNA
152
Kejujuran Ibu Sari
153
Berbicara Empat Mata Dengan Nugraha
154
Bertemu Dengan Siapa Tadi?
155
Kayra Yang Cemburu
156
Sosok Sebaik Erlangga
157
Pertemuan Kedua Ibu Mertua
158
Saat Melamar
159
Tamu Istimewa
160
Perasaan Yang Aneh
161
Pelindung Kayra
162
Mana Yang Diutamakan?
163
Berkunjung Ke Suatu Tempat
164
INFO NOVEL BARU
165
Sama-Sama Ibu Bagi Kayra
166
Apa Benar Aku Bukan Anak Ibu?
167
Merasa Tidak Diinginkan Oleh Orang Tuanya
168
Tidak Mengurangi Rasa Cintaku
169
Kamu Wanita Hebat
170
Bisa Berdamai
171
Papa Danny
172
Suami Idaman
173
Rumah Singgah
174
Wanita Yang Disukai Aldi
175
Demi Istri Tercinta
176
Devanka Affandra Mahadika ( Tamat )
177
Kontraksi Palsu
178
Devanka Affandra Mahadika ( TAMAT )
179
Bonchap 1 -- Terbiasa Dengan Suasana Kantor
180
Bonchap 2 -- Menegur Erlangga
181
INFO NOVEL BARU
182
Bonchap 3 -- Undangan
183
INFO NOVEL BARU
184
Bonchap 4 - Sepak Bola
185
Bonchap 5 - Gencatan Senjata
186
INFO NOVEL BARU
187
INFO NOVEL BARU
188
Kepoin novel baru, yuk!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!