Waktu memang begitu cepat berputar. Tidak terasa dua bulan telah berlalu sejak pertama kali Tuan Winata menemui Mentari. Kini Mentari pun sudah lulus sekolah. Sesuai janjinya dengan Tuan Winata maka Mentari harus menikah dengan Bintang.
Hari yang ditentukan pun tiba. Hari ini pernikahan Mentari dan Bintang akan dilaksanakan. Hari dimana Mentari dan Bintang dipertemukan untuk pertama kali setelah sebelumnya hanya bisa melihat wajah masing-masing hanya melalui sebuah foto.
Sekarang Mentari dan keluarga sudah tinggal di rumah yang besar dibandingkan rumah-rumah di sekitarnya. Tuan Winata telah menepati janjinya untuk membangunkan rumah bagi keluarga Mentari apabila gadis itu mau menerima pinangannya untuk sang putra, Bintang Andreas Winata.
Seperti pernikahan layaknya di kampung banyak ibu-ibu yang membawa kebutuhan pokok ke acara pernikahan Mentari dan Bintang. Beberapa juga ada yang langsung membawa amplop.
Meski Tuan Winata telah melarang warga untuk menyumbang tetap saja kebiasaan itu tidak bisa dihilangkan. Warni pun pasrah saja ketika orang-orang memaksa. Daripada mengakibatkan kegaduhan dalam acara pernikahan putrinya ia menerima saja bawaan orang-orang. Toh, apa yang dibawa orang-orang tidak gratis dia pun akan mengembalikan setelah putra-putri mereka menikah.
Sementara di luar sedang ramai Mentari hanya duduk bertiga di kamar bersama Alya dan Pandu sedangkan staf MUA baru saja meninggalkan ruangan setelah menyelesaikan riasan pengantin.
"Kau cantik sekali Me. Coba wajah kamu terawat setiap hari aku yakin semua cowok-cowok pasti nempel kayak perangko," kelakar Alya.
"Ah, jangan berlebihan deh Al. Aku lagi gugup nih," ucap Mentari sambil meremas tangannya.
"Tarik nafas hembuskan, tarik nafas hembuskan," perintah Alya.
Mentari pun mengangguk dan melakukan yang disarankan oleh Alya.
"Aku kok kayak orang yang mau melahirkan saja sih Al. Tarik nafas hembuskan, tarik nafas hembuskan," ucap Mentari.
"Emang kamu pernah lihat orang melahirkan gitu?" tanya Alya penasaran.
"Nggak cuma baca di novel-novel."
"Sama aja kali Me. Cara itu efektif untuk menenangkan seseorang agar bisa tenang dalam situasi apapun."
"Mungkin," ucap Mentari pasrah.
"Kak, tangan kakak dingin," ujar Pandu sambil memegang tangan Mentari.
"Iya Dek, kakak nervous banget ini."
"Nervous apa Kak?" tanya Pandu tidak paham.
"Grogi, Pandu," jawab Alya.
"Oh itu ya Kak, hehe maaf Pandu tidak tahu." Bocah itu hanya tertawa kecil.
"Iya tidak apa-apa."
Saat sedang tegang-tegangnya ada seseorang yang masuk ke dalam kamar Mentari dan memberitahukan bahwa mempelai pria sudah datang.
"Coba aku lihat." Alya langsung berlari keluar dan berjalan ke halaman rumah. Kembang api dinyalakan. Tampak orang-orang sedang berbaris masuk ke dalam pekarangan rumah Mentari sambil membawa kue-kue di tangan. Ada beberapa juga yang membawa parsel pakaian dan kosmetik serta mas kawin.
Alya sampai melongo karena barang-barang yang dilihat tampak berkilau di matanya.
"Waw sepertinya barang branded semua," batin Alya.
Tuan Winata memang sengaja mengikuti adat setempat meskipun tidak menghilangkan kesan mewah pada pernikahan putranya. Semua disiapkan dengan sempurna. Meja prasmanan dan pelayannya, pelaminan yang mewah bahkan meja ijab pun terlihat mewah.
"Tapi dari semuanya itu dia yang tampak istimewa." Alya memandang takjub ke arah Bintang. Lelaki itu tampak sempurna di matanya. Pria berbalut jas biru dan berkalung bunga melati itu seperti tidak ada duanya.
"Andai saja ada kembarannya aku pasti mau menikah dengannya."
Saat menghayal ada tangan yang meraup wajahnya dari belakang.
Alya menoleh. "Lutfi, mengganggu kesenangan orang saja," protesnya.
"Aih kesenangannya menghayal," ujar pria yang dipanggil Lutfi oleh Alya tadi.
"Kayaknya ratu halu sekarang sudah berpindah ke kamu deh. Sekarang hidup Mentari tidak halu lagi," ujar pria itu terkekeh.
"Sudahlah aku mau menghampiri Mentari saja." Alya kembali ke kamar menemui Mentari.
"Me, kamu nggak penasaran sama calon suami kamu? Tuh tengok di luar."
"Sudahlah Al aku tambah grogi ini."
"Ya ampun mau dikasih suami tampan dan mapan malah gemetaran. Apa mau aku yang menggantikan?"
"Hem maunya," ucap Pandu lalu terkekeh.
Tak lama kemudian nama Mentari dipanggil.
"Ayo Me, aku antar." Alya menuntun Mentari sampai ke meja ijab kemudian duduk di belakangnya. Di sana sudah duduk Warni, Tuan Winata dan juga Arumi.
Mentari tampak menunduk tidak berani memandang wajah Bintang secara langsung padahal kalau fotonya ia pandangi terus saat hendak tidur.
"Bagaimana apa kalian sudah siap?"
"Siap," jawab Bintang membuat Mentari menoleh padanya. Bintang tersenyum pada Mentari. Wanita itu tampak membeku.
"Hei sadar." Alya menyenggol bahu Mentari.
"Ah iya." Mentari menoleh pada Alya kemudian pada sang ibu. Warni hanya mengangguk sambil tersenyum.
"Bagaimana bisa dimulai?" tanya pak penghulu lagi.
"Bisa Pak," jawab Bintang.
"Baik kita mulai." Pak penghulu pun mengucapkan kalimat ijab. Dengan sekali hentakan Bintang langsung mengucapkan kalimat qabul.
"Bagaimana para saksi, sah?"
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 277 Episodes
Comments
Femmy Femmy
semoga mentari bahagia bersama bintang selamanya
2024-05-14
0
Femmy Femmy
nanti katerina datang meminta pertanggung jawaban🤦😡
2024-05-14
0
Bzaa
selamat ya me
2024-04-27
0