Keduanya terlihat diam, larut dalam pikiran masing-masing.
"Eh, sepertinya di depan itu kantornya, benar nggak Sarah?"
"Iya Kak."
"Ya sudah kalau begitu aku turun di sini ya!"
"Iya Kak." Sarah menghentikan mobilnya di depan gedung perkantoran.
Mentari turun dari mobil. "Terima kasih ya Sarah."
"Iya Kak hati-hati! Sarah pergi dulu."
"Iya kamu hati-hati juga."
"Asyiap." Sarah langsung tancap gas.
Mentari berjalan mendekati pos satpam.
"Ada yang bisa saya bantu Mbak?" Seorang satpam menyapa Mentari.
"Saya ingin bertemu pak Bintang Pak."
"Sudah buat janji?"
"Sudah Pak."
"Baiklah saya antar ke dalam. Mari ikut aku!"
Mentari mengangguk dan mengikuti langkah Pak satpam memasuki area gedung perusahaan.
"Mas ini Mbaknya mau bertemu Pak Bintang," ujar Satpam pada seorang pria yang bekerja sebagai resepsionis.
"Oh, sebentar ya Mbak." Resepsionis itu tampak menghubungi seseorang.
"Iya."
"Kalau begitu saya permisi," ujar Pak Satpam.
"Iya Pak terima kasih banyak ya, Pak."
Pak satpam itu mengangguk lalu beranjak pergi.
Mentari fokus menatap resepsionis yang bicara melalui sambungan teleponnya.
"Bagaimana Pak?" tanya Mentari tak sabaran.
"Maaf, Pak Bintangnya sedang tidak bisa diganggu. Beliau sedang ada rapat pagi ini."
"Baiklah kalau begitu aku tunggu di sini saja," ujar Mentari.
"Silahkan." Resepsionis itu memberikan sebuah kursi pada Mentari.
Dua jam berlalu tetapi Mentari belum dipersilahkan masuk untuk menemui Bintang. Wanita itu tampak gelisah. Saat ditelepon ternyata ponsel Bintang masih saja tidak aktif.
"Bagaimana Pak, sudah selesai belum rapatnya?"
"Sebentar saya telepon lagi."
Mentari mengangguk.
"Kata sekretarisnya belum Mbak."
"Duh bisa dingin ini makanannya." Mentari mengusap kotak makan ditangannya.
Saat-saat seperti itu ada seorang wanita yang lewat.
"Mau bertemu siapa dia Sob?" tanya wanita itu.
"Katanya mau bertemu Pak Bintang tapi kata ibu sekretaris beliau belum selesai rapat."
"Rapat? Bukankah jadwal rapatnya hari ini jam 11 ya?"
"Kalau begitu saya tidak tahu Bu. Kata Bu Katrina Pak Bintang sedang rapat."
Mentari melongo mendengar perkataan resepsionis itu. "Katrina? Sekretarisnya namanya Katrina?"
"Iya Benar. Beliau sekretaris di sini sekaligus istri pak Bintang."
"Kalau begitu aku harus menemui Pak Bintang sekarang. Meeting itu pasti hanya akal-akalannya Kate saja." Mentari bangkit dari duduknya dan hendak menemui Bintang di ruangannya.
"Mari saya antar!" Wanita tadi menawarkan diri untuk mengantar Mentari ke ruangan Bintang.
"Mau dibawa kemana dia Bu Reni?" Tiba-tiba Katrina datang dan menghadang keduanya.
"Dia ingin bertemu Pak Bintang Bu."
"Pokoknya dia dilarang masuk!" titah Katrina.
"Kau membuatku menunggu ya Kate. Aku ke sini hanya ingin mengantarkan makanan untuk Mas Bintang. Dia yang memintaku untuk datang ke sini. Jadi biarkan aku menemuinya sekarang."
"Tidak perlu serahkan saja makanan itu padaku. Biar aku yang menyerahkan pada Bintang."
"Tidak, aku ingin menyerahkan langsung pada Mas Bintang." Mentari berjalan cepat dan menaiki tangga. Meski dia tidak tahu dimana ruangan Bintang, tetapi dia bisa menanyakannya pada karyawan lain.
"Hei pelakor hentikan langkahmu!"
Sontak saja resepsionis dan wanita yang di sebut Bu Reni tadi oleh Katrina kaget. Apalagi di sana ada beberapa karyawan yang masih berlalu lalang.
"Kenapa, kalian kaget ya?" tanya Katrina pada orang-orang yang ada di sana.
"Kalian tahu kan Bintang dan aku sudah lama berpacaran? Kalian tahu kan bahkan kami sudah menikah?"
Mereka semua mengangguk. Katrina memang sengaja pamer foto pernikahan dengan Bintang di grup chat para karyawan.
"Dan kalian tahu? Wanita ini mencoba merebut Bintang dariku. Dia menjadi istri kedua Bintang. Kejam nggak sih dia? Hanya karena harta dia mau menghancurkan hidup wanita lain." Katrina pura-pura menangis sehingga membuat beberapa karyawan wanita lainnya mendekat dan bersimpati padanya.
"Dia benar-benar licik," ucap Mentari dalam hati, geram akan perkataan Katrina.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 277 Episodes
Comments
Nining Rahayu
kamu gak salah,,, gak perlu takut,,, yakin ada yang buka kebenaran drpd omongan ular
2022-07-24
0