Esok hari seperti biasa Mentari bangun pagi-pagi dan menyiapkan sarapan meski dia tidak tahu Bintang akan pulang atau tidak.
Semalaman Mentari tidak pernah menghubungi Bintang dan pagi ini pun ia masih saja enggan untuk menghubungi suaminya bahkan untuk sekadar bertanya dia akan makan di apartemennya atau tidak.
Dalam hati Mentari bertekad untuk belajar hidup sendiri tanpa tergantung pada suaminya. Dia paham setelah ini saat-saat sepi akan terus di alaminya mengingat Bintang akan berbagi waktu untuk dirinya dan Katrina.
"Katrina istri pertama dan aku istri kedua? Mengapa aku benci dengan kenyataan ini?"
Mentari pun menyibukkan diri dengan pekerjaan rumah agar bisa melupakan segalanya.
Makanan sudah terhidang di meja makan. Ruang apartemen pun sudah dibersihkan. Mentari masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri. Bersiap-siap untuk menyambut kepulangan Bintang meski dalam hati ragu Bintang akan pulang pagi ini.
Jam sudah menunjukkan setengah tujuh pagi, tidak ada tanda-tanda kepulangan Bintang. Mentari duduk di sofa, mengambil ponselnya dan mulai menulis bab-bab novel sambil menunggu Bintang datang.
Saat-saat Mentari mengetik ponselnya berdering. Ia segera memeriksa, ternyata Bintang yang menelpon dan mengabari bahwa dirinya tidak akan pulang pagi ini. Dia akan langsung berangkat ke kantor dari tempat Katrina.
Mentari menutup sambungan telepon dari Bintang dan mendesah kesal. Ia melanjutkan menulisnya hingga fokusnya kini hanya pada novelnya sendiri.
Hingga jam sembilan pagi saat perutnya terdengar berbunyi barulah dia sadar ternyata dia telah melewatkan sarapan pagi ini karena terlalu fokus menulis.
Mentari bangkit dari duduk dan meletakkan ponselnya kembali setelah itu dia menuju ruang makan untuk mengisi perutnya yang kosong.
Saat di meja makan Mentari melihat tempat duduk Bintang yang kosong. Biasanya saat makan pagi, di ruang makan penuh dengan canda tawa dari keduanya. Bahkan, Bintang tak segan-segan menyuapi Mentari.
Air mata Mentari hampir menetes lagi, tetapi sebelum itu terjadi ia berhenti makan. Menarik nafas sebentar kemudian meletakkan piringnya kembali meski nasinya belum tandas.
Bosan. Sebenarnya ia bosan terkurung di apartemen setiap hari tetapi baru kali ini sangat terasa menyiksa.
Mentari beranjak ke arah pintu. Membuka dan keluar lalu menutupnya kembali. Kali ini dia ingin berjalan-jalan di sekitaran apartemen agar pikirannya segar kembali.
Mentari menyusuri lorong-lorong apartemen kemudian masuk ke dalam lift gantung dan turun ke bawah.
Sampai ke bawah dia berjalan mengitari jalan-jalan di apartemen tanpa tahu tujuannya akan kemana.
"Assalamualaikum." Tiba-tiba terdengar seorang wanita yang mengucapkan salam pada Mentari. Mentari menoleh dan menjawab salam dari wanita tersebut. Nampak Gadis cantik yang berdiri di hadapan Mentari sambil tersenyum manis ke arahnya.
"Apa kita saling mengenal?" tanya Mentari pada gadis yang memakai celana jeans dan tunik serta kerudung tersebut.
"Mungkin ukhti tidak mengenal saya, tetapi saya mengenal ukhti," ucap gadis tersebut.
Mentari mengernyit, tidak mengerti mengapa gadis itu mengatakan mengenal dirinya tetapi dia sendiri tidak kenal. Dia mencoba mengingat-ingat tetapi tetap saja tidak ingat.
"Maaf maksud Anda, Anda kenal saya?"
Wanita itu mengangguk dan mengulurkan tangan ke arah Mentari dan mentari pun menerima uluran tangan gadis tersebut.
"Perkenalkan nama saya Sarah, Sarah Elmeira." Gadis itu masih tidak lepas dari senyumnya.
"Saya Mentari," ucap Mentari memperkenalkan diri.
"Boleh aku memanggil Ukhti Kakak?" tanya gadis itu.
"Boleh," jawab Mentari.
"Kakak mau kemana?" tanya Sarah lagi.
"Mau jalan-jalan tapi tidak tahu mau kemana. Meski sudah beberapa bulan tinggal disini, tetapi saya tidak pernah pergi seorang diri."
"Oh bagaimana kalau saya ajak Kakak jalan-jalan ke taman kota? Kebetulan tempatnya dekat kok dari sini."
"Oh boleh-boleh." Mentari menyambut baik ajakan Sarah.
Sarah mengangguk. "Ayo Kak." Dia berjalan di depan diikuti Mentari di belakangnya.
Tidak membutuhkan waktu lama lima belas menit berjalan kaki mereka sudah sampai ke taman kota.
"Kak sini Kak, kita foto-foto di tempat ini dulu!" seru Sarah.
"Oke." Mentari pun setuju.
Hampir seharian mereka berjalan-jalan di taman kota.
"Makan dulu yuk Kak," ajak Sarah.
Mentari melihat jam di tangannya yang sudah menunjukan jam 3 sore. "Aduh, kayaknya nggak bisa deh. Aku harus cepat balik."
"Oh oke nggak apa-apa, mungkin lain kali kita bisa makan bersama."
"Iya maaf ya, aku harus segera pulang."
"Iya Kak, hati-hati."
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 277 Episodes
Comments