" Selamat pagi, Sayang."
Erlangga terbangun saat mendengar suara bisikan lembut di telinganya ditambah dengan sebutan kecupan di pipinya. Erlangga menolehkan pandangannya dan mendapati Caroline sedang tersenyum ke arahnya.
" Pulang jam berapa kamu semalam, Caroline?" tanya Erlangga dingin, bahkan dia tak menanggapi sikap mesra yang dilakukan istrinya tadi kepada dirinya. Mungkin saja jika sang istri tidak lebih mementingkan karir dari ada dirinya, dia akan menyambut sentuhan istrinya itu dengan senang hati.
" Sebelum jam dua belas malam pastinya. Aku 'kan tidak ingin berubah menjadi Upik abu jika pulang lewat jam dua belas malam ..." Caroline seakan tak menanggapi serius rasa kesal suaminya itu.
Erlangga menyibak selimut yang tadi menggulung tubuhnya lalu bergegas turun dari tempat tidur. Dia ingin segera ke kamar mandi karena saat ini waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.
" Sayang, Minggu depan kemungkinan aku akan ke London. Aku ada jadwal pemotretan di sana bersama top model dunia. Ini kesempatan untukku supaya aku bisa mengembangkan karirku di luar negeri dan menjadi top model dunia." Caroline menceritakan rencananya kepada Erlangga.
Erlangga menghentikan langkahnya dan langsung memutar tubuhnya kembali memusatkan pandangan kepada sang istri.
" Kau akan pergi ke London?" tanya Erlangga seakan tidak percaya akan ambisi Caroline yang masih saja ingin mengejar karir sebagai model papan atas di level internasional.
" Tentu saja, Sayang. Aku tidak akan mungkin melewatkan kesempatan ini begitu saja." tegas Caroline bersemangat.
" Caroline, kapan kamu akan berhenti mengejar karirmu itu? Apa menjadi istri seorang CEO ternama masih kurang untukmu?" Erlangga berkacak pinggang. Tentu saja tidak setuju dengan niat istrinya itu.
" Sayang ..." Caroline melangkah mendekati Erlangga lalu melingkarkan tangannya di leher sang suami. " Kamu tahu jika impianku sejak dulu adalah menjadi seorang model dunia, kan? Dulu saat akan menikah kamu setuju tidak akan menentang karirku. Kenapa sekarang malah kamu mempermasalahkan karirku, Sayang?" tanya Caroline heran.
" Aku tahu, tapi sudah lima kamu menjadi istriku, Caroline. Apa kamu tidak bisa merubah keinginanmu? Menjadi seorang istri dan mempunyai anak? Lima tahun pernikahan kita, kamu selalu saja menolak jika kita membicarakan soal anak." ungkap Erlangga kesal.
" Sayang, aku tidak ingin badanku menjadi lebar, banyak lemak karena aku harus hamil dan melahirkan anak. Untuk sekarang ini aku belum siap untuk itu." Caroline yang sangat menjaga berat badannya tentu tidak ingin kehamilannya akan merubah bentuk tubuhnya yang ideal saat ini sebagai seorang model ternama. " Lagipula usiaku masih di bawah tiga puluh tahun. Nanti saja ketika umurku tiga puluh, baru kita bicarakan tentang mempunyai anak."
Erlangga mendengus kasar, dia lalu mengurai pelukan tangan Caroline yang melingkar di lehernya. " Apa menurutmu pernikahan kita ini mengganggu karirmu, Caroline?"
" Aku tidak berpikir seperti itu, Sayang. Tapi untuk saat ini, aku mohon kamu mengerti," ucap Caroline memohon.
" Apa selama ini aku kurang memahamimu!?" geram Erlangga kemudian memilih meninggalkan Caroline menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya karena dia akan segera berangkat ke kantor.
***
Erlangga mengambil ponselnya setelah dia keluar dari kamar mandi, karena sejak bangun tadi dia belum sempat mengecek pesan yang masuk di ponselnya itu. Ada beberapa pesan masuk di ponselnya termasuk pesan dari Kayra, sekretarisnya. Erlangga memilih membuka pesan dari Kayra terlebih dahulu.
" Selamat pagi, Pak. Maaf saya mengganggu waktu Bapak. Saya hanya ingin menyampaikan jika saya tidak bisa masuk kerja beberapa hari ini, karena orang tua saya mengalami musibah di Bandung. Terima kasih atas pengertian dari Bapak."
Erlangga segera menghubungi nomer telepon Kayra selesai membaca pesan dari sekretarisnya itu.
" Selamat pagi, Pak." Suara Karya terdengar di ponsel milik Erlangga saat panggilan telepon pria itu terhubung.
" Berapa lama kamu akan di Bandung, Kayra?" tanya Erlangga. Ketidakhadiran Kayra dipastikan akan membuatnya kerepotan di kantor, Karena sejauh ini hanya Kayra yang mampu menempati pekerjaan sebagai sekretarisnya.
" Saya belum bisa memastikan, Pak. Saya harus melihat kondisi Ibu saya terlebih dahulu. Karena Ibu saya mengalami luka bakar akibat kebakaran di rumah Ibu saya itu, Pak." Kayra sengaja menjelaskan masalah apa yang terjadi di rumah orang tuanya sehingga membuat dia harus absen dari pekerjaannya dan berharap atasannya itu mengerti.
" Kebakaran? Rumah orang tua kamu kebakaran?" Erlangga terkesiap mendengar penjelasan dari Kayra tentang masalah yang sedang dihadapi sekretarisnya itu.
" Benar, Pak. Karena itu saya terpaksa harus ijin tidak bisa berangkat bekerja," sahut Kayra.
" Ya sudah kalau begitu, kamu selesaikan saja urusan kamu di sana, dan semoga semuanya selesai dengan baik dan kondisi Ibu kamu cepat membaik." Erlangga tidak punya pilihan selain merelakan Kayra yang harus pulang ke kampung halamannya. Sebagai seorang atasan dia juga harus bijaksana dalam menanggapi masalah yang sedang dihadapi oleh pegawainya walaupun sebenarnya dia sendiri pun membutuhkan kehadiran Kayra untuk membantu menghandle pekerjaannya di kantor.
" Terima kasih banyak atas pengertiannya, Pak." Setelah Kayra menjawab perkataannya, Erlangga langsung menyudahi panggilan teleponnya dan segera memakai pakaian karena dia harus bersiap untuk pergi ke kantor.
***
Kayra berlari saat turun dari ojek online yang membawanya ke rumah sakit tempat Ibunya di rawat. Dia langsung mendekat ke meja resepsionis untuk menanyakan letak kamar Ibunya di rawat. Karena menurut kabar dari Wati, Ibunya kini sudah dipindahkan dari kamar IGD.
" Permisi, Mbak. Kalau kamar Galaxy di sebelah mana ya, Mbak?" tanya Kayra kepada petugas yang berjaga di meja resepsionis.
" Kamar Galaxy ada di lantai empat di sebelah kiri, Mbak." Petugas rumah sakit itu memberikan informasi sesuai dengan tugasnya.
" Terima kasih atas informasinya, Mbak." Setelah mengucapkan terima kasih, Kayra pun lalu melangkah ke arah lift untuk menuju lantai kamar Ibunya dirawat.
Setelah keluar dari lift, Kayra memilih melangkah ke arah sebelah kiri dari lift yang dia pakai tadi sesuai petunjuk dari petugas resepsionis di bawah.
" Bu RT ...!" Kayra memanggil Bu RT di tempat tinggal orang tuanya yang terlihat sedang duduk di depan ruangan kamar rawat orang tuanya.
" Neng Kayra?" Bu RT yang tadi terduduk dan berbincang dengan orang yang juga sedang menunggu keluarganya yang dirawat di kamar sebelah kamar Ibu Sari langsung berdiri menyambut Kayra yang mendekat ke arahnya.
" Bu, bagaimana kondisi Ibu saya? Apa Ibu baik-baik saja?" tanya Kayra terlihat cemas.
" Ibu Sari mengalami luka bakar di lengan kirinya, tapi dokter bilang kondisinya tidak terlalu mengkhawatirkan," ungkap Bu RT.
Kayra menarik nafas lega mendengar penjelasan dari Ibu RT soal keadaan Ibu Sari.
" Saya mau melihat Ibu saya dulu ya, Bu RT." Kayra berpamitan karena dia ingin menemui Ibunya langsung untuk memastikan bahwa kondisi Ibunya saat ini masih terselamatkan.
" Silahkan, Neng Kayra." Bu RT pun mempersilahkan Kayra yang ingin menemui Ibunya. Ibu RT sangat memahami perasaan Kayra, sebagai anak semata wayang yang tinggal jauh dari orang tuanya karena harus bekerja di luar kota, Kayra pasti sangat mengkhawatirkan kesehatan orang tuanya yang tinggal satu-satunya itu.
*
*
*
Bersambung ...
Happy Reading❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Kada Risto
masih menyimak
2024-06-23
0
senja indah
gue hamil 2 kali gak ada melar,gak ada lemak y Line
2023-08-11
0
Dwi Hartati08
typo: karya
2023-01-23
0