Di rumah kontrakannya, Ibu Sari ditempatkan di kamar yang biasa ditempati Ibu dari Kayra itu setiap berkunjung menemui Kayra di Jakarta. Sementara Diah yang bertugas seharian tidak menginap di rumah kontrakan Kayra. Diah akan datang jam enam pagi dan akan pulang setelah Kayra pulang dari kantornya.
" Saya permisi dulu ya, Mbak, Ibu. Besok sebelum jam enam saya akan sampai di sini." Diah berpamitan setelah seharian ini membantu Kayra merapihkan barang-barang yang dibawa dari Bandung.
" Baik, Mbak Diah. Terima kasih, ya." Kayra tak lupa mengucapkan rasa terima kasihnya walaupun Diah dibayar untuk mengurus Ibu Sari.
" Sama-sama, Mbak. Assalamualaikum ..." Diah mengucapkan salam sebelum meninggalkan rumah kontrakan Kayra.
" Waalaikumsalam, hati-hati ya, Mbak." Kayra mengantar Diah sampai ke teras rumah.
" Ibu sebaiknya istirahat saja dulu." Kayra menyuruh Ibunya itu untuk beristirahat, dia tidak ingin Ibunya itu merasa kelelahan walaupun jarak tempuh Bandung-Jakarta tidak terlalu memakan waktu lama namun karena Ibunya baru pulang dari rumah sakit, dia mengkhawatirkan kesehatan Ibunya.
" Kamu yang harus istrirahat, Nak. Besok kamu sudah harus ke kantor, kan? Selama di rumah sakit waktu tidur kamu pasti berkurang." Ibu Sari tahu anaknya itu tidak bisa tidur tenang selama menemaninya di rumah sakit.
" Kayra tidak apa-apa kok, Bu. Ibu tenang saja. Ayo Kayra antar Ibu ke kamar." Kayra menemani Ibunya berjalan hingga kamar tidur Ibunya itu.
" Kalau Ibu perlu sesuatu, Ibu telepon Kayra saja ya, Bu!?" Kayra mendekatkan ponsel milik Ibunya di atas nakas dekat tempat tidur Ibunya agar Ibunya itu mudah menghubunginya saat membutuhkan bantuan.
" Iya, nanti Ibu telepon kamu. Sebaiknya kamu juga istirahat sekarang, Kayra." Ibu Sari meminta putrinya itu untuk segera beristirahat karena waktu sudah hampir jam sembilan malam.
" Iya, Bu." Setelah membantu Ibu Sari berbaring di atas tempat tidur Kayra meninggalkan kamar Ibunya dan kembali masuk ke dalam kamarnya.
Sementara itu di tempat berbeda, Erlangga baru saja memasuki kamarnya yang terlihat kosong seperti biasanya. Tak ada Caroline yang menyambutnya saat dia sampai di rumah.
Erlangga menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur. Sejujurnya dia sangat merasa jenuh dengan kehidupan rumah tangga nya yang akhir-akhir ini terasa hambar. Mungkin hanya rasa cintanya kepada Caroline saja yang membuatnya masih bertahan dengan sikap Caroline.
Ddrrtt ddrrtt
Erlangga mengambil ponselnya saat benda pipih itu berbunyi di saku blazernya bagian dalam. Dia mendapatkan nama Mamanya yang muncul di layar ponselnya itu.
" Ada apa, Ma?" Erlangga langsung menjawab panggilan Helen, Mama dari Erlangga.
" Apa kamu sudah pulang, Erlangga?" tanya Helen.
" Iya, ada apa, Ma?" Erlangga mengulang pertanyaannya.
" Lang, besok malam Mama minta kamu ikut makan malam di rumah Mama, ada tamu spesial yang datang dan kamu harus bertemu dengan dia." Helen meminta putranya itu untuk datang ke acara malam besok malam di rumahnya karena kehadiran seseorang yang menurut Helen sangat spesial untuk Erlangga.
" Siapa?" Kerut di kening Erlangga terlihat saat mempertanyakan tentang sosok spesial yang dimaksud oleh Helen.
" Kamu harus datang kalau kamu penasaran, Lang." Helen tertawa kecil karena merasa Erlangga sangat penasaran tentang tamu spesialnya itu.
" Tapi istriku sedang tidak ada, Ma. Caroline sedang di London. Dia sedang ada acara pemotretan di sana." Erlangga beralasan karena jika mengundangnya makan malam sepatutnya ada sang istri yang ikut menemaninya.
" Apa istrimu itu masih saja berambisi dengan karirnya itu? Mama sudah katakan padamu dulu agar jangan menikahi dia, Erlangga! Sekarang kamu lihat sendiri, kan? Dia lebih mementingkan mengejar karirnya. Apa dia pikir menjadi seorang istri Erlangga itu tidak penting dan tidak membanggakan?" Helen yang memang bertentangan dengan keinginan putranya saat hendak menikah dengan Caroline seakan menemukan cara untuk menyudutkan menantu yang tidak diharapkannya itu.
" Ma, sudahlah ... kepalaku sedang pusing, jangan ditambah dengan kata-kata Mama yang menyudutkan Caroline!" Walaupun kerasa kecewa dengan sikap Caroline, tapi Erlangga tetap merasa tidak suka mendengar Mamanya mengecam sang istri.
" Itulah kelemahanmu, Erlangga! Kamu terlalu lemah dalam menghadapi istrimu! Kamu itu laki-laki dan seorang suami, seharusnya kamu bisa lebih tegas dalam bersikap! Kamu itu seorang CEO, pengusaha terkenal. Keluarga kita ini bukan keluarga sembarangan, keluarga kita ini keluarga terhormat. Apa kamu tidak memikirkan apa yang dilakukan oleh istrimu akan mempengaruhi nama baikmu? Nama baik keluarga kita?" Helen masih belum puas berusaha mempengaruhi sikap Erlangga untuk bertindak tegas terhadap istrinya.
" Ma, sudahlah! Kalau Mama masih saja menjelekkan Caroline, aku akan tutup telepon dari Mama ini!" Erlangga terpancing emosi karena Helen bertubi-tubi mengatakan hal yang buruk tentang Caroline.
De sahan nafas Helen terdengar di ponsel Erlangga mendapat jawaban menohok dari putranya itu.
" Ya sudah, tapi Mama minta kamu harus datang besok malam walaupun tanpa kehadiran istrimu!" Helen memaksa Erlangga untuk tetap datang ke acara makan malam di rumahnya.
" Memangnya siapa tamu yang Mama bilang spesial itu?" tanya Erlangga menuntut jawaban yang jelas dari Mamanya.
" Agnes, Agnes tamu spesial kita itu. Dia sudah kembali ke Jakarta. Kamu harus bertemu dengan dia, Erlangga." Helen terdengar antusias menyebutkan nama Agnes, wanita muda yang sudah lama dia harapkan menjadi istri Erlangga.
" Untuk apa aku bertemu dia, Ma?" Erlangga merasa tidak ada orang yang dia butuhkan selain kehadiran Caroline di sampingnya hingga siapapun orang yang dimaksud oleh Mamanya tidaklah penting untuknya hingga dia harus datang menemui orang itu.
" Tentu saja kamu harus bertemu dengan Agnes, Erlangga! Dia datang kemari untuk berjumpa denganmu jadi kamu jangan sampai mengecewakan dia." Helen berharap Erlangga tidak mengecewakannya juga Agnes.
" Kita lihat besok saja, Ma. Sekarang ini aku ingin mandi, aku tutup dulu teleponnya, Ma." Erlangga berniat mengakhiri sambungan teleponnya karena dia sudah malas berbicara tentang Agnes dengan Mamanya itu.
" Oke, sampai jumpa besok malam." Helen pun mengakhiri hubungan teleponnya dengan Erlangga.
Erlangga kemudian meletakan ponselnya di atas tempat tidur tepat di sisinya yang sedang berbaring. Matanya terpejam seraya menarik nafas panjang. Dia tidak langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri seperti alasan yang dia mengakhiri percakapan telepon dengan Mamanya.
Erlangga lalu menoleh ke arah ponsel di sampingnya, dan diapun mengambil kembali ponsel itu untuk menghubungi seseorang.
" Selamat malam, Pak." Suara seorang wanita terdengar dari benda pipih yang didekatkan Erlangga di telinganya.
" Apa kau sudah sampai di Jakarta, Kayra?" tanya Erlangga yang ternyata menghubungi sekretarisnya itu.
" Sudah, Pak. Siang tadi saya sampai di Jakarta," jawab Kayra.
" Baiklah, jadi besok kamu bisa kembali ke kantor seperti biasa, kan?" tanya Erlangga kembali.
" Bisa, Pak. Besok saya akan kembali bekerja di kantor," sahut Kayra kembali.
" Oke." Singkat jawaban yang diberikan oleh Erlangga.
" Pak ..." Kayra terdengar ragu melanjutkan kalimatnya.
" Ada apa?" tanya Erlangga karena merasakan Kayra ragu mengkapkan kalimatnya.
" Terima kasih atas perhatian dan bantuan Bapak atas masalah yang menimpa orang tua saya." Kayra mengatakan apa yang ingin dia ungkapkan tadi.
" It's OK. Saya hanya ingin kamu bisa menjalankan pekerjaanmu dengan baik tanpa terganggu dengan masalah yang terjadi dengan orang tuamu." tegas Erlangga dengan kalimat yang lugas.
" Baik, Pak. Saya akan bekerja sebaik mungkin." tekad Kayra. Karena hanya itulah yang bisa Kayra lakukan atas kebaikan hati atasannya itu.
*
*
*
Bersambung ...
Happy Reading❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
🌺𝕭𝖊𝖗𝖊-𝖆𝖟𝖛𝖆🌺
setara CEO pendidikan tinggi kaya mapan dan msh bnyk lg... ternyata gk bs menjamin dia jg akn pandai dlm hati.... intinya...cinta bs bikin orang bego ...
2023-12-02
2
Julik Rini
Tanda tanda 😍😍
2023-01-01
0
Pipit Sopiah
hati hati kyra takutnya ada udang di balik bakwan nih
2022-12-04
0