Kayra sudah merapihkan meja kerjanya karena saat ini udah pukul lima sore. Sementara sebagian besar karyawan kantor Mahadika Gautama sudah pulang. Kayra sendiri masih menunggu Erlangga yang masih berada di ruangannya. Kayra tentu harus menunggu bosnya itu pulang lebih dahulu sebelum dia pulang ke rumahnya.
Krriinngg
Kayra segera mengangkat telepon di mejanya yang berdering.
" Selamat sore, dengan Kayra." Kayra menyapa si penelpon.
" Halo Kayra. Apa kamu sudah mau pulang sekarang?" tanya Rivaldi yang kembali menghubungi Kayra sore ini. Rupanya Rivaldi masih penasaran karena tadi tidak berhasil mengajak Kayra makan siang.
" Maaf, Pak Aldi. Saya masih menunggu Pak Erlangga keluar dari kantor," ucap Kayra.
" Apa Pak Erlangga masih lama?" Terdengar nada kecewa dari kalimat Rivaldi.
" Saya tidak tahu, Pak."
" Kalau pekerjaan kamu sudah selesai, apa kamu tidak bisa ijin pulang lebih dulu kepada Pak Erlangga, Kayra?"
" Maaf, Pak. Saya tidak berani."
Kali ini suara dengusan terdengar di telinga Kayra.
" Sebaiknya Pak Aldi tidak perlu menunggu saya."
" Okelah, mungkin lain kali kita bisa mengobrol lebih dekat di luar jam kantor," ucap Rivaldi. " Apa kamu bisa kasih tahu di mana alamat rumahmu, Kayra? Mungkin aku bisa main ke rumahmu lain waktu jika kamu tidak bisa diganggu jika di kantor." Berbagai cara coba dilakukan Rivaldi agar bisa mendekati Kayra.
" Eheemm, Kayra, Masuklah ke ruangan saya! Dan Anda juga Pak Rivaldi, saya tunggu di ruangan saya! "
Baik Kayra maupun Rivaldi sama-sama terkejut saat mendengar suara Erlangga di sambungan telepon mereka. Kayra terlupa jika nomer teleponnya tersambung dengan salah satu pesawat telepon yang ada di ruangan Erlangga.
" B-baik, Pak."
" Baik, Pak Erlangga."
Kayra dan Rivaldi sama-sama menjawab perintah Erlangga dan segera mematikan sambungan telepon mereka.
" Ya ampun, kenapa aku lupa jika telepon ini terhubung dengan telepon di meja Pak Erlangga?" sesal Kayra. Dia pun kemudian melangkah masuk ke ruang kerja bosnya dengan hati berdebar. Dia sudah menduga jika dia akan kena marah Erlangga.
Tok tok tok
" Permisi, Pak." Kayra masuk ke dalam ruangan Erlangga dan melirik ke arah wajah pria itu yang sedang menatap dengan sorot mata tajam ke arahnya.
" Maaf, ada apa, Pak?" Kayra berharap Erlangga memanggilnya bukan untuk membahas masalah telepon dari Rivaldi.
" Jadi selama ini kamu dan Rivaldi selalu menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan urusan pribadi kalian!?" sindir Erlangga. " Apa Rivaldi itu yang menelepon siang tadi? Yang kamu bilang salah nomor extension?" Kini Erlangga bangkit dari duduknya dan berjalan mendekat ke arah Kayra.
" Tidak, Pak. Saya tidak menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi!" Kayra menyanggah semua tuduhan Erlangga karena dia memang tidak melakukan apa yang ditudingkan Erlangga.
" Masih menyangkal? Lalu apa yang kalian bicarakan tadi? Rivaldi mengajak kamu pulang bersama?" sindir Erlangga yang mencuri dengar pembicaraan Kayra dan Rivaldi. Karena penasaran dengan sikap Kayra saat menerima telepon siang tadi, Erlangga akhirnya ikut mengangkat telepon saat nomer telepon yang tersambung ke nomer telepon di meja Kayra berbunyi, hingga dia bisa mendengar jelas isi percakapan Kayra dan Rivaldi.
Kayra menghela nafas panjang, dia merasa wajar menerima telepon karena telepon itu berdering di mejanya. Masalah Rivaldi yang menghubunginya dan mengajak pulang bersama itu juga bukan keinginannya, kenapa Erlangga seolah menyalahkannya? Hal itu yang membuat Kayra menjadi bingung.
" Maaf, Pak. Saya tidak tahu kalau Pak Aldi yang menelepon saya, dan saat telepon di meja saya berbunyi saya juga tidak tahu apakah penelepon itu ingin berbicara urusan pekerjaan atau bukan." Kayra membela dirinya.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu membuat Kayra dan Erlangga menolehkan pandangan ke arah pintu tersebut.
" Permisi, Pak." Ternyata Rivaldi yang terlihat muncul di balik pintu. Dia melirik ke arah Kayra yang memperlihatkan wajah kesal lalu menoleh ke arah Erlangga yang menatapnya dengan sorot mata tajam.
" Maaf, Pak. Ada apa Pak Erlangga memanggil saya?" tanya Rivaldi.
Erlangga langsung kembali ke meja kerjanya dan duduk di kursi singgasananya.
" Saya ingin Anda tahu, Pak Rivaldi. Saya tidak suka jika ada sesama karyawan saya yang terlibat asmara, itu hanya ingin mengganggu konsentrasi dalam bekerja. Jadi saya harap Anda mengerti, Kayra itu sekretaris saya. Saya tidak ingin kinerja dia terganggu karen asyik berkencan dengan Anda." Kata-kata sindiran langsung diucapkan Erlangga dengan ketus.
Baik Kayra maupun Rivaldi sama-sama mengeryitkan keningnya. Rivaldi berpikir dia tidak pernah menemukan aturan seperti yang disebutkan Erlangga tadi, melarang sesama karyawan berpacaran, terkecuali jika terikat dalam suatu pernikahan, salah satu karyawan itu harus resign dari pekerjaan.
Sementara Kayra menganggap apa yang disebutkan Erlangga tadi terlalu berlebihan karena dia sendiri tidak berkencan dengan Rivaldi, bahkan baru hari ini dia berbicara dengan Rivaldi di luar urusan pekerjaan.
" Dan saya juga tidak suka kalian menggunakan fasilitas kantor untuk membicarakan urusan pribadi kalian!" tegas Erlangga kembali.
" Maaf, Pak. Saya tidak akan mengulangi lagi." Rivaldi yang paham apa yang dimaksud Erlangga dengan menyebut fasilitas kantor mengerti akan maksud dari bosnya itu dan segera meminta maaf.
" Saya ingatkan Anda sekali lagi, Pak Rivaldi. Jangan ganggu Kayra!" Kalimat perintah bernada ancaman keluar dari mulut Erlangga.
" Baik, Pak." Rivaldi melirik ke arah Kayra seraya berpikir. Tentu saja sikap Erlangga yang posesif terhadap sekretarisnya menimbulkan kecurigaan di hati Rivaldi tentang hubungan yang sebenarnya antara Erlangga dengan sekretarisnya itu.
" Anda boleh meninggalkan ruangan saya." Erlangga mempersilahkan Rivaldi keluar dari ruangannya.
" Baik, Pak. Permisi ..." Rivaldi segera meninggalkan ruang kerja Erlangga dengan Kayra mengikut di belakangnya.
" Saya belum menyuruh kamu pergi, Kayra!" Suara Erlangga membuat Kayra menarik langkahnya kembali saat suara bosnya itu terdengar.
" Ada apa lagi, Pak?" tanya Kayra yang mulai merasa kesal.
" Kamu adalah pegawai kepercayaan saya, kamu banyak tahu tentang rahasia perusahaan saya. Dan saya tidak ingin ada orang yang mendekati kamu hanya memanfaatkan kamu untuk mendapatkan informasi tentang perusahaan ini."
Kayra terbengong mendengar alasan yang dikatakan oleh Erlangga. Menurutnya alasan-alasan yang diberikan Erlangga terlalu berlebihan dan terlalu dibuat-buat.
" Maaf, apa Bapak berpikiran jika Pak Aldi akan berkhianat terhadap perusahaan Bapak ini?" tanya Kayra karena Erlangga sampai menganggapnya akan membocorkan rahasia perusahaan.
Erlangga terdiam mendengar pertanyaan Kayra. Dia tidak menyangka Kayra akan menyampaikan pertanyaan seperti itu. Pikirnya Kayra hanya akan menyangkal jika wanita itu tidak akan mungkin membocorkan rahasia perusahaan. Jika sekarang Kayra bertanya seperti itu, Erlangga sendiri bingung harus menjawab dengan jawaban apa? Sementara dia sendiri pun tidak tahu kenapa dia bisa bersikap seolah melarang Kayra bersinggungan dengan pria manapun.
*
*
*
Bersambung ...
Happy Reading ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Mayus Rita
si bos sudah mulai ada benih cinta ❤ nih🥰
2023-12-08
0
@yra
cinta bilang booossssssss
2023-12-07
0
Alifah Azzahra💙💙
Mna ada bos yg melarang karyawannya saling dekat kecuali dia suka sama tu perempuan
2023-11-28
1