Erlangga memperhatikan Kayra yang terlihat gugup saat ketahuan sedang berbicara di telepon entah dengan siapa, hingga membuat dia penasaran dan bertanya.
" Telepon dari siapa? Dan kenapa kamu terburu-buru mematikan telepon itu saat melihat saya?" tanya Erlangga menyelidik.
" Hmmm, itu tadi salah nomer extension, Pak." Kayra berbohong dengan mengatakan jika yang sang penelepon tadi salah memutar nomer nomer extension departemen yang dituju.
Erlangga bisa melihat kebohongan di mata Kayra. Selama ini dia mengenal jika Kayra adalah seorang yang jujur dan tidak pernah berkata bohong hingga dia bisa mengetahui jika saat ini wanita itu sedang berkata bohong kepadanya.
" Mana pesananku?" Erlangga akhirnya mengabaikan soal penelpon tadi dan menanyakan soal makanan yang dimintanya.
" Oh, ada, Pak. Sebentar ..." Kayra mengambil tas wadah acar ikan yang dia masak.
" Bapak ingin makan sekarang?" tanya Kayra kemudian hendak melangkah ke arah dapur.
" Mau ke mana?" tanya Erlangga melihat Kayra yang akan meninggalkannya.
" Saya mau ambilkan piring dan sendoknya, Pak." Kayra menyebutkan alasannya ingin meninggalkan Erlangga.
" Oh, Ya sudah, cepatlah! Saya sudah lapar!" perintah Erlangga kemudian masuk kembali ke dalam ruangannya. Sementara Kayra langsung bergegas ke arah dapur untuk mengambil peralatan makan dan minum untuk Erlangga di dapur khusus untuk para petinggi perusahaan.
" Bu Nina, tolong belikan nasi untuk Pak Erlangga di kantin. Minta tolong cepat ya, Bu. Bilang saja untuk Pak Erlangga." Sesampainya di dapur, Kayra menyuruh Bu Nina, pegawai yang memang bertugas di dapur kantor.
" Kenapa tidak ditelepon saja bagian kantinnya, Mbak? Biar lebih cepat." Bu Nina yang terbiasa melayani para petinggi di perusahaan itu lebih berpengalaman memesan makanan di kantin.
" Oh, ya sudah tolong pesankan, Bu. minta yang pakai beras organik ya, Bu!" Kayra mengingatkan agar Bu Niina jangan salah membeli.
" Baik, Mbak." sahut Bu Nina bergegas menghubungi nomer telepon kantin untuk membawa nasi putih dari beras organik ke dapur lantai sembilan.
Kurang dari sepuluh menit pesanan nasi untuk Erlangga sampai. Kayra pun segera mengambil nampan berisi peralatan makan, minum dan nasi untuk Erlangga.
" Maaf, Pak. Tadi beli nasi dulu di kantin ..." Sesampainya di ruangan kerja Erlangga, Kayra langsung menyajikan makanan di meja makan di bagian sudut kiri ruangan Erlangga kemudian menata makanan untuk Erlangga
" Silahkan, Pak." Kayra mempersilahkan Erlangga untuk makan.
" Tunggu sebentar, saya ingin memastikan dulu apa ini rasanya enak atau tidak." Erlangga melarang Kayra untuk keluar dari ruangannya.
" Baik, Pak." sahut Kayra. Dia memasak makanan itu dengan bumbu dan olahan yang sama. Apalagi ikan yang dia masak masih fresh karena langsung dia beli dari pasar tradisional tidak sampai diinap di dalam kulkas sehingga dia yakin masakan acar ikannya kali ini lebih nikmat.
" Kenapa rasanya seperti ini?" Erlangga langsung menaruh kembali sendoknya saat baru sekali menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
" Memang rasanya kenapa, Pak?" tanya Kayra mengeryitkan keningnya.
" Kamu cobalah sendiri. Kenapa rasanya tidak seperti kemarin?" Erlangga menjauhkan makanan dari hadapannya.
Tentu saja Kayra tidak berani mencoba makanan milik bosnya itu. Dia hanya terdiam dengan kening berkerut, karena dia sudah mencicipi makanan yang dia buat itu dan rasanya sudah dia jamin enak dan tidak kalah dengan yang dia makan kemarin.
" Kenapa diam? Kamu tidak percaya kalau masakan yang kamu buat ini tidak enak?" Suara Erlangga membuat Kayra yang sedang berpikir terkesiap.
" T-tapi saya masak ini sama saja resep dan bumbunya dengan yang saya masak kemarin, Pak." Kayra mencoba melakukan pembelaan.
" Ya sudah, kamu coba saja masakanmu itu! Kamu pikir saya berbohong?" Melihat Kayra bersikukuh mengatakan jika makanannya itu sama rasanya dengan kemarin, Erlangga kembali menantang Kayra untuk mencoba makanan itu.
" Baik, Pak." Kayra melangkah ingin mengambil sendok miliknya di wadah bekalnya yang dia simpan di mejanya.
" Saya suruh kamu mencoba, kenapa malah pergi?" Suara Erlangga menghentikan langkah Kayra.
" Saya ingin mengambil sendok di tempat saya, Pak." Kayra menjelaskan alasan dia hendak keluar ruangan Erlangga walau sebentar.
" Pakai saja sendok itu! Kenapa tidak pakai sendok itu saja? Kamu ji jik karena sendok itu bekas mulut saya?" Erlangga merasa tersinggung karena Kayra ingin mengganti sendok.
" B-bukan begitu maksud saya, Pak." tepis Kayra. Bukan karena dia merasa ji jik, namun dia rasa tidak pantas harus memakai sendok yang sama dengan pria lain apalagi pria itu adalah bosnya sendiri.
" Ya sudah, cepat kamu rasakan makanan itu jika kamu tidak percaya!" Perintah Erlangga kembali.
" Baik, Pak." Walau ragu namun Kayra akhirnya tetap mencoba acar ikan masakannya itu menggunakan sendok yang tadi dipakai oleh Erlangga.
Kayra menyuapkan satu sendok makanan ke dalam mulutnya dan merasakan tidak ada yang aneh dari makanan itu.
" Tidak enak, kan?" tanya Erlangga merasa penasaran apa lidah Kayra juga merasakan rasa yang sama dengan yang dia rasakan.
Kayra menggelengkan kepala pelan. " Saya rasa tidak ada yang aneh dengan rasanya, Pak."
" Coba kamu rasakan sekali lagi, pasti ada yang salah dengan lidahmu itu!" Erlangga seakan tidak percaya dengan ucapan Kayra hingga menyuruh seketetarisnya itu mencoba kembali makanan di atas meja itu.
Kayra menuruti kembali apa yang diperintahkan Erlangga. Dan apa yang masuk ke dalam mulutnya kali ini pun masih terasa sama seperti yang dia masak kemarin. Tetap terasa sedap dengan tumisan bumbu yang matang dan aroma yang menggugah selera.
Kayra menatap ke arah Erlangga yang sedang serius menunggu jawaban darinya.
" Kalau menurut lidah saya ini sudah cukup, Pak. Sama seperti yang kemarin saya buat," ucapkan Kayra kali ini kembali menangkis anggapan Erlangga yang mengatakan jika makanan yang dibuatnya kali ini tidak enak.
" Apa kamu menganggap lidah saya ini yang bermasalah?" tanya Erlangga tidak terima dengan ucapan Kayra yang seolah menyindirnya.
" Saya tidak berkata seperti itu, Pak. Saya hanya merasa tidak ada yang aneh dengan masakan saya ini." Kayra tetap menganggap masakannya itu rasanya enak. " Kalau Bapak tidak suka dengan rasanya, biar saya kasih ke Bu Nina saja makanan ini." Kayra mengambil piring berisi makanan milik Erlangga dan berniat memberikan kepada Bu Nina.
Erlangga yang kesal karena Kayra tetap bersikukuh menganggap rasa makanan itu tidak bermasalah menahan piring yang diambil Kayra. Dia lalu mengambil sendok dan mengambil nasi juga ikan kemudian memasukkan ke dalam mulutnya karena merasa penasaran kenapa Kayra tidak sependapat dengan lidahnya.
Erlangga mengunyah nasi di mulutnya lalu dia mengambil nasi dan ikan lagi untuk dimasukan ke mulutnya kembali.
" Kenapa rasanya berubah, ya? Tadi tidak seperti ini!" Erlangga meneruskan makannya dengan lahap.
Sikap Erlangga yang kini menyantap makanannya dengan lahap membuat Kayra membulatkan bola matanya. Tentu saja sikap Erlangga ini terlihat aneh baginya.
" Kenapa kamu masih berdiri di situ?" Erlangga mempertanyakan Kayra yang masih berdiri menatapnya heran. " Kembalilah ke tempatmu!" Bahkan kali ini Erlangga seperti mengusir Kayra dari ruangannya.
" B-baik, Pak. Permisi." Kayra bergegas ke luar dari ruangan Erlangga.
" Sepertinya dia yang aneh bukan masakanku yang aneh," gerutu Kayra dalam hati mengeluhkan sikap atasannya itu.
*
*
*
Bersambung ...
Ada yang tahu kenapa makanannya berubah jadi enak?😁
Happy Reading
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Mia Mi La
erlangga banyak mudusi
2024-02-19
0
Ma Em
Pak Erlangga ini cuma modus doang padahal dia mau berlama lama sama Kayra mungkin sudah suka sama Kayra.
2024-02-13
0
senjaaja
bilang aja kali bos kalau kamu mau makan bekas bibir nya kayra, wkwkwk
2023-12-10
0