Bab Dua belas. NTC.

Pagi hari setelah melaksanakan solat subuh, Nissa membuatkan sarapan di bantu bibi. Nissa memasak bihun goreng udang. Nissa juga membuat tempe mendoan.

Setelah semua masak dan dihidangkan di atas meja makan, Annisa masuk ke kamar ingin mandi.

Annisa mengambil pakaian ganti dan masuk ke kamar mandi. Saat Annisa sedang mandi, terdengar pintu kamar mandi di buka.

Annisa yang ingin mengambil handuknya kaget melihat Farhan yang berdiri dihadapannya dengan mata tidak berkedip manatap tubuhnya.

"Kak Farhan mau apa?" tanya Annisa menutup tubuhnya dengan handuk.

"Apa kamu nggak bisa mengunci pintu kamar mandi? Untung hanya aku yang masuk," ucap Farhan.

"Apa kak Farhan lupa, jika pintu kamar mandi ini nggak bisa di kunci?"

Farhan baru ingat jika pintu kamar mandinya rusak. Dia tidak memperbaiki karena kamar mandi berada di dalam kamar utama. Farhan pikir, tidak akan ada yang masuk kecuali dirinya sendiri.

"Keluarlah, Kak Farhan! Aku mau mandi."

"Maaf," ucap Farhan menelan air liurnya melihat tubuh mulus Annisa. Setelah Farhan keluar, Annisa menutup pintu kamar mandi segera.

Setengah jam kemudian, Annisa keluar dengan pakaian kerja. Farhan yang sedang memainkan ponselnya melirik ke arah Annisa yang sedang dandan.

"Apakah harus dandan jika kerja di perusahaan Atha?" tanya Farhan.

"Apakah di perusahaan kak Farhan karyawan boleh berpenampilan kucil?" Annisa balik bertanya.

Farhan hanya diam, tidak bisa menjawab. Dia pura-pura membetulkan dasinya. Annisa mendekati dan membantunya.

"Sarapanlah. Aku juga mau berangkat kerja."

Annisa keluar diikuti Farhan di belakangnya. Ternyata di meja makan telah duduk ayah dan Ibu Farhan.

"Selamat Pagi, Ayah, Ibu."

"Selamat pagi, Nak. Kamu mau kemana?" tanya Ibu.

"Aku mau pergi kerja, Bu."

"Kamu kerja? Apa Farhan tidak memberikan uang nafkah untukmu?" tanya Ayah.

"Ada,Yah.Cuma aku merasa kesepian di rumah. Dari pada buang waktu percuma dengan melamun. Mending aku kerja. Ilmuku dapat aku praktikan, dan juga aku jadi nggak bosan di rumah."

Farhan dan lainnya sarapan dengan lahap. Semua yang Annisa masak habis tanpa sisa. Ibu tersenyum senang melihatnya.

"Ibu senang melihat kamu makan dengan lahap. Annisa emang pintar masak," ucap Ibu.

Farhan tersedak mendengar ucapan Ibu. Farhan tidak tahu jika yang memasak Annisa. Dia pikir bibi yang masak.

Masakan Annisa emang enak. Aku pikir tadi bibi yang masak.

Setelah makan Annisa pamit pada orang tuanya Farhan.

"Ayah, Ibu, aku pamit." Nissa mencium tangan kedua mertuanya.

"Kamu pergi dengan Farhan'kan?" tanya Ibu. Ibu bertanya karena melihat Farhan yang masih santai.

"Aku pakai taksi, Bu."

"Kenapa nggak di antar Farhan? Farhan, kamu seharusnya mengantar Annisa. Sebagai suami itu tanggung jawabmu. Menjaga istrimu. Apa kamu nggak takut ada orang berniat jahat dengan istrimu?"

"Kantor Kak Farhan dengan kantorku berlawanan arah, lebih praktis dan menghemat waktu dengan taksi," ucap Annisa.

"Walau berlawanan arah, tetap harus di antar istrimu Farhan."

"Iya, Bu. Kalau begitu aku pamit," ucap Farhan dan mencium kedua tangan orang tuanya.

Farhan berjalan menuju mobilnya diikuti oleh Annisa. Wanita itu masuk ke mobil Farhan dengan terpaksa.

Farhan dan Annisa hanya diam tanpa suara sepanjang perjalanan. Ketika sampai di persimpangan yang menuju kantornya, Annisa minta berhenti.

"Aku berhenti di sini. Biar Kak Farhan bisa langsung jalan lurus aja."

"Aku ini pria yang bertanggung jawab. Nggak mungkin aku menurunkan kamu di sini. Aku akan mengantar kamu hingga sampai tujuan."

"Nggak perlu, Kak. Aku nggak mau merepotkan."

"Jika aku turunkan kamu di sini, apa nanti kamu nggak akan mengadu dengan ayah dan ibu?" tanya Farhan.

"Mengadu? Apa Kak Farhan ada mendengar aku mengadu pada ayah dan ibu? Jika aku ingin mengadu, pasti udah aku katakan pada mereka apa yang telah kamu lakukan padaku!" ucap Annisa dengan sedikit emosi.

"Kamu mengatakan aku sering lembur. Kamu pergi dengan taksi. Apa itu bukan mengadu namanya?" ucap Farhan. Saat ini Farhan telah menepikan mobilnya di pinggir jalan.

"Aku nggak mengadu. Aku mengatakan apa yang terjadi pada Ibu karena dia bertanya. Apa aku harus berbohong?" tanya Annisa dengan suara tinggi.

"Baru kerja satu minggu, nada suara kamu sudah meninggi."

"Kak Farhan mau apa? Apa aku harus menunduk dan patuh terus pada Kak Farhan walau harga diriku diinjak. Sabar itu bukan berarti kita mau menerima semua yang dilakukan orang pada kita."

"Sabar bukan berarti lambat, bukan juga hilang ketegasan, kesabaran adalah memilih waktu yang paling tepat untuk segera bertindak," ucap Annisa selanjutnya.

Ketika Farhan ingin menjawab ucapan Annisa, kaca mobilnya diketuk seseorang. Farhan menurunkan sedikit kaca mobilnya. Tampak Atha tersenyum.

"Ada yang bisa aku bantu? Kenapa mobilmu berhenti?" tanya Atha.

Atha melihat mobil Farhan yang dipinggirkan ke tepi jalan, Atha berpikir jika mobilnya Farhan mogok. Atha berhenti karena ingin menolong Farhan.

"Nggak ada. Aku hanya sedang bicara dengan istriku."

"Istrimu? Maaf jika aku mengganggu. Aku pikir mobilnya mogok."

"Aku rajin merawat mobilku. Jadi nggak akan mogok," ucap Farhan.

"Maaf, Kak. Aku pamit. Aku ikut Pak Atha aja." Tanpa menunggu jawaban dari Farhan, Annisa keluar dari mobil.

Annisa menghampiri Atha. Pria itu kaget saat melihat Annisa keluar dari mobil Farhan.

"Kamu yang ada di dalam mobil Farhan?"

"Iya, Pak. Aku boleh ikut bapak aja."

"Tentu, masuklah!"

Annisa masuk ke mobil Atha. Dia duduk di kursi belakang. Atha masuk mobil dan menjalankan dengan pelan. Awal dia pergi dengan Annisa, Atha sempat protes saat wanita itu memilih duduk di jok belakang. Namun, mendengar jawaban Annisa yang mengatakan jika itu untuk menjaga nama baik kami berdua. Atha mengerti.

Sepanjang jalan keduanya hanya diam tanpa ada yang bicara. Keduanya larut dengan pikiran mereka masing-masing.

Annisa ingat perdebatan dirinya dan Farhan tadi. Annisa berpikir, apakah benar jika tadi dirinya keterlaluan dengan meninggikan suaranya.

Bukanlah kesabaran jika masih mempunyai batas dan bukanlah keikhlasan jika masih merasakan sakit. Aku akan terus bersabar, bahkan sampai kesabaran itu sendiri merasa lelah dengan kesabaranku."

Atha melirik kebelakang, tampak Annisa yang sedang melamun.

"Nissa," panggil Atha dengan suara sedikit keras, membuat Annisa kaget.

"Ya, ada apa Pak?"

"Tadi saat aku bertanya kenapa mobilnya Farhan berhenti, dia menjawab sedang mengobrol dengan istrinya."

Atha menghentikan ucapannya, setelah menarik napas lega. Barulah dia kembali bersuara.

"Apa kamu istrinya Farhan?" tanya Atha.

Annisa hanya diam karena kaget, tidak tahu harus berkata apa.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Selamat Pagi NIKAH TANPA CINTA lover. Apa yang akan Annisa jawab? Apakah jujur atau berbohong? Nantikan terus kelanjutan novel ini.

Terpopuler

Comments

Dalifah Yunus

Dalifah Yunus

wejangan yang positif 👍

2023-12-23

0

Wirda Wati

Wirda Wati

jujur itu lebih baik...
biar Atha tau dia menyia Nyiakan Nisa.

2023-11-24

0

DenMasHerryGrp

DenMasHerryGrp

ya harus jujur wlw blm saling menerima..nanti mlh panjang ayatnya...lbh baik jujur

2023-11-23

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!