"Alya. Ya Alya aku harus menghubungi dia."
"Mau ngapain sama Alya? Ibu nggak enak kalau harus pinjam uang lagi sama ibunya. Ibu takut ini semua akan berpengaruh pada persahabatan kalian. Ibu juga tidak mau kedua orang tuanya menganggapmu berteman dengan Alya hanya karena ingin menempel saja."
"Tidak Bu Mentari tidak ingin meminjam uang sama Alya lagi. Mentari cukup tahu diri kok. Keluarga mereka sudah terlalu banyak membantu kita dan hutang kita masih banyak sama mereka. Mentari tidak ingin memanfaatkan kebaikan dan merepotkan mereka lagi."
Warni terlihat mengangguk. Meski butuh uang dia tidak mungkin mengizinkan putrinya untuk meminjam kepada orang tua sahabatnya lagi.
"Sebentar ya, Bu." Mentari berjalan ke dalam kamar dan mengambil ponselnya. Ia langsung memencet nomor telepon Alya.
"Halo Al."
"Iya Me ada apa?"
"Transferan-ku sudah masuk belum ya?"
"Oh, yang dari aplikasi menulis online itu ya?"
"Iya Al aku butuh banget uangnya. Semalam dapat notifikasi penarikan sudah berhasil cuma aku lupa tadi memberitahumu."
"Pasti buat bayar utang ibumu kan? Sabar Ya Me."
"Iya Al."
"Oke, tak cek dulu ya Me."
"Iya Al."
Setelah mengecek Alya langsung menghubungi Mentari kembali.
"Udah Me satu juta setengah, kan?"
"Iya Al benar."
"Oke habis mandi aku langsung jemput kamu. Kita ke mesin ATM bareng."
"Maaf ya Al ngerepotin kamu lagi, abisnya aku nggak punya rekening. Mau buka juga percuma kalau tidak ada saldonya, sedang penghasilanku dari menulis tidak tentu."
"Nggak apa-apa Me aku senang kok bisa bantu kamu, paling tidak hidupku ada gunanya kalau bisa membantu sesama."
"Kamu memang baik sama kayak kedua orang tuamu yang suka membantu. Aku sampai malu pada orang tuamu karena selalu merepotkan kalian."
"Sudah ah, biasa aja. Jangan puji aku, entar aku terbang. Takut nggak bisa mendarat," Alya terdengar terkekeh.
"Sudah siap-siap sana aku mau mandi dulu," ucap Alya lagi.
"Oke Al."
Sambungan telepon terputus. Mentari masuk ke kamar mandi kemudian mempersiapkan diri agar Alya nanti tidak harus menunggunya lama. Sambil menunggu Alya dia mengecek komentar tadi. Tangannya diam di atas ponsel. Hatinya masih terlihat ragu antara ingin menghapus komentar tersebut apakah ingin melaporkan agar akun orang itu dihapus aplikasi.
"Hapus aja deh," gumamnya lalu dengan lincah tangannya menari di atas keyboard ponsel. Melanjutkan bab novelnya selagi menunggu kedatangan Alya.
Beberapa saat terdengar samar-samar bunyi klakson sepeda motor di luar. Mentari berjalan keluar kamar dan mengintip dari balik pintu.
Benar itu Alya.
"Bu aku pamit pergi sama Alya dulu ya."
"Nggak makan dulu Nak nanti kalau kelamaan dimakan takut nasinya basi."
"Ibu dapat darimana nasi itu? Bukankah ibu tidak punya beras ya?"
"Dikasih tetangga Nak katanya sisa nasi mereka yang semalam masih banyak jadi dikasih sama kita. Ibu sudah mengukusnya kembali kok, tetapi tetap khawatir tidak akan awet."
"Tidak apa-apa Bu. Ibu makan sama Pandu saja ya. Mentari sekarang harus pergi. Kalaupun nanti sudah basi biar mentari puasa saja."
"Baiklah kalau kalian memang ada acara yang penting."
"Mentari pergi dulu ya Bu," pamit Mentari sambil menyalami tangan Warni kemudian mengelus kepala adiknya.
"Nanti kalau benar kakak dapat rezeki aku belikan Pandu ayam goreng."
Pandu mendongak menatap wajah Mentari ragu.
"Beneran Kak?"
Mentari mengangguk sambil tersenyum.
"Asyik Pandu bisa makan ayam goreng lagi." Bocah itu terlihat senang sekali.
"Sudah ya, kakak pergi dulu."
Pandu mengangguk, Mentari pun keluar dan menemui Alya.
***
Dapat darimana kamu uang sebanyak ini Nak?" tanya Warni heran. Bukannya setiap hari hasil menjual sayur yang Mentari cari dari hutan selalu diberikan kepada dirinya. Bagaimana mungkin Mentari bisa punya tabungan.
"Hasil dari menulisku Bu."
"Menulis?" tanya Warni masih tidak bisa percaya.
"Iya menulis novel online."
"Benarkah?"
"Iya Bik, Meme nulis novel di aplikasi online pakai handphone ini. Jadi apapun yang terjadi kalau bisa jangan sampai menjual handphone milik Mentari," jelas Alya.
Warni langsung bangkit dari duduknya dan memeluk Mentari sambil menepuk-nepuk pundak gadisnya itu. "Terima kasih ya Nak, ibu bangga sama kamu."
"Sama-sama Bu." Mereka mengurai pelukannya.
"Ini buat kamu Dek." Mentari mengulurkan bungkusan ke tangan Pandu dan anak itu langsung menerima dengan sumringah.
"Asyik ini pasti ayam goreng."
"Pandu sudah makan apa belum?"
"Belum, katanya dia nunggu kamu datang."
"Owalah, kalau begitu kakak ambilkan nasi dulu."
"Kalau begitu aku permisi ya Me," pamit Alya.
"Iya Al terima kasih ya. Mau nawarin makan, makanan kami nggak layak buat kamu. Makanya tadi aku pengen beliin kamu, tetapi kamu malah menolak."
"Nggak masalah Me lagipula aku sudah kenyang."
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 277 Episodes
Comments
Femmy Femmy
kasihan..semangat Mentari...insyaAllah kamu pasti sukses💪🙂
2024-05-14
1
Bzaa
Alya definisi sahabat sejati...
semangat otor sukses sll 😘
2024-04-27
1
Lovesekebon
Teman yang bisa jadi sahabat akan faham situasi kondisi kita ☺️
2023-02-16
0