Kayra masih menatap satu persatu gambar rumah yang ditunjukkan oleh Erlangga melalui pesan gambar ke ponselnya. Dia merasa apa yang dilakukan Erlangga terhadapnya sangatlah berlebihan. Biaya pengobatan Ibunya, biaya sewa perawat untuk mengurus Ibunya dan kini rumah untuk dia tinggal yang disediakan oleh Erlangga. Apa itu suatu hal yang wajar dia terima sebagai seorang sekretaris?
Kayra mende sah panjang. Dia memikirkan resiko yang akan dia terima jika sampai ada karyawan lain yang tahu jika dia menerima semua fasilitas itu dari Erlangga.
Ddrrtt ddrrtt
Suara dari ponselnya kembali berbunyi dan kali ini adalah panggilan masuk dari Erlangga yang dia dengar.
" Selamat malam, Pak." Kayra mengangkat panggilan telepon masuk dari Erlangga.
" Mana yang kamu suka?" Erlangga menanyakan rumah yang dia tawarkan kepada Kayra karena Kayra tak juga membalas pesannya tadi.
" Maaf, Pak. Saya rasa Bapak tidak perlu menyediakan tempat tinggal untuk saya. Kontrakan yang saya tempati ini sudah nyaman untuk saya dan Ibu saya." Kayra menolak pemberian tempat tinggal dari bosnya itu.
" Selama kamu menjadi sekretaris saya, kamu berhak mendapatkan fasilitas yang saya berikan, Kayra. Kamu tidak perlu khawatir, saya tidak memberikan rumah itu untukmu, saya hanya menyediakan rumah itu selama kamu masih bekerja dengan saya. Karena saya tidak ingin orang melihat kalau selama ini sekretaris saya ternyata tinggal di kontrakan yang tidak layak untuk sering sekretaris perusahaan ternama seperti Mahadika Gautama."
Kayra kembali mende sah. Menurutnya tidaklah masalah dia harus tinggal di rumah kontrakannya sekarang ini. Lagipula selama dia tinggal di tempat yang disebut gubuk oleh Erlangga itu tidak mempengaruhi kinerja dia di perusahaan milik Erlangga itu.
" Saya hanya tidak enak jika ada karyawan lain yang tahu jika Bapak memberikan fasilitas itu kepada saya, Pak." Akhirnya Kayra mengatakan apa yang membuatnya enggan menerima pemberian dari Erlangga.
" Untuk apa kamu memikirkan karyawan lain? Kamu bekerja untukku bukan untuk mereka!" tegas Erlangga. " Mulailah berkemas, karena kamu akan segera pindah ke tempat yang baru." Kalimat yang ucapkan Erlangga bagaikan perintah yang mutlak harus Kayra kerjakan.
" Baik, Pak." Seperti biasa Kayra hanya bisa menerima perintah Erlangga yang wajib dia laksanakan.
" Oh ya, apa besok kamu bisa buatkan masakan seperti siang tadi? Tolong buatkan untukku!"
Kayra terbelalak mendengar perintah terakhir Erlangga yang menurutnya aneh untuk dia laksanakan.
" B-bapak ingin saya buatkan acar ikan?" tanya Kayra heran.
" Iya, apa kamu bisa?" tanya Erlangga.
" S-saya belum punya bahannya, Pak. Harus ke pasar dulu. Biasanya saya belanja untuk masak esok hari, Pak." Kayra menjelaskan, jika waktunya tidak akan terkejar jika dia harus ke pasar dan memasak sebelum pergi ke kantor. Dia selalu membeli bahan makanan di supermarket sepulang kerja atau ke pasar tradisional di hari libur.
" Kamu boleh datang telat besok, tapi tolong buatkan aku masakan seperti yang tadi kamu bawa untuk bekal." Erlangga tidak perduli jika Kayra harus telat datang ke kantor, asalkan Kayra bisa membawa makanan yang diinginkannya.
" B-baik, Pak. Akan saya usahakan memasak acar ikannya," ujar Kayra mau tidak mau terpaksa dia menyanggupi apa yang diminta Erlangga darinya.
" Ya sudah, saya tutup dulu teleponnya." Setelah mengucapkan kalimat terakhir, Erlangga langsung mematikan panggilan teleponnya itu.
Kayra menatap layar ponselnya setelah panggilan telepon dari Erlangga terputus. Dia nampak terkejut saat Erlangga berpamitan menutup teleponnya padahal selama ini bosnya itu selalu memutus sambungan telepon sepihak dan tanpa permisi.
Namun yang lebih membingungkannya adalah permintaan aneh yang menyuruhnya memasak.
" Kenapa Pak Erlangga menyuruh aku memasak? Apakah itu tugas tambahanku sebagai sekretaris di perusahaan Mahadika Gautama?" gerutu Kayra.
" Tapi Pak Erlangga begitu baik kepadaku, masa hanya membuatkan acar ikan saja aku menolak? Sedangkan Pak Erlangga rela mengeluarkan banyak uang untuk membantu biaya pengobatan Ibu." gumam Kayra selanjutnya.
***
" Kamu masak apa, Kayra? Kamu tidak berangkat kerja?" tanya Ibu Sari saat dia mendapati anaknya masih sibuk di dapur.
" Kayra berangkat kok, Bu. Ini Kayra sedang buatkan acar ikan untuk Pak Erlangga." Kayra mengatakan hal yang sejujurnya kepada Ibu Sari.
" Kamu membuatkan acar ikan untuk bos kamu, Nak?" Ibu Sari mereka heran karena bos dari anaknya itu menyuruh Kayra memasakkan makanan.
" Iya, Bu." Kayra mematikan kompor. " Kemarin Pak Erlangga melihat Kayra makan acar ikan dan sepertinya Pak Erlangga kepingin makan acar ikan itu dan meminta Kayra untuk membuatkan acar ikan untuk beliau hari ini." Kayra menjelaskan alasan kenapa Erlangga bisa menyuruhnya memasak.
Ibu Sari menatap putrinya, baginya masih terasa aneh dengan dan perhatian dan perilaku Erlangga terhadap Kayra.
" Kayra, Ibu kok punya firasat tidak enak dengan kebaikan bos kamu itu ya, Nak?" Hati seorang Ibu yang sangat menyayangi putrinya pasti merasa peka jika sesuatu hal yang kurang enak akan terjadi pada anaknya.
Kayra menoleh ke arah Ibunya dan tersenyum.
" Ibu jangan berpikiran buruk seperti itu. Kayra akan baik-baik saja, Bu. Kayra bisa jaga diri." Kayra mencoba meyakinkan Ibunya jika dirinya akan bisa menjaga dirinya selama bekerja di perusahaan milik Erlangga itu.
" Kayra mau siap-siap dulu ya, Bu." Kayra segera ke kamarnya untuk berhias dan mengganti pakaian karena di akan segera berangkat ke kantor.
***
Kayra bergegas masuk ke dalam kantor tempat dia bekerja. Saat ini sudah mendekati pukul sembilan pagi. Sementara karyawan yang lain sudah datang dan memulai aktivitasnya masing-masing, sedangkan dia baru tiba di kantor karena harus mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Erlangga kepadanya.
" Selamat pagi, Pak Heru." sapa Kayra kepada security.
" Pagi, Mbak Kayra. Kenapa kesiangan, Mbak?" tanya Pak Heru heran karena Kayra termasuk karyawan yang rajin dan tidak pernah telat datang ke kantor.
" Oh iya, Pak. Saya mendapat tugas dari Pak Erlangga dulu, Pak." Kayra menjelaskan jika dia mendapatkan tugas dari bosnya itu walaupun dia tidak menjelaskan tugas apa yang harus dia kerjakan kepada Pak Heru.
" Oh, pantas saja ... habis Mbak Kayra ini 'kan tidak pernah telat ke kantor sebelumnya." Pak Heru yang kenal bagaimana Kayra merasa aneh karena Kayra telat datang.
" Saya ke atas dulu ya, Pak!" Kayra berpamitan ingin segera ke ruangannya karena dia tidak ingin Erlangga keburu datang dan memergoki dirinya sedang mengobrol dengan security.
" Baik, Mbak. Silahkan ...."
Setelah berpamitan, Karya segera masuk ke dalam lift yang akan membawanya ke lantai sembilan. Saat lift berada di lantai tiga, pintu lift terbuka dan seseorang masuk ke dalam lift di mana Kayra berada.
" Selamat Pagi, Pak Aldi." Kayra menyapa Rivaldi, seorang SPV Marketing di kantor Erlangga.
" Pagi, Kayra. Kamu baru datang?" tanya Rivaldi memperhatikan Kayra yang masih menenteng tas.
" Saya dapat tugas dari Pak Erlangga, Pak." Kayra tidak ingin karyawan lain menganggapnya malas dan tidak datang tepat waktu hingga membuatnya menjelaskan jika memang mendapatkan tugas dari Erlangga.
" Oh ..." Rivaldi mengusap rahangnya terus memperhatikan Kayra.
" Kayra, apa kamu sudah bertunangan?" tanya Rivaldi tiba-tiba.
Kayra menoleh ke arah Rivaldi lalu menggelengkan kepalanya dan menjawab, " Belum, Pak."
" Kamu masih single?" tanya Rivaldi lagi.
" Iya, Pak." Kayra menunduk malu.
" Saya juga masih single, mungkin kita bisa mencoba siapa saling dekat, siapa tahu kita bisa saling cocok satu sama lain."
Kayra membulatkan matanya mendengar kalimat Rivaldi yang secara tidak langsung mengajaknya untuk memulai suatu hubungan asmara.
*
*
*
Bersambung ...
Happy Reading❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Puji Rahayu
nih si aldi muncul...
rival na si pak tua...😄😄😄
2024-04-18
0
Deni Marviana💜
pak rivaldi minta di mutasi ke pulau entah berantah, beraninya ngajak Kayra pacaran 🤣🤣🤣🤣
2023-01-09
2
H!@t>🌟😉 Rekà J♡R@
Pak Er nya macam lagi ngidam..maunya makanan Kayra..
2022-12-01
0