Setelah berbincang bincang serius dengan kakek Djoko. Anin dan Siska memutuskan pulang karna hari sudah mulai gelap dan tak mau kedua orang tua mereka gelisah menunggu kepulangan mereka.
Sepanjang perjalanan Anin dan Siska terus terngiang ngiang dengan ucapan kakek Djoko tentang buku tua yang konon membawa siapa saja yang memiliki buku ini akan mendapatkan pembelajaran hidup. Untuk yang masih hidup.
Anin dan Siska pulang menggunakan mobil Siska, karena arah pulang Anin satu arah. Jadi memutuskan pulang bersama. Mereka mengobrol satu sama lain untuk mengisi waktu senggang agar tidak menimbulkan rasa bosan.
" Kok gue jadi takut gini ya Nin " curhat Siska sembari mengendarai mobil.
" Takut yang gimana Sis? bukan nya elu paling anti yang nama nya takut. Kan elu cewek strong, stres tak tertolong. Hahaha...." ujar Anin dengan santai tak di bawa serius.
Duk!!... Siska meninju lengan Anin " elu mah gitu. Teman lagi takut tuh di hibur bukan di becandain, huh! dasar " kini mobil Siska sudah berhenti di depan rumah Anin.
" Turun di sini apa di depan gang sono, mumpung di sono lampu nya mati " ucap Siska yang kini balik bercanda.
" Ogah " menutup pintu mobil dengan suara kencang.
" Hahaha...kenapa takut neng " ujar Siska sambil menurunkan kaca mobil.
" Auh " mengangkat bibir nya disertai menghentakkan kedua kaki.
" Btw besok masuk apa enggak?. Kan ujian nya udah selesai " Siska yang masih di dalam mobil.
" Masuk aja lah, toh dapat uang jajan. Kalau enggak masuk enggak dapat pemasukan uang jajan " imbuh Anin yang berdiri di samping pagar rumah nya.
" Ok deh, sampai ketemu besok. Gue pulang dulu " menaikan kaca mobil.
Tin ( Siska mengeklakson mobil )
" Ya hati hati di jalan " melambaikan tangan ke atas.
...****************...
Pagi hari Anin , Siska dan Arumi telah tiba di sekolahan pada jam setengah tujuh pagi. Mereka datang secara bersamaan tapi tidak ada kata janjian. Jadi mereka secara tidak sengaja datang di jam yang sama.
Anin menengadah ke langit " kok mendung di jam segini. Biasa nya enggak deh "
" Biarin hujan toh hujan nya masih air kenapa di bikin pusing " timpal Arumi yang sudah masuk ke dalam kawasan sekolah.
Posisi Siska yang berjalan paling akhir, sebelum masuk Siska menepuk pundak Anin " sadar...uy. Dari tadi gue perhatiin lihat ke atas, awas nanti pala mu jatuh kan ngeri "
" Huh!! dasar masa udah cantik bahenol gini pala nya jatuh " umpat Anin yang mengikuti langkah Siska menuju ke dalam gerbang sekolah.
" Ini sepi apa gimana? biasa nya jam segini udah ada orang yang berlalu lalang di halaman sekolah. Kok ini mendadak sepi pada kemana semua " mereka bertiga berhenti tepat di halaman sekolah uang bisanya di gunakan untuk upacara bendera.
" Lah iya. Benar kata elu terus lorong kelas atas biasa nya orang orang pada bercanda gurau di dekat pembatas pagar lah ini pada enggak ada. Secara udah jam setengah tujuh masa iya belum ada yang datang " sahut Siska.
Arumi hanya mendengarkan ocehan kedua sahabatnya. Ia memilih jalan terlebih dahulu " ayo masuk ke dalam hujan mau turun " tanpa menengok ke belakang.
Dan benar saja hujan gerimis mulai berjatuhan membasahi bumi. Anin , Siska dan Arumi sedikit berlari masuk ke dalam untuk menghindar yang nama nya air hujan.
Drap....drap.... suara langkah kaki mereka terdengar jelas di setiap lorong kelas bagian bawah. Tak ada suara aktivitas murid lain nya hanya terdengar suara langkah mereka saja dan suara tetesan air hujan.
" Sis kok aneh ya hari ini. Biasa nya murid kelas tujuh tuh di kenal paling rame kan, kok ini mendadak sunyi sepi gini lampu pada hidup semua tapi orang orang nya pada kemana? ini sekolah apa di tempat mana sih kayak asing gitu suasana nya " menggenggam lengan Siska agar tidak ketinggalan jalan nya.
" Hmm..gue rasa gitu Nin tapi berpikir positif aja dulu, toh masih pagi jangan mikir yang aneh aneh "menyentil kening Anin.
Arumi yang jalan nya ada di depan merasakan ada yang tidak beres di area sekolahan nya. Ia menghentikan jalan nya yang secara tiba tiba.
" Guys kita putar balik ke arah mushola " Arumi membalik tubuh nya menghadap sahabatnya. Tanpa basa basi Arumi menarik kedua tangan sahabat nya.
Dalam langkah kaki nya jantung nya berpacu sangat kencang " jangan tengok ke belakang siapa pun itu "
Arah jalan yang tadi menuju mushola terbilang cukup jauh. Harus melewati ruang perpustakaan dan taman sekolah.
" Fuuh..." Arumi mengatur nafas nya untuk sekedar menenangkan hati dan jiwa.
" Sis tolong tutup pintu dan jendela yang ada di sini " Arumi berbicara sambil meletakan tas nya ke bawah.
" Ada apa sebenar nya Rum? apa yang kau sembunyi kan dari kita. Tolong bicara nya jujur dengan kita " ucap Anin yang ikut ikut meletakan tas di sebelah tas Arumi.
" Udah gue tutup Rum " Siska berjalan mendekat ke arah Arumi.
" Duduk dulu di sini " menepuk sisi kanan kiri.
Siska , Anin menuruti ucapan Arumi mereka duduk bersila di bawah dengan pola lingkaran kecil.
" Ok gue akan bicara. Tapi kita harus mengucapkan syahadat nabi Muhammad sebanyak tiga kali dalam hati " Arumi memejamkan kedua mata dan langsung di ikuti sama Anin dan Siska.
Lima menit kemudian... mereka telah membuka kedua mata nya.
" Anin , Siska buka mata batin kalian fokuskan pada batin kalian pejamkan mata "
" Udah " ucap mereka serempak.
Astaghfirullah!!.... Anin dan Siska berucap dengan keras sambil membekap mulut nya sendiri. Setelah melihat kondisi sekolah yang mereka tempati.
" Rum kenapa kita di kepung kayak gini " Siska mengedarkan pandangan nya ke luar area musholla.
" Kita masuk ke dunia mereka Rum, gimana ini " mencengkram erat rok panjang nya.
Arumi menghela nafas " itulah gue membawa kalian ke sini agar makhluk di luar sana tidak berani masuk karna kita tadi sempat berdoa. Kita sementara berdiam diri di sini. Kita lengah masuk ke dalam dimensi ' mereka ' tunggu ada bala bantuan dari manusia. Jangan ada yang keluar dari musholla nanti tidak bisa kembali pulang tetap di sisi gue "
Siska mengeluarkan ponsel nya yang ada di dalam tas " kok enggak ada sinyal " ponsel nya terus di goyang goyangkan.
" Masa sih " timpal Anin yang tidak percaya.
" Jangan panik itu sudah biasa karna di dimensi sebelah tidak ada sinyal. Dan gue akan ngomong tentang buku yang kemarin " Arumi mengeluarkan buku kuno yang di simpan di dalam tas.
" Kemarin malam buku ini menyala sendiri pada jam tiga dini hari, enggak ada angin tiba tiba buku ini membuka sendiri " menatap Anin dan Siska.
" Gue samperin buku itu ternyata buku nya sudah terbuka dan aneh nya yang tadi sore nya lembaran ini tidak ada tulisan, tiba tiba muncul tulisan aksara Jawa yang warna nya seperti darah yang di baca SUNYI " dengan suara lirih sambil menunjukan lembaran yang di maksud oleh Arumi.
" Sebelum buku ini menyala elu ada firasat apa enggak? " Anin bertanya kepada Arumi.
Arumi mengangguk lemas " ada "
" Apa? " tanya Siska yang sudah merasakan hawa dingin yang menusuk ke dalam sumsum tulang.
" Gue tidak bisa tidur sampai jam dua terus enggak lama gue mimpi berada di alam yang sangat sepi seperti di sebuah gurun pasir tapi cuaca nya enggak panas malah dingin seperti di dataran tinggi "
" Mampus gue " umpat Siska yang umpatan nya di dengarkan oleh Anin dan Arumi.
Anin Dan Arumi mengerutkan kedua alis sebagai tanda tanya. Hal itu Siska tanggap akan perubahan ekspresi kedua sahabatnya.
" Gue mimpi di suatu tempat yang sangat gelap tanpa ada penerangan cahaya sedikit pun. Gue sadar kalau gue itu lagi mimpi tapi, gue nggak bisa bangun sampai gue berdoa dengan suara yang keras agar terbebas dari mimpi buruk gue. Hingga gue bangun tepat jam tiga dini hari "
" Apa mendung ini ada kaitan nya sama ini? " Anin mengaitkan dengan cuaca mendung pagi ini dengan peristiwa yang dialami mereka saat ini.
" He'em elu benar apa yang elu ucapkan. Dimensi sebelah suasana nya seperti sore menjelang magrib tidak pagi dan tidak malam. Maka dari itu kita berdoa bersama agar bisa keluar dari dimensi ini " Arumi memegang erat telapak tangan kedua sahabatnya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments