Bab. Sepuluh. NTC.

Setelah bubur habis di makan, Farhan keluar dari kamar. Dia duduk di ruang keluarga sambil menonton televisi.

Saat sedang asyik menonton, Farhan di kagetkan dengan kedatangan orang tuanya.

"Selamat malam, Farhan," ucap Ibunya.

Farhan langsung berdiri dan menyalami tangan kedua orang tuanya.

"Ayah, Ibu ... Kenapa nggak beri tau kalau mau datang?" tanya Farhan.

"Ayahmu tiba-tiba kangen, dan langsung mengajak. Ibu mau beri tau, ayahmu melarang. Mau buat kejutan, katanya."

"Duduklah dulu, ayah, ibu. Aku minta bibi buatkan minum dulu."

"Annisa mana? Ibu nggak melihatnya."

"Ada di kamar. Tunggu aku panggilkan. Ayah dan Ibu, duduklah. Pasti capek, perjalanan tujuh jam lebih yang harus ditempuh."

Farhan berjalan menuju kamar tamu yang ditempati Annisa. Farhan membuka pintunya saat Annisa sedang mengganti pakaian.

"Maaf, aku nggak tau jika kamu sedang mengganti pakaian," ucap Farhan.

"Nggak apa, Kak. Nggak dosa kalau melihat tubuhku. Yang berdosa itu kalau melihat aurat wanita lain yang belum ada ikatan apa-apa denganmu."

"Jangan mencari masalah Annisa. Aku tau kamu menyindir Sherlin. Apa salahnya padamu? Selalu saja salah dimatamu. Jika Sherlin berpakaian seksi itu hanya karena tuntutan profesi. Setelah menikah, aku akan meminta dirinya meninggalkan profesi model, dan memakai hijab."

"Yakin dia mau. Mau menikah aja mikir untuk meninggalkan profesinya. Apa lagi nanti kalau udah nikah dan namanya makin tenar?"

"Cukup, Annisa. Aku nggak mau mendengar kamu menjelekkan Sherlin lagi. Kenapa ayah dan ibu selalu memuji dan menyanjung kamu, sopan dan baik, yang aku tau mulutmu busuk. Selalu saja menyalahkan Sherlin. Padahal dia tidak pernah menyinggung kamu."

"Terima kasih karena telah mengingatkan akan busuknya mulutku. Mulai besok aku nggak akan menyebut namanya lagi. Aku lupa jika aku bukan siapa-siapa dan dia segalanya bagimu. Sekali lagi maaf." Annisa menarik napasnya. Dadanya terasa sesak. Dia tidak ingin menangis didepan Farhan.

"Keluarlah ada ayah dan ibuku. Jangan pernah katakan apa yang terjadi semenjak pernikahan. Jangan sampai ayah dan ibu tau jika kita nggak tidur seranjang."

Farhan keluar dari kamar meninggalkan Annisa. Wanita itu terduduk di tepi ranjang. Air mata akhirnya tumpah membasahi pipinya.

"Cara terburuk untuk patah hati adalah dengan memperlihatkan pada orang yang sudah membuat kita patah hati bahwa kita semenyedihkan itu. Jangan! Buktikan bahwa hidup kita lebih baik tanpa dia."

"Kekecewaan hanyalah cara Tuhan untuk mengatakan 'Aku punya sesuatu yang lebih baik'. Sabar, jalani hidup, miliki iman. Pelangi hanya terjadi saat hujan turun. Ketabahan hanya terbentuk saat luka menusuk jiwa. Jangan salahkan orang ketika kamu kecewa, tapi salahkan dirimu sendiri karena terlalu berharap sesuatu yang belum pasti."

Annisa membasuh wajahnya, tidak ingin kedua mertuanya tahu jika dia habis menangis.

Annisa menyapu wajahnya dengan bedak agar terlihat lebih segar. Setelah itu barulah keluar kamar menemui kedua mertuanya.

"Selamat malam, Ayah, Ibu." Annisa mencium tangan kedua mertuanya.

"Kenapa lama keluarnya? Sedang apa kamu tadi?" tanya ibu mertua.

"Aku baru aja selesai mandi, Bu."

"Kenapa kamu keluar dari kamar tamu?" tanya ayah mertua Annisa.

Farhan tampak gugup, dia takut Annisa mengatakan apa yang terjadi semenjak pernikahan.

"Ayah, aku sedang kurang enak badan. Aku ingin sendiri. Kebiasaan aku kalau sakit, nggak suka diganggu."

"Kamu sakit? Sakit apa, Nak?" tanya ibu kuatir.

"Asma lambung aku kambuh, Bu. Sekarang udah mendingan."

"Apakah karena itu kamu menangis?" tanya ibu lagi.

"Menangis?" Annisa balik bertanya.

"Matamu merah, seperti habis menangis."

"Bukan,Bu. Tadi mataku kemasukan bedak."

"Sinilah duduk, ibu kangen banget."

"Ibu pasti lapar. Aku masak dulu. Nanti kita bisa mengobrol lebih lama. Pasti ibu akan menginap beberapa hari'kan?"

"Cuma dua hari. Ibu dan ayah nggak bisa tinggalin toko lama-lama. Nanti pembeli kabur semua."

"Sesekali istirahat. Ayah, lama ya disini," ucap Annisa manja. Annisa memang sudah sangat akrab dengan kedua orang tua Farhan.

"Nggak bisa, Nak. Toko Ayah menjual kebutuhan pokok. Kalau ditinggal lama, takut barang-barang akan kadaluwarsa."

"Baiklah, dua hari juga cukup mengobati kangenku," ucap Nissa.

"Aku masak dulu. Ibu dan ayah bisa istirahat. Setelah masak aku panggil."

"Ayah dan Ibu di sini aja. Mau mengobrol dengan Farhan."

"Baiklah, aku kebelakang dulu."

"Bukankah kamu sakit. Biar bibi saja yang masak. Kamu temani kami ngobrol."

"Aku udah agak mendingan. Jangan kuatir, Bu. Aku ingin masak kesukaan Ibu."

Annisa mengecup pipi ibu mertuanya sebelum ke dapur. Farhan kaget melihat keakraban Annisa dengan ibunya.

Semenjak masuk Sekolah Menengah Atas, Farhan memang tinggal terpisah. Dia jarang pulang ke kampung. Jikapun pulang hanya sehari dua hari. Jadi tidak tahu jika Annisa seakrab itu dengan ibunya.

"Ibu dan Nissa akrab sekali."

"Tentu aja, Farhan. Nissa yang sering masak buat ayah dan ibu. Dia juga yang menjaga jika ibumu sakit. Makanya ibumu merasa kehilangan sejak dia bekerja dan tinggal di kota. Alasan ibumu menjodohkan Annisa karena nggak mau kehilangan sosok anak wanita seperti Annisa."

"Aku nggak tau jika Annisa begitu dekatnya dengan ayah dan Ibu."

"Farhan, kamu nggak menyembunyikan sesuatu dari kami."

"Apa maksud, Ayah?" tanya Farhan.

"Kamu sudah memutuskan hubungan dengan wanita itu'kan?"

"Maksud ayah Sherlin?"

"Ya. Ayah nggak mau kamu menyakiti Annisa dengan masih berhubungan dengan wanita itu. Dia nggak pantas untukmu," ucap Ayah.

"Ayah kamu benar, Farhan. Ibu baru sekali bertemu dengannya, tapi ibu sudah bisa tau jika dia bukan wanita baik. Jika dia wanita baik, pasti akan senang dan menerima saat dilamar. Kamu dan dia bukan sebentar menjalin hubungan. Nggak mungkin pacaran terus."

"Itu karena Sherlin baru merambah dunia model internasional, Bu. Itu sudah lama dia impikan. Nggak mungkin dilepaskan begitu aja."

"Apakah karier lebih penting dari kamu? Tapi sudahlah, kamu sudah mengambil keputusan yang bagus dengan meninggalkan wanita itu dan menikahi Annisa. Di kampung banyak pria yang ingin melamarnya, tapi semua di tolak. Beruntung kamu diterima."

"Jangan kamu sakiti dia. Ayah orang pertama yang akan marah jika tau kamu menyakiti dan melukai hatinya."

Annisa kaget saat mendengar kedua mertuanya ternyata mengetahui hubungan Farhan dengan Serlin.

Annisa yang akan ke depan, untuk memberikan cemilan, mengurungkan niatnya mendengar meraka sedang mengobrol tentang dirinya dan Sherlin.

Ternyata kedua mertuaku mengetahui hubungan Kak Farhan dan Sherlin. Kenapa mereka tidak pernah mengatakan semua itu. Mungkin jika aku tau, aku akan berpikir menerima pernikahan ini. Namun, semua bukan salahnya mertuaku saja. Aku juga salah, kenapa tidak pernah bertanya, apa kak Farhan memiliki kekasih?

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Bersambung

Terpopuler

Comments

Mamah Kekey

Mamah Kekey

adakah kesempatan kedua untuk Farhan untuk anisa

2023-12-06

0

Wahidah Iyda

Wahidah Iyda

Aku Suka..Aku Suka..👏👏

2023-12-04

0

Wirda Wati

Wirda Wati

semoga author mengabulkan permintaanku...
Atha sama Nisa aja 🥰🥰🥰

2023-11-24

5

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!