Kayra tertegun mendengar ucapan Rivaldi yang secara terang-terangan mengajaknya untuk memulai hubungan asmara dengan pria yang berprofesi sebagai supervisor itu.
" Saya masih belum memikirkan itu, Pak." Kayra menolak secara halus tawaran Rivaldi tadi.
" Memang usia kamu berapa sekarang?" Rivaldi menanyakan usia Kayra karena menurutnya Kayra sudah pantas untuk berumah tangga.
" Hmmm ...."
Ting
Pintu lift terbuka di lantai tujuh, lantai yang dituju oleh Rivaldi. Pria itu menekan tombol open untuk menahan pintu agar tidak cepat tertutup.
" Nanti kita lanjut mengobrol saat makan siang, ya!?" Rivaldi membuat janji dengan mengajak Kayra makan siang bersama. Kemudian pria itu melangkah ke luar dari lift.
Kayra menghembuskan nafasnya kencang setelah Rivaldi berlalu darinya dan pintu lift tertutup. Dia tidak mengerti kenapa semua orang seperti menginginkannya. Kemarin Pak Wira yang ingin menjodohkannya dengan adik Pak Wira. Sekarang ini supervisor di bagian marketing yang mengajaknya memulai suatu hubungan serius.
Ting
Pintu lift kini terbuka di lantai sembilan yang Kayra tuju. Dia kemudian keluar dari lift itu dan melangkah ke meja kerjanya untuk memulai aktivitasnya.
Setengah jam kemudian Erlangga datang dari arah pintu lift. Seperti biasa, Kayra selalu menyambut bosnya itu dengan berdiri dan mengucapkan salam, " Selamat pagi, Pak."
" Pagi." Seperti biasa, singkat jawaban yang diucapkan Erlangga sambil berlalu masuk ke dalam ruang kerjanya.
Kayra memandang Erlangga yang berlalu dari hadapannya kemudian menoleh tas berisi acar ikan yang dia buat untuk Erlangga sesuai pesanan bosnya itu.
" Kenapa Pak Erlangga tidak menanyakan pesanannya, ya? Apa Pak Erlangga lupa?" Kening Kayra berkerut. Namun dia tidak ingin terus berpikir lama-lama soal acar ikan itu. Dia segera mengeprint rencana jadwal kegiatan Erlangga yang telah dia susun untuk dua Minggu ke depan.
" Permisi, Pak." Kayra mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam ruangan Erlangga.
" Ini rencana jadwal kegiatan Bapak untuk dua Minggu ke depan. Bulan depan eksportir kita dari Jepang, Mr. Nakata akan berada di Jakarta selama tiga hari. Staff dari Mr. Nakata mengabari jika Mr. Nakata ingin bertemu dengan Bapak. Saya jadwalkan pertemuan Bapak dengan Mr. Nakata di midweek Minggu kedua jika Bapak tidak keberatan." Kayra melaporkan rencana dari salah satu relasi perusahaan Mahadika yang ingin bertemu dengan Erlangga.
" Oke, atur saja sesuai yang kamu jadwalkan." Erlangga menyetujui jadwal yang sudah dibuat oleh Kayra.
" Baik, Pak. Ini ada beberapa surat yang harus Bapak tanda tangani dan diberi paraf." Kayra lalu menunjukkan berkas-berkas yang harus ditanda tangani oleh Erlangga.
Erlangga lalu membubuhkan tanda tangannya setelah membaca sekilas surat tersebut lalu menyerahkannya kembali kepada Kayra.
" Terima kasih, Pak." Kayra mengucapkan terima kasih setelah menerima berkas dari Erlangga.
" Akhir Minggu ini kamu bisa langsung pindah ke tempat barumu, Kayra." Sebelum Kayra meninggalkan ruangannya, Erlangga memberitahukan sekretarisnya tentang rencana kepindahan Kayra ke tempat baru.
" Minggu ini, Pak?" Kayra terkesiap dengan pemberitahuan Erlangga yang mengatakan jika dia akan pindah akhir minggu ini. Dan artinya dia hanya punya waktu dua hari saja untuk mengemas barang-barangnya.
" Iya, lebih cepat lebih baik, kan? Daripada kamu terus-terusan berada kontrakanmu itu," ujar Erlangga yang memang tidak menyukai tempat tinggal kontrakan yang selama ini dihuni Kayra.
" Memangnya kenapa jika saya terus tinggal di sana, Pak? Saya sudah empat tahun tinggal di sana dan saya tidak ada masalah selama tinggal di sana." Kayra sedikit kesal karena Erlangga sepertinya mele cehkan kondisi tempat tinggalnya padahal dia sendiri tidak pernah ada masalah selama tinggal bertahun-tahun di tempat kontrakan itu.
" Saya 'kan sudah katakan kalau saya tidak ingin ada orang yang berkomentar jika saya tidak memperdulikan kesejahteraan karyawan saya dan membiarkan sekretaris saya tinggal di tempat tinggal kamu sekarang ini." Erlangga beralasan yang menurut Kayra tidak masuk akal. Karena Erlangga sudah memberikan gaji yang cukup besar menurut Kayra untuk jabatan yang dia geluti saat ini.
" Gaji yang saya terima dari perusahan ini sudah mencukupi, Pak. Bapak tidak perlu merasa takut dituduh tidak memberikan kesejahteraan kepada karyawan Bapak." Kayra menangkis anggapan Erlangga tadi.
" Kamu ini apa susahnya bersyukur dengan fasilitas yang saya berikan? Tidak semua karyawan bisa saya perhatikan seperti kamu!" Erlangga sepertinya tersinggung dengan bantahan yang diucapkan oleh Kayra.
" Maaf, Pak." Kayra yang menyadari ucapannya telah menyinggung bosnya segera mengucapkan permohonan maaf.
" Kembalilah ke tempatmu!" Erlangga menyuruh Kayra untuk kembali ke meja kerjanya.
" Baik, Pak. Permisi ..." Kayra bergegas ke luar dari ruangan kerja Erlangga.
Kayra menghempaskan tubuhnya di atas kursi kerjanya. Dia sungguh tidak mengerti dengan keputusan-keputusan Erlangga. Apakah Erlangga tidak memikirkan dampak yang akan timbul dengan semua pemberian Erlangga kepadanya? Apalagi Ibunya sendiri sudah mencemaskan sikap Erlangga yang begitu mudah memberikan bantuan kepadanya.
Ibu Sari belum tahu tentang rencana kepindahan ke tempat baru. Bagaimana jika Ibunya tahu jika sekarang Erlangga memberikan fasilitas tempat tinggal yang lebih baik kepada dirinya? Itulah yang saat ini membuat Kayra pusing.
***
Kayra menoleh ke arah jam dinding, saat ini waktu sudah menunjukkan pukul setengah satu siang, namun Erlangga tidak juga keluar dari ruangannya. Dia ingin melaksanakan sholat Dzuhur dan juga ingin makan siang. Tapi bagaimana jika Erlangga mencarinya? Apalagi jika Erlangga menanyakan soal acar ikan yang dipesan bosnya itu.
Kriinngg
Suara telepon di meja kerja Kayra berbunyi membuat dia segera mengangkat gagang telepon PSTN itu.
" Selamat siang dengan Kayra ..." Kayra menyapa penelpon yang tidak dia ketahui siapa.
" Siang, Kayra. Ini saya, Rivaldi. Apa kita bisa keluar makan siang bersama?" Ternyata Rivaldi lah yang menelepon Kayra
" Oh, maaf, Pak Aldi. Pak Erlangga masih di ruangannya. Saya tidak bisa keluar kantor sebelum Pak Erlangga keluar." Kayra memberi alasan yang tidak bisa ditentang oleh Rivaldi jika menyangkut bos mereka.
" Kalau begitu, bagaimana kalau nanti sore saya antar kamu pulang?" Sepertinya Rivaldi pantang menyerah.
" Maaf, Pak. Saya ..." Kayra menoleh ke arah pintu ruangan Erlangga yang tiba-tiba terbuka dan Erlangga muncul dari ruangannya.
" Maaf, Pak Aldi. Saya tutup dulu teleponnya." Kayra dengan cepat menutup telepon. Namun karena terburu-buru dia tidak tepat menaruh gagang telepon itu hingga menimbulkan suara benturan.
Erlangga yang keluar dari ruangannya sempat melihat Kayra sedang bertelepon, namun saat melihat dirinya, sekretarisnya itu buru-buru menutup telepon dengan grogi hingga menimbulkan kecurigaan.
" Telepon dari siapa? Dan kenapa kamu terburu-buru mematikan telepon itu saat melihat saya?" tatapan mata menyelidik Erlangga tujukan kepada Kayra yang seketika itu membulatkan matanya karena ternyata Erlangga menyadari jika dia tadi menutup telepon karena takut ketahuan Erlangga sedang mengobrol sesuatu yang bukan urusan pekerjaan.
*
*
*
Bersambung ...
Happy Reading❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Alifah Azzahra💙💙
Erlangga kepo🤣🤣
2023-11-28
0
Deni Marviana💜
dari saingan bapak wkwkekke
2023-01-09
0
H!@t>🌟😉 Rekà J♡R@
ih.... males ah,pak..
2022-12-01
1