Di sebuah hotel di kawasan Knightsbridge kota London. Caroline yang baru saja menyelesaikan pemotretan memasuki kamar hotel bersama sang manager, Arda Wisnu Wardhana.
" Besok sesi pemotretan terakhir 'kan, Wis?" tanya Caroline membuka kamar hotel tempat dia menginap selama empat hari berada di London.
" Iya, besok hari terakhir pemotretan di London, tapi lusa kita akan Brussel," sahut Wisnu.
" Brussel? Belgia? Untuk apa?" tanya Caroline memutar tubuhnya dengan kening berkerut.
" Akan ada top model Hanna Leticia dan Daniella Morientes di sana. Bukankah kau begitu menginginkan bertemu dengan mereka? Di sini kamu sudah bertemu dengan Olivia Fernandes dan Mariana Wilson, tidak akan lengkap kalau kau tidak bertemu Hanna dan Daniella, Caroline." Wisnu yang bekerja sebagai manager, dia yang mengatur jadwal kegiatan yang akan dikerjakan oleh Caroline. Dan Wisnu menjelaskan alasan kenapa Caroline harus pergi ke Ibukota Belgia itu.
" Berapa lama kita di sana?" tanya Caroline. " Tolong bukakan resletingnya." Caroline membelakangi Wisnu meminta bantuan Wisnu untuk membukakan resleting gaun yang dia kenakan untuk pemotretan terakhir tadi.
" Dua atau tiga hari." Wisnu menjawab dengan menarik pengait resleting ke bawah hingga memperlihatkan punggung putih mulus Caroline.
" Oke, thanks." Caroline kemudian mengambil pakaian gantinya lalu berjalan ke arah bathroom untuk mengganti pakaiannya.
Tak berapa lama kemudian dia sudah keluar dari bathroom menenteng pakaian yang tadi dia kenakan untuk pemotretan dan menyerahkannya kepada Wisnu.
" Kau setuju 'kan kita akan ke Brussel?" tanya Wisnu memastikan karena wanita itu belum memberikan jawabannya.
Caroline menghela nafas, jika dia pergi ke Brussel, artinya dia akan semakin lama meninggalkan Erlangga, sang suami. Sedangkan suaminya saja kurang setuju dengan kepergian dirinya ke London.
" Erlangga akan semakin marah kalau aku menunda kepulanganku, Wisnu." ucap Caroline merasa galau. Sebenarnya dia ingin sekali bertemu dengan kedua top model dunia idolanya itu, tapi dia juga tidak enak terlalu lama meninggalkan Erlangga.
" Ini kesempatan besarmu bertemu langsung dan melakukan pemotretan dengan Hanna dan Daniella, Caroline." Wisnu berusaha meyakinkan Caroline agar mengikuti rencananya tersebut. " Masalah Erlangga, kau cari caralah untuk merayu dia. Ajak dia bercinta di ranjang sepuasnya, pasti emosinya akan mereda," sambungnya kemudian.
Caroline melirik ke arah Wisnu saat managernya itu mengusulkan cara ampuh untuk meluluhkan kemarahan suaminya jika dia akan telat pulang tidak sesuai jadwal.
" Okelah, kita berangkat ke Brussel." Akhirnya dia menyetujui rencana Wisnu yang sudah menjadwalkan Caroline untuk bertemu dan melakukan pemotretan dengan dua model dunia papan atas itu.
" Good girl ...!" Wisnu menangkup wajah Caroline dan memberikan kecupan singkat di pipi wanita cantik itu. " Sekarang kau istirahatlah, karena besok pagi jadwal pemotretan sekitar jam sembilan. Jangan sampai bangun telat, oke!?" Wisnu lalu berjalan ke luar kamar meninggalkan Caroline sendiri di dalam kamar hotelnya.
Sepeninggal Wisnu, Caroline mengambil ponselnya untuk menghubungi Erlangga. Saat ini waktu sudah menunjukkan jam sebelas malam waktu London. Diperkirakan saat ini di Jakarta sekitar pukul lima pagi. Dia menduga jika saat ini suaminya belum bangun dari tidurnya. Akhirnya dia menaruh ponselnya kembali di atas nakas dan akan menghubungi suaminya pagi nanti.
***
" Selamat pagi, Pak Heru." Kayra menyapa security yang berjaga di pintu masuk lobby perusahaan Erlangga.
" Selamat pagi, Mbak Kayra. Rajin sekali pagi-pagi sudah datang Mbak Kayra ini," ujar Pak Heru melihat Kayra yang sudah sampai di kantor padahal waktu masih menunjukkan pukul tujuh pagi.
" Iya, Pak. Biar tidak terkena macet" jawab Kayra. " Saya masuk dulu ya, Pak!?" Kayra berpamitan meninggalkan Pak Heru.
" Silahkan, Mbak." Pak Heru mempersilahkan Kayra yang ingin menuju ruangannya di lantai sembilan.
Sesampainya di ruangannya, Kayra segera membuka ruangan Erlangga dan menyuruh petugas kebersihan untuk membersihkan ruangan kerja bosnya itu terlebih dahulu. Setelah ruangannya dan ruangan Erlangga dibersihkan dia menyalakan pendingin ruangan agar ruangan menjadi sejuk.
Kayra membuka laptopnya lalu memulai pekerjaannya. Dia tidak ingin pulang lebih telat sehingga dia berusaha memulai pekerjaan yang masih tertunda pagi hari ini.
***
" Selamat pagi, Pak Wira." Kayra menyapa Wira, executive assistant dari Erlangga yang terlihat ke luar dari lift saat pintu lift terbuka.
" Pagi, apa Pak Erlangga sudah datang, Kayra?" tanya Wira kepada Kayra seraya menoleh ke arah ruangan Erlangga.
" Pak Erlangga belum datang, Pak. Mungkin sebentar lagi." Kayra menoleh jam dinding karena saat ini sudah hampir jam setengah sepuluh. Biasanya bosnya itu akan datang di jam-jam ini.
" Oh, tolong kabari saya jika Pak Erlangga datang, ya!?" perintah Wira.
" Baik, Pak Wira." Kayra menganggukkan kepalanya.
" Oh ya, Kayra. Saya ingin menanyakan hal yang pribadi sama kamu. Kamu tidak keberatan, kan?"
Kayra mengerutkan keningnya saat Wira mengatakan akan menanyakan hal yang bersifat pribadi kepadanya.
" Tentang apa, Pa?" tanyanya kemudian.
" Apa kamu sudah punya kekasih atau tunangan?" Wira menanyakan apa yang ingin dia ketahui tentang Kayra.
Kayra tersipu malu, sebenarnya dia merasa kurang nyaman jika ditanya soal hal tersebut. Namun karena yang menanyakan adalah salah satu atasannya, dia pun mau tidak mau harus menjawab pertanyaan tersebut.
" Hmmm, saya tidak mempunyai pacar atau tunangan, Pak." jawab Kayra jujur.
" Oh, begitu ... kalau saya ingin menjodohkan kamu dengan adik saya, kamu mau tidak? Seumuran Pak Erlangga. Dia seorang dokter, tapi belum mau memikirkan untuk berumah tangga. Jadi pihak keluarga ingin menjodohkan dia dengan seorang wanita yang cocok untuk adik bungsu saya itu. Saya melihat kamu adalah sosok wanita yang baik, santun dan yang sangat taat beribadah. Saya rasa kamu cocok jika menjadi istri adik saya itu." Wira menyebutkan rencananya kepada Kayra yang berniat menjodohkan Kayra dengan adiknya.
Kayra membulatkan bola matanya mendengar niat dari Wira yang ingin menjodohkan dirinya dengan adik dari executive assistant bosnya itu.
" Maaf, Pak Wira. Saya ini hanya perempuan biasa saja. Saya merasa tidak pantas disandingkan dengan adik Bapak yang seorang dokter." Kayra merasa jika dia adalah wanita yang terlahir dari kalangan orang biasa dan tidak pantas menjadi istri orang yang mempunyai profesi sangat terpandang seperti dokter.
" Orang tua saya mengajarkan kami untuk lebih bijaksana dalam memperlakukan orang lain. Kami tidak pernah memandang orang lain dari status ekonomi mereka tapi dari sikap, akhlak dan pribadi orang itu. Saya mengenal kamu selama kamu kerja di sini adalah pribadi yang baik seperti yang saya katakan tadi. Saya rasa kamu termasuk ke dalam kriteria calon istri yang tepat untuk adik saya," ujar Wira meyakinkan.
Ting
Pintu lift terbuka dan terlihat Erlangga keluar dari lift. Erlangga menatap Wira yang sedang berbincang dengan Kayra. Dia melihat ada sesuatu hal serius yang sedang dibicarakan oleh Asisten dan sekretarisnya itu.
" Selamat pagi, Pak."
Wira dan Kayra segera memberi salam kepada bos mereka saat menyadari kehadiran Erlangga.
" Apa yang sedang kalian perbincangkan?" tanya Erlangga.
" Bukan hal penting, Pak. Kami hanya berbincang ringan saja tadi sembari menunggu Pak Erlangga datang," sahut Wira.
" Pak Wira, jangan membiasakan diri mengobrol dengan sekretaris saya. Dia punya banyak pekerjaan yang harus dikerjakan daripada sekedar mengobrol!" ketus Erlangga yang tidak menyukai Wira sang asisten terlalu akrab dengan Kayra.
" Oh, maaf, Pak." Wira segera meminta maaf kepada Erlangga.
" Maaf, Pak." Kayra juga melakukan hal yang sama seperti Wira dengan segera meminta maaf kepada Erlangga.
Setelah mendengar permintaan maaf Wira dan Kayra, Erlangga pun segera melangkahkan kaki menuju ruangan kerjanya.
" Kita lanjut nanti saat jam istirahat, Kayra." Wira sempat berbicara dengan suara yang pelan sebelum mengikuti langkah Erlangga masuk ke dalam ruang kerja bosnya itu.
Kayra tidak merespon apa-apa terhadap perkataan Wira tadi. Dia sendiri merasa bingung harus berkata apa tentang rencana Wira yang tiba-tiba saja ingin menjodohkan dirinya.
" Apa yang tadi Anda bicarakan dengan Kayra, Pak Wira?" Erlangga yang sempat mendengar ucapan Wira terhadap Kayra sebelum memasuki ruangannya langsung bertanya.
" Oh, itu ... itu masalah pribadi, Pak Erlangga." jawab Wira.
" Pribadi? Masalah pribadi apa?" Erlangga justru semakin curiga saat Wira menyebutkan jika hal yang dibicarakan dengan Kayra adalah hal pribadi. " Jangan bilang kalau Pak Wira menyukai sekretaris saya itu!" Erlangga langsung menduga-duga.
" Oh, tentu tidak, Pak Erlangga. Saya ini sudah berkeluarga, mana mungkin saya menyukai Kayra layaknya seorang pria dewasa terhadap wanita dewasa. Tapi ... saya memang mengangumi sosok Kayra, karena itu saya berniat menjodohkan Kayra dengan adik laki-laki saya, Pak Erlangga." Wira menjelaskan apa yang dia bicarakan tadi dengan Kayra.
Erlangga menyipitkan matanya mengetahui rencana Wira terhadap sekretarisnya.
" Pak Wira berniat membajak sekretaris saya?" tuding Erlangga. Jika Kayra dijodohkan dengan adik dari Wira, kemungkinan Kayra akan berhenti bekerja di kantornya. Dan itu adalah hal yang paling tidak diinginkan oleh Erlangga. Jangankan sampai resign dari kantor, Kayra cuti beberapa hari saja dia sudah sangat kewalahan.
" Maaf, Pak Erlangga. Saya tidak bermaksud seperti itu. Saya hanya ... saya melihat Kayra itu seorang wanita yang baik dan santun. Saya merasa dia sangat cocok untuk Dewa, adik saya, Pak." Wira meluruskan maksudnya. Dia tidak ingin Erlangga salah paham bahkan menganggap dirinya sampai ingin membajak sekretaris bosnya itu.
" Saya tidak setuju dengan rencana Anda, Pak Wira!" tegas Erlangga. " Saya tidak ingin Kayra resign dari sini jika dia menikah dengan adik Pak Wira." Erlangga menjelaskan alasannya kenapa dia menentang rencana Wira.
" Pak Wira carilah karyawati lain di perusahaan ini untuk adik Pak Wira, tapi jangan sekretaris saya!" tegas Erlangga tak ingin ada tentangan.
" Baik, Pak. Maaf." Wira yang sangat mengenal bagaimana karakter Erlangga segera meminta maaf dan tidak ingin memperpanjang masalah ini. Walaupun sebenarnya Erlangga sendiri tidak mempunyai hak mengatur Kayra berjodoh dengan siapa. Erlangga hanya bos yang mempunyai kuasa penuh sebatas urusan pekerjaan Kayra tapi tidak mempunyai hak untuk mengatur hidup Kayra apalagi masalah privacy nya.
***
" Kayra, masuklah!"
Suara Erlangga terdengar di intercom wireless di meja Kayra tak lama setelah Wira keluar dari ruang Erlangga, membuat Kayra pun bergegas masuk ke dalam ruangan kerja bosnya.
" Permisi, ada apa, Pak?" tanya Karya setelah mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangan kerja Erlangga.
Erlangga memperhatikan Kayra beberapa saat membuat Kayra merasa jengah diperhatikan seperti itu oleh bosnya.
" Maaf, Pak. Apa ada masalah?" Kayra kembali melontarkan pertanyaan.
" Apa kamu berminat menerima lamaran Pak Wira untuk adiknya?" tanya Erlangga bernada dingin.
Kayra membelalakkan matanya, dia tidak menduga jika Wira akan membicarakan hal ini dengan Erlangga.
" Maaf, Pak. Adik dari Pak Wira itu seorang dokter, dan saya hanya orang biasa. Rasanya saya kurang pantas untuk mendampingi beliau, Pak." Apa yang dikatakan Kayra kepada Erlangga sama persis dengan yang dia sampaikan kepada Wira.
" Bagus! Saya sependapat dengan kamu. Sebaiknya kamu fokus dulu dengan pekerjaanmu dan jangan memikirkan apa yang ditawarkan oleh Pak Wira kepada kamu." Sudah pasti jawaban penolakan seperti itulah yang ingin Erlangga dengar dari Kayra.
Kayra mengerutkan keningnya saat mendapati Erlangga terlihat bersemangat dan sangat senang dengan keputusan yang dia ambil tadi.
" Saya akan menaikan gaji kamu mulai bulan depan."
Bola mata indah Kayra membulat mendengar Erlangga akan menaikan penghasilannya.
" Maaf, Pak. Saya merasa ... Bapak tidak perlu menaikan gaji saya sekarang ini. Bapak sudah mengeluarkan uang untuk mengobati Ibu saya." Bukannya Kayra tidak merasa bersyukur atas apa yang didapatnya namun kebaikan Erlangga membuatnya merasa semakin berhutang budi kepada pria itu .
" Apa kamu berpikir saya tidak mampu menambah gaji kamu?" Mendapat penolakan dari Kayra tentu Erlangga merasa tersinggung.
" Oh, maaf, Pak. Saya tidak bermaksud seperti itu." Kata maaf selalu keluar dari mulut Kayra setiap berbicara dengan Erlangga karena dia takut salah bicara dengan bosnya.
" Saya hanya merasa tidak enak Pak Erlangga terlalu baik terhadap saya." Kayra menundukkan kepalanya tak berani menatap Erlangga yang sepertinya marah dengan ucapannya tadi.
" Saya berbuat baik terhadap kamu karena saya membutuhkan tenaga kamu, tidak lebih! Jadi kamu jangan berpikiran buruk terhadap kebaikan saya!"
Kayra menaikkan pandangannya saat mendengar ucapan Erlangga.
" Tidak, Pak! Saya sama sekali tidak berpikiran buruk dengan sikap Bapak. Saya hanya tidak enak jika ada karyawan lain yang tahu atas pertolongan Bapak terhadap saya dan itu akan menimbulkan kecemburuan antar karyawan, Pak." Kayra menyampaikan kekhawatirannya
" Kamu tidak perlu memikirkan apa kata orang! Jalankan saya pekerjaanmu dengan baik! Saya akan memberikan reward untuk pekerja yang bekerja dengan baik di perusahaan saya. Dan kamu adalah salah satunya." Erlangga beralasan kenapa dia begitu baik ingin membantu Kayra.
" Terima kasih atas pujian Bapak. Semoga tidak membuat saya besar kepala," sahut Kayra mengucapkan terima kasih karena Erlangga telah memujinya.
" Dan ingat satu hal! Jangan pernah setujui rencana Pak Wira yang ingin menjodohkan adiknya dengan kamu!" Kalimat Erlangga bernada ancaman.
" Baik, Pak." jawab Kayra.
" Kamu boleh kembali ke tempatmu!" Setelah menyampaikan maksudnya memanggil Kayra, Erlangga lalu menyuruh Kayra agar melanjutkan aktivitasnya.
" Baik, Pak. Permisi ..." Kayra pun lalu berpamitan dan berjalan keluar dari ruangan Erlangga.
Erlangga menarik satu sudut bibirnya ke atas. Secepatnya dia akan memperbaharui kontrak kerja Kayra di perusahaannya. Tentu saja dia harus antisipasi jangan sampai Kayra resign dari kantornya jika wanita itu memutuskan untuk menikah.
*
*
*
Bersambung ...
Happy Reading❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Puji Rahayu
licik...bwt dewekkk....😄😄😄
2024-04-18
0
Widi Andriani
masak nggak boleh nikah pak Er pak Er suruh kerja terus 🫨
2023-12-08
0
Alifah Azzahra💙💙
wah pak CEO udah mulai posesif
2023-11-28
0