Bab Sebelas. NTC.

Annisa mengurungkan niatnya menghampiri kedua mertuanya. Dia meminta bantuan bibi untuk mengantar cemilan.

Annisa meneruskan memasak. Setelah semua masakan terhidang, Annisa baru memanggil kedua mertuanya.

"Ayah, Ibu, mari makan dulu. Mengobrolnya nanti di sambung."

"Iya,Nak.Ibu juga udah kangen masakanmu."

Kedua orang tua Farhan dan juga dirinya menuju meja makan. Annisa memilih duduk disamping ibu mertuanya.

Lauk yang Annisa masak, sup ayam, sambal terasi, perkedel kentang dan kerupuk udang.(sebenarnya ini lauk kesukaan keluarga, jangan heran menu ini selalu ada di novel mama 🤭🤭)

Tampak Farhan menyantap dengan lahap. Farhan menghabiskan hingga tiga piring nasi.

"Kalau makan kamu begini terus, ibu yakin sebulan lagi badan kamu udah kayak buntelan," ucap Ibu.

"Enak, Bu. Hampir sama rasanya dengan masakan ibu. Nggak salah aku memilih asisten rumah tangga."

"Siapa yang kamu katakan asisten rumah tangga?" tanya Ibu sedikit keras.

"Bibi, emang kenapa,Bu?"

"Apa kamu nggak bisa membedakan masakan Annisa dengan bibi. Ibu tau ini pasti Nissa yang masak. Bukan Begitu Nak, Nissa?" tanya Ibu.

"Iya, Bu. Aku yang masak."

"Apa kamu belum pernah merasakan masakan Annisa? Kamu nggak pernah masak, Nissa?" tanya Ayah.

"Aku masak terus. Cuma terkadang Kak Farhan lembur. Jadi jarang makan di rumah. Mungkin itu yang membuat Kak Farhan lupa rasa masakan aku."

Mendengar jawaban Annisa, Farhan membelalakkan matanya ke arah Annisa. Wanita itu membalasnya dengan tersenyum.

"Kamu harus menghargai masakan istrimu. Sesibuk apapun, usahakan makan masakan istri di rumah. Ayah dari muda selalu begitu. Selalu usahakan makan berdua. Saat makan masakan istri itulah rasa cinta kita bisa makin tumbuh."

"Nggak apa, Ayah. Kak Farhan mungkin harus makan dengan rekan kerja atau temannya. Itu semua untuk kemajuan perusahaan," ucap Annisa.

"Berarti kamu hanya makan sendiri?" tanya Ibu.

"Aku udah terbiasa melakukan semuanya sendiri, Bu."

"Aku sibuk, Bu. Harus lembur. Jika aku harus makan di rumah, bisa kelaparan."

"Kamu bisa makan sedikit di kantor dan melanjutkan makan di rumah, masakan istrimu."

"Annisa pasti mengerti dengan kesibukan aku, betul'kan Nissa."

"Kak Farhan benar, Bu. Jangan kan untuk makan sendiri, semua pekerjaan bisa dan mampu aku lakukan sendiri."

"Farhan, dengarkan Ibu. Punya istri mandiri itu enak, tapi jadi suami jangan terlalu terlena kalau punya istri mandiri. Bahaya, kalau wanita terlalu mandiri."

"Bahaya apa, Bu?" tanya Farhan.

"Kalau apa-apa sudah bisa sendiri, apa gunanya suami? Bisa-bisa gak dianggap, jadi ada nggak ada suami baginya sama saja."

"Kunci rumah tangga bahagia itu harus ada rasa saling, selain saling cinta juga saling membutuhkan satu sama lain. Jadi sebisa mungkin, bagaimana caranya tetap buat istrimu merasa membutuhkanmu, jangan sampai itu memudar meskipun dia istri yang mandiri. Kalau kamu mampu lakukan itu, tak ada alasan baginya untuk tidak menganggapmu dan tidak menghormatimu," nasehat Ibu.

"Ya, Bu."

Setelah makan ayah dan Ibu masuk ke kamar. Annisa terpaksa satu kamar dengan Farhan agar mertuanya tidak curiga.

Annisa mandi dan mengganti baju tidurnya di kamar mandi. Saat keluar, dia melihat Farhan yang duduk di tepi ranjang.

"Apa maksud kamu menyindir aku tadi? Kamu ingin mengatakan pada ibu jika aku nggak pernah menyentuh makananmu?"

"Aku nggak menyindir. Emang Kak Farhan sering lembur'kan? Semua aku katakan agar ibu nggak kaget jika melihat Kak Farhan pulang tengah malam."

"Aku pasti pulang cepat selama ibu di sini. Sherlin masih di luar negeri."

"Oo ... pantas pulang cepat," gumam Annisa tapi masih dapat di dengar Farhan.

"Jangan mulai lagi, Annisa."

"Aku memulai apa? Aku udah janji nggak anak menyebut namanya. Kak Farhan yang memulai."

Annisa mengambil mukena dan melakukan solat malam tanpa pedulikan Farhan lagi. Setelah solat Annisa tidur dengan memunggungi Farhan.

Farhan masih sibuk dengan laptopnya. Dia memandangi Annisa yang tidur di sampingnya.

Tidak berapa lama terdengar ponsel Farhan berdering.

"Sayang, sedang apa?" tanya suara di seberang.

"Baru aja aku selesai mengerjakan berkas kantor yang nggak sempat aku kerjakan tadi."

"Jangan kerja terlalu keras, Sayang. Nanti kamu sakit, siapa yang akan menjaga. Aku masih dua minggu lagi di sini."

"Lama banget, Sayang. Aku udah kangen. Aku makan sendiri jadinya."

"Ada Annisa istrimu yang bisa temani kamu sementara. Namun jangan kebablasan ya. Hanya aku milikmu."

Farhan memandang ke samping. Dia mengira Annisa pasti udah terlelap.

"Aku maunya kamu. Jangan lama ya di sana. Setelah selesai kerjaan, langsung pulang."

"Oke, Sayang. I Love You."

"Love You,too."

Farhan mematikan sambungan ponselnya. Dia meletakkan laptop dan pinsel di nakas samping tempat tidur. Kembali Farhan menatap ke samping.

Tampak rambut hitam Annisa yang panjang tergerai. Bahunya yang putih bersih juga terlihat sangat indah.

Kamu sangat cantik sebenarnya, Nissa. Sayang hatiku telah terpaut dengan Sherlin.

Farhan membaringkan tubuhnya. Mencoba memejamkan mata. Namun, masih sulit baginya menutup mata. Setelah cukup lama barulah dirinya tertidur

Ketika tengah malam Farhan terbangun. Farhan melihat Annisa yang sedang berdoa, pastilah habis melakukan solat malam.

"Ya Tuhan, aku tau semua yang aku jalani ini adalah takdir dari-Mu. Untuk itu aku mohon padamu kuatkan dan tabahkan hatiku dalam menjalani semua ini. Jika Kak Farhan emang bukan terbaik bagiku, jauhkan dia dari hatiku. Jika dirinya memang yang terbaik untukku, bukakan hatinya untuk dapat menerima aku."

Setelah berdoa, Annisa kembali ke tempat tidur. Farhan mendengar jika Annisa terisak. Farhan membuka sedikit matanya, tampak Nissa menghapus air mata yang jatuh dari sudut matanya.

"Jangan menyerah saat doa-doamu belum dijawab. Jika kamu mampu bersabar, Allah mampu memberikan lebih dari apa yang kamu minta. Kau hanya perlu menggunakan waktu menunggumu dengan hal baik. Karena Tuhan itu tahu, kapan waktu yang tepat untuk dia menyentuh hatimu."

"Perjalanan mencari cinta karena Allah terasa lebih tenang tentu berpahala karena senantiasa diawasi agar tidak jatuh di jalan yang salah. Bersabarlah duhai hati suatu hari akan hadir tempat terbaik yang dapat menjadi pelabuhan pertama dan terakhirmu. Allah selalu punya skenario terindah untuk hamba-Nya. Kita hanya perlu bersabar dan ikhlas dalam menanti. Bersyukur atas semua kebaikan dan ujian yang Allah berikan pada kita. Kita hanya perlu menjadi hamba-Nya yang taat."

Annisa membaringkan tubuhmu dengan membelakangi Farhan. Annisa tidak tahu jika Farhan terbangun. Di teriknya selimut menutupi tubuhnya dan mencoba memejamkan mata.

*Maafkan aku, Annisa. Aku tau, aku salah mengikatmu dalam ikatan pernikahan namun mengacuhkan dirimu bagai orang asing. Aku hanya ingin menjaga hati ini untuk satu nama.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ*...

Bersambung

Terpopuler

Comments

Siti Aminah

Siti Aminah

semoga karma cpt menghampirimu farhan

2024-01-01

0

Liiee

Liiee

yg sudah2 mah kalo model biasanya nakal😂😂

2023-11-27

0

Wirda Wati

Wirda Wati

sebelll lihat Farhan..

2023-11-24

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!