Kayra menatap tubuh Ibunya yang terbaring di atas brankar dengan tangan kiri terbalut perban. Dia tahu ada kulit yang melepuh dibalik balutan perban berwarna putih itu. Sementara mata Ibunya itu kini terpejam dengan kening berkerut seakan menahan rasa sakit.
" Ibu ..." Kayra mendekat ke arah brankar dan menyentuh wajah Ibunya itu.
Ibu Sari membuka matanya perlahan saat merasakan sentuhan tangan Kayra dan mendengar suara Kayra yang terdengar jelas di telinganya.
" Kayra ..." Dengan suara lemah Ibu Sari memanggil nama anaknya.
" Ibu ... maafkan Kayra karena tidak bisa menjaga Ibu. Maafkan Kayra karena Kayra tidak ada di saat Ibu terkena musibah." Kayra terisak seraya menciumi wajah Ibunya. Kayra merasa kecewa kepada dirinya sendiri karena dia merasa gagal merawat orang tuanya.
" Kamu tidak salah, Nak. Semua ini adalah musibah. Semua ini karena keteledoran Ibu." Ibu Sari tidak ingin Kayra menyalahkan dirinya sendiri karena anaknya itu bekerja jauh dari rumah dan harus meninggalkannya sendiri di Bandung.
" Kenapa bisa sampai seperti ini, Bu?" tanya Kayra mempertanyakan kenapa kebakaran itu sampai terjadi.
" Ibu teledor, Kayra. Ibu lupa mematikan kompor setelah menghangatkan makanan." Ibu Sari sedikit menceritakan apa yang menyebabkan musibah itu terjadi.
" Apa lukanya parah, Bu? Apa perlu dioperasi? Kalau harus dioperasi sebaiknya dioperasi saja ya, Bu!?" Kayra meminta Ibunya itu menjalani operasi agar luka bakarnya segera sembuh. Dia tidak sampai hati jika Ibunya terus merasakan kesakitan atas lukanya itu
" Tapi bagaimana biayanya, Kayra? Kalau biayanya mahal sebaiknya tidak usah, Nak." Ibu Sari sudah membayangkan biaya yang dibutuhkan untuk menjalani operasi itu besar dan dia tidak ingin membebani putrinya itu.
" Ibu tidak usah memikirkan soal biaya, biar Kayra yang urus soal biaya pengobatan Ibu." Kayra meminta Ibunya untuk tidak memusingkan soal biaya pengobatannya.
" Tapi bagaimana dengan kondisi rumah kita, Nak? Pasti akan butuh biaya untuk merenovasi kerusakan karena kebakaran itu." Ibu Sari juga kepikiran akan tempat tinggalnya setelah kebakaran tersebut.
" Bu, Ibu jangan pikirkan soal dana dulu, sebaiknya Ibu istirahat saja. Nanti Kayra akan bicarakan dengan dokter. Ibu harus tenang jangan pikirkan macam-macam, serahkan semuanya ke Kayra biar Kayra yang akan menanggani semuanya." Kayra tidak ingin Ibunya itu memikirkan soal biaya rumah sakit, pengobatan dan renovasi rumah. Yang diperlukan Ibunya saat ini adalah ketenangan untuk proses penyembuhannya
***
Tok tok tok
" Permisi, Dok. Maaf jika saya mengganggu." Kayra memasuki ruangan dokter yang menangani Ibu Sari setelah dia dipesilahkan masuk oleh seorang perawat.
" Oh, iya silahkan, Mbak." Dokter Hani mempersilahkan Kayra masuk ke dalam ruangannya.
" Perkenalkan, saya Kayra, Dok. Saya putri dari Ibu Sari, pasien yang semalam masuk karena luka bakar." Kayra memperkenalkan dirinya kepada Dokter Hani.
" Jadi Mbak Kayra ini putri dari Ibu Sari, ya? Kebetulan sekali, saya ingin membicakan soal kondisi Ibu Sari kepada Mbak Kayra." Dokter Hani menutup buku agenda yang tadi sedang dia bubuhkan tulisan dengan goresan tintanya.
" Bagaimana dengan kondisi Ibu saya, Dok? Apa parah? Apa bisa disembuhkan?" Tak sabar rasanya Kayra ingin mendapatkan penjelasan dari dokter yang merawat Ibunya itu.
" Ibu Sari mengalami luka bakar, dan luka bakarnya itu termasuk dalam derajat kategori luka bakar tingkat tiga atau full thickness burn, karena mengenai seluruh lapisan epidermis dan dermis. Oleh sebab itu disarankan dilakukan operasi pada anggota tubuh yang mengalami luka bakar tersebut," tutur Dokter Hani menerangkan.
" Apakah Ibu saya akan baik-baik saja, Dok?" cemas Kayra.
" Insya Allah, kondisi kesehatan Ibu Sari akan baik-baik saja," Dokter Hani mencoba menenangkan Kayra.
" Mengenai biaya operasi, apakah biayanya sangat mahal, Dok?" tanya Kayra, karena dia takut uang tabungannya itu tidak dapat mengcover untuk membiayai pengobatan Ibunya. Dan setelah Dokter Hani menyebutkan biaya untuk bedah operasi Ibunya, Kayra bisa menarik nafas lega karena uang tabungannya bisa menutupi biaya operasi Ibunya itu.
" Baiklah, Dok. Tolong lakukan yang terbaik untuk Ibu saya, Dok." Kayra memutuskan untuk segera melakukan tindakan operasi untuk Ibunya. Karena yang paling utama bagi Kayra adalah membuat Ibunya sehat kembali agar dia bisa lebih tenang.
***
Ddrrtt ddrrtt
Kayra mengambil ponselnya yang bergetar dari dalam tasnya. Kayra mendapati nama bosnya di layar ponselnya itu. Kayra dengan cepat mengangkat panggilan ponsel tersebut.
" Selamat siang, Pak." Kayra menyahuti panggilan masuk dari Erlangga.
" Bagaimana keadaan orang tuamu, Kayra?" tanya Erlangga menanggapi sapaan Kayra.
" Hmmm, Ibu saya akan menjalani operasi, Pak." jawab Kayra.
" Apa lukanya parah?" tanya Erlangga lagi.
" Luka bakarnya termasuk jenis luka bakar tingkat tiga, menurut dokter harus segera dioperasi. Tapi luka bakarnya hanya di sekitar tangan kiri saja, Pak." Kayra menjelaskan.
" Oke, baiklah. Dirawat di rumah sakit mana Ibumu?" Erlangga sudah seperti wartawan yang menanyakan secara mendetail.
" Di rumah sakit xx, Pak." sahut Kayra.
" Oke, oke, siapa nama Ibumu? Nanti saya yang akan menanggung biaya rumah sakit dan pengobatan Ibumu, Kayra." ujar Erlangga.
Kayra membulatkan matanya mendengar ucapan atasannya yang mengatakan akan menghandle semua biaya rumah dan pengobatan Ibunya.
" Hmmm, Bapak tidak usah repot-repot, saya ada uang kok, Pak." Kayra menolak rencana Erlangga yang ingin mendanai biaya rumah sakit dan pengobatan Ibunya. Kayra merasa tidak enak hati kalau Erlangga sampai membayar biaya rumah sakit Ibu Sari. Karena masalah Ibunya adalah masalah pribadinya dan tidak ada hubungannya dengan perusahaan.
" Kamu adalah pegawai saya, dan saya sangat membutuhkan tenaga kamu di sini. Tentu saya tidak ingin melihat apa yang terjadi dengan orang tua kamu akan mempengaruhi kinerja kamu di sini!" tegas Erlangga. Sebagai seorang sekretaris yang sudah lima tahun mendampingi pekerjaannya, Erlangga tidak ingin pekerjaan Kayra akan terganggu karena masalah yang dihadapi oleh Ibu dari sekretarisnya itu.
" Tapi, Pak ...."
" Sebentar lagi saya harus menghadiri meeting. Nanti saya akan urus untuk mengurus biaya rumah sakit Ibu kamu. Setelah Ibu kamu membaik, segeralah kembali ke Jakarta." Perintah Erlangga seolah tidak ingin ditentang.
" Baik, Pa. Terima kasih." Tak lupa Kayra mengucapkan terima kasihnya atas kebaikan bosnya itu, walaupun dia tahu apa yang dilakukan Erlangga hanya karena Erlangga membutuhkan tenaganya di kantor.
Tak lama setelah Kayra mengucapkan terima kasih atas bantuan bosnya itu, Erlangga langsung menutup panggilan teleponnya.
Kayra menghembuskan nafas, walaupun dia merasa tidak enak tapi dia merasa bersyukur seluruh biaya rumah sakit Ibunya ditanggung pihak perusahaan tempat dia bekerja. Setidaknya uang yang rencananya dia pakai untuk membiayai pengobatan Ibunya bisa dia gunakan untuk memperbaiki kerusakan di bagian rumahnya yang terbakar.
.
*
*
*
Bersambung ....
Happy Reading❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Rahmawaty❣️
Ah ibuku apalgi ni kya bgini ni sering bnget . Klo lg goreng² sesuatu psti lauknya yg di angkt dluan tp tuh api masih nyala..
Prnh 2 kali tuh penggorengan kebakar, kita yg drmh jd ikutan panik🤦🏻♀️
2023-10-11
2
Deni Marviana💜
ini ceo nya udah mulai perhatian dan dia merasa hampa krn ga ada sekretarisnya.. tanda tandanya dimulai dr bayarin rmh sakit hehe
2023-01-08
0
Pipit Sopiah
awal mula komplik nih dengan pertama membayar semua tagihan rumah sakit
2022-12-04
2