"Jadi tugas Mama apa?"
"Kalau bisa lamarkan Fisya untuk Rayan."
"Gila kamu ya Ray! Fisya itu sudah mau menikah dengan Alqan. Kamu jangan coba-coba untuk merusak hubungan orang lain! Jangan pernah menjadi orang ketiga! Kamu pasti tahu rasanya sakit itu bagaimana. Bukankah kamu sudah pernah melihat bagaimana Mama menanggung rasa sakit saat itu, hanya gara-gara kedatangan Via? kamu tidak lupa 'kan Ray?"
Seketika itu Brayan menatap nanar ke arah mamanya. Bukan maksud ingin menjadi orang ketiga, tetapi Brayan benar-benar tidak ikhlas jika Fisya sampai menikah dengan Alqan, pria yang tidak mencintainya.
"Maksud Rayan bukan seperti itu, Ma. Alqan itu bukan pria yang baik. Dia hanya mempermainkan Fisya. Bahkan dia memiliki wanita lain saat statusnya sudah bertunangan dengan Fisya."
"Kamu jangan sembarangan menuduh ya Ray! Alqan ikut orang baik. Kamu boleh tidak menyukai orang lain, tetapi jangan memfitnah orang. Dosa besar tahu!"
Brayan hanya bisa mengacak kasar rambutnya saat sang Mama tidak percaya. Jika mamanya saja tidak percaya apalagi dengan Fisya sendiri. Jika Brayan mengatakan Alqan bukan pria baik pasti mereka tidak akan setuju, karena kebusukannya masih tertutup rapat.
"Sudahlah, Ma. Rayan jelaskan pun Mama tidak akan percaya dengan ucapkan Rayan."
Sesampainya di rumah Rayan segera membersihkan diri. Begitu juga dengan Nuri yang ternyata sudah disambut hangat oleh suaminya.
"Kenapa? Kok rasa-rasanya aku mencium aroma gosong?" sindir Agung.
"Tanya sendiri sama anak kamu yang mau menjadi orang ketiga dalam hubungan Fisya. Bisa-bisanya dia mau jadi orang ketiga, Mas!"
"Memangnya ada apa?"
Nuri segera menceritakan permintaan konyol dari anaknya. Sebenarnya Nuri juga ingin melihat Brayan bisa bersanding dengan Fisya. Namun, mengingat saat ini Fisya sudah bertunangan dengan orang lain dan sebentar lagi akan menikah, Nuri tidak bisa mengabulkan permintaan Brayan. Itu sama saja dia mendukung anaknya untuk menjadi orang ketiga dan perlu digaris bawahi bahwa Nuri sangat membenci orang ketiga.
"Anak muda zaman sekarang memang seperti itu. Sudahlah ikuti saja alurnya, jika memang mereka berjodoh, Allah pasti akan menjodohkan mereka."
**
Angin malam berhembus dingin, menyapu kulit hingga ke tulang. Di bawah bulan yang memancarkan cahayanya, Fisya menatap langit yang bertaburan bintang luas di angkasa.
Tak hentinya dia mengucapkan kata syukur saat Abinya telah memutuskan untuk membatalkan perjodohan dirinya dengan Alqan. Saat ini juga Fisya tidak perlu berpura-pura lagi untuk bahagia bersama dengan Alqan, karena Allah sendiri telah membukakan jalan untuknya, bahagia di jalannya sendiri.
"Aku tidak tahu dengan perasaanku, yang aku tahu aku telah nyaman berada disisi Rayan. Katakanlah saja jika aku telah termakan karma akibat kenakalanku saat itu. Saat dimana aku benar-benar sangat membenci Rayan, tetapi lihatlah saat ini. Aku tidak bisa berhenti untuk memikirkan dirinya, meskipun kami berdua telah terpisah selama 4 tahun. Nyatanya Rayan masih hidup di dalam pikiranku, hingga pada akhirnya dia datang kembali di hadapanku."
Fisya sengaja duduk di teras rumah. Selain untuk melihat kuasa Sang pencipta dia juga ingin menghirup angin malam agar pikirannya menjadi lebih tenang.
"Kamu ngapain di sini, Sya?" Umi dan Abi yang baru saja pulang dari masjid merasa terkejut saat mendapati sang putri tengah duduk bersandar di undukan anak tangga
"Eh, Umi ... Abi ...." Fisya tersentak lalu menyelami kedua orang tuanya.
"Kamu ngapain malam-malam di luar?" tanya Umi lagi.
"Lagi lihatin bulan dan bintang Umi," jawab Fisya.
Umi pun segera mengajak Fisya untuk masuk ke dalam rumah. Karena dia menganggap jika angin malam tidak bagus untuk kesehatan.
"Sya, apakah kamu belum terima jika perjodohan ini dibatalkan?" tanya Abi yang merasa sedikit bersalah kepada Fisya.
Fisya segera mendongak lalu menggeleng. "Tidak Abi, Fisya tidak meratapi perjodohan ini karena Fisya tahu jika Mas Alqan bukanlah jodoh Fisya. Allah pasti telah menyiapkan yang lebih baik daripada mas Alqan, bukan begitu Umi?"
Umi yang ditatap oleh Fisya hanya menyendikan bahunya. "Semoga saja begitu."
"Udah dong, Abi enggak usah merasa bersalah. Fisya tidak apa-apa tidak berjodoh dengan mas Alqan. Abi harus percaya jika Mas Alqan itu bukan jodohnya Fisya. Jodoh Fisya bentar lagi datang."
Sebelum Abi dan Umi memberondong pertanyaan, Fisya cepat-cepat meninggalkan kedua orang tuanya menuju kamar.
"Sya ... maksud kamu apa?" teriak Uminya.
"Apakah selama ini, Fisya diam-diam sudah memiliki calonnya sendiri? Dan dengan egois Abi malah menjodohkannya dengan pria brengsek itu?" Abi bergumam sambil menatap kepergian Fisya.
***
Sebuah hari yang telah ditunggu-tunggu oleh seorang Brayan dimana dia akan bertemu lagi dengan teman-teman lamanya. Apalagi mereka berusaha untuk bisa hadir dalam acara reuni yang diadakan oleh Brayan di sebuah restoran ternama. Brayan sengaja memesan restoran itu untuk acara reuni mereka.
Sudah berulang kali Rayan melihat pantulan dirinya di kaca besar. Beberapa baju juga telah terlempar di atas kasur, tetapi Brayan masih belum puas akan penampilannya.
"Ini lebih keren." Brayan memuji dirinya sendiri saat penampilannya dianggap sudah sempurna.
"Pa, mana kunci mobil?" tanya Brayan kepada papanya yang sedang menonton televisi.
"Kunci mobil siapa yang kamu tanyakan? Memangnya kamu punya mobil?"
"Maksud Rayan kunci mobilnya Riyan dimana, kok enggak ada di tempatnya?"
"Kalau tidak berada di tempatnya berarti mobilnya juga tidak ada, kamu ini gimana sih Ray!"
Saat itu juga Rayan baru menyadari jika Riyan baru saja pergi menggunakan mobilnya. Lalu bagaimana dengan nasibnya selanjutnya? Tidak mungkin dia menjemput Fisya menggunakan motor besarnya.
"Ya sudah kunci mobil Papa saja mana?"
"Kamu mau ke mana kok sudah rapi sekali, jangan-jangan kamu mau ngapelin Fisya ya? Awas aja kalau sampai mamamu tahu, bisa-bisa kamu langsung di kunciin didalam kamar."
"Kalau Papa enggak cerita sama mama, mana mungkin mama bisa tahu," bisik Brayan pelan. "Sekarang dimana kuncinya Pa, aku nanti bisa terlambat," sambungnya lagi.
Agung hanya bisa pasrah saat memberikan kunci mobil kepada anaknya. Saat ini Brayan memang belum memiliki mobil sendiri, karena Brayan masih nyama menggunakan motor besar sebagai kendaraannya.
Mobil yang dikendarai oleh Brayan pun akhirnya telah berhenti di depan rumah Fisya. Dengan membuang napas beratnya Brayan memberanikan diri untuk mengetuk pintu rumah Fisya.
"Bismillahirrahmanirrahim, semoga Abinya Fisya enggak marah kalau anaknya aku bawa pergi sebentar. Kalau marah, minta di kawinkan langsung aja. Eh, Nikah maksudnya." Brayan menertawakan dirinya sendiri sebelum mengetuk pintu.
...~~~...
...🌹BERSAMBUNG🌹...
...Jangan Lupa Dukungan untuk novel ini....
...Cukup Like dan Komen sudah membuat Author bahagia 🙏...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Rahmat
mohon maaf, bila diperhatikan penulisan kalimat kadang ada yg salah contoh awal nama, jadi kadang membacanya bingung, maksudnya apa
2023-06-04
2
Amanah Amanah
pastinya seneng Doong abynya fisya
2023-01-01
0
🅰️Rion bee 🐝
ahahaa itu sih maumu ray,dimarahin terus langsung suruh nikah 😄😄😄
2022-07-05
3