Kata-kata cinta terucap indah ....
Mengalir berzikir di kidung doaku
Sakit yang kurasa biar jadi penawar dosaku
Butir-butir cinta air mataku ....
Teringat semua yang Kau beri untukku
Ampuni khilaf dan salah selama ini
Ya Ilahi, Muhasabah cintaku
...~~~...
Sebuah lagu favorit itu akan selalu di putar oleh Brayan saat melakukan perjalanan ke pondok. Lagu yang sangat berkesan, karena setiap kata-katanya mewakili hati dan perasaan saat ini.
Setiap mendengarkan lagu tersebut, Brayan pasti akan selalu mengingat wajah Fisya. Wajah yang tidak akan pernah hilang dari ingatannya.
"Ray, dari tadi kenapa hanya satu lagu diputar berulang-ulang?" tanya mamanya yang sudah merasa bosan dengan lagu yang diputar oleh Brayan selama di dalam mobil.
Hari ini, Brayan sengaja menggunakan mobil untuk berangkat ke pondok karena permintaan dari mamanya.
"Itu lagu bagus, Ma."
"Iya, Mama juga tahu kalau itu lagunya bagus. Tapi enggak harus diulang terus-menerus 'kan Ray?"
"Udah Mama dengerin aja. Pokoknya itu lagu bagus."
Nuri hanya menggeleng pelan. Lebih baik dirinya mengalah daripada meributkan sesuatu yang tidak penting.
"Terserah kamu sajalah Ray."
Hanya memerlukan waktu kurang lebih 10 menit, mobil Brayan sudah berhenti di depan butik milik Fisya. Dengan cepat, Brayan membukakan pintu mobil untuk sang mamanya. Kali ini dia terlihat sangat semangat untuk masuk ke dalam butik.
"Kamu kenapa Ray, kayak baru ketiban bulan, aja," sindir mamanya.
"Memangnya kalau ketiban bulan akan ceria seperti ini, Ma. Rayan belum pernah mendengar orang ketimpa bulan deh. Yang ada ketimpa durian." Brayan tertawa kecil sambil mengikuti langkah mamanya.
"Ya kali aja tadi malam, ada bulan jatuh di kamarmu."
"Ah, sudah, Ma! Katanya Mama mau ambil pesanan Mama. Cepetan deh, nanti Rayan bisa terlambat."
Nuri segera menanyakan keberadaan Fisya kepada pelayan Butik. Seperti biasa Nuri pasti akan diarahkan untuk langsung masuk ke dalam ruangan Fisya.
"Ma, tunggu! Rayan ikut ya." teriak Rayan saat melihat mamanya hendak membuka pintu ruangan Fisya.
Tok ... tok ...
"Assalamualaikum."
Di dalam sana Fisya segera membalas salam lalu berjalan ke arah pintu untuk menyambut pelanggan setianya.
"Tan ...." ucapan Fisya tertahan saat dia melihat sosok yang ada di belakang Nuri. Siapa lagi jika bukan Brayan.
"Rayan." Bibir Fisya menyungging indah saat melihat sosok Brayan di depannya saat ini.
Brayan juga tersenyum malu-malu saat ditatap langsung oleh Fisya. Lagi-lagi detak jantungnya harus bergemuruh tak karuan.
Dasar jantung payah! gerutu Brayan dalam hati.
"Kamu enggak ngajar?" tanya Fisya kembali.
"Ini mau berangkat. Tapi Mama minta diantarkan ke sini untuk mengambil pesanannya. Kebetulan juga Mama juga mau ikut ke pondok," jawab Brayan cepat.
"Sya, katanya pesanan Tante udah bisa diambil. Mana ya?"
Fisya langsung tersadar jika ada namanya Brayan di depannya. Dengan detak jantung pun yang malah berdebar. Tak ingin menimbulkan pertanyaan lain dari mamanya Brayan, dia langsung mengambilkan sebuah kain yang telah dipesan oleh mamanya Brayan.
"Nanti kalau tidak sesuai Tante boleh refund seperti biasa."
"Gampang itu. Ya sudah kami langsung pergi dulu ya."
"Ray, ayo!" seru mamanya saat Brayan masih membeku di tempat.
"Sya, aku pergi dulu ya. Assalamualaikum."
Brayan menatap lekat manik mata hitam lekat yang tak pernah bisa hilang dari ingatannya.
"Wa'alaikumsalam. Hati-hati ya!"
***
Lagi dan Lagi Nuri harus mendengarkan lagu musahabah cinta yang diputar oleh Brayan. Memang lagunya sangat menyentuh hati, tetapi Nuri sendiri merasa bosan jika hanya itu-itu saja lagu yang didengarkan. Nuri tidak tahu saat ini anaknya sedang dekat dengan siapa, yang pasti lagu itu adalah gambaran dari suasana hati Brayan.
Tidak memakan waktu lama, mobil yang dikemudikan oleh Brayan telah masuk ke halaman pondok.
"Mama ke ruangan Bu Nisa dulu ya." Nuri meninggalkan Rayan yang masih membenarkan pakaiannya. Meskipun hanya menggunakan pakaian biasa, tetapi auranya ketampanannya tidak pernah hilang.
Dua jam telah berlalu. Saat tiba waktu istirahat, Brayan segera mencari keberadaan mamanya yang saat berada di ruangan sang pengelola pondok. Disana sudah ada Pak Dzaki dan Bu Nisa yang bercengkerama hangat bersama mamanya.
Nuri memang sering mengunjungi pondok, karena selain dia adalah donatur tetap di pondok dia juga sering mengisi acara kegiatan pondok. Dan hari ini ternyata ada tausiyah bersama anak pondok yang akan diisi oleh Nuri selepas shalat Dzuhur.
"Jadi setelah ini apa acara Nak Rayan selanjutnya? Masih ingin mengembangkan sayap atau akan segera mencari pendamping hidup?" tanya Pak Dzaki santai.
"Mending kalau sudah ada langsung, dihalalkan saja biar tidak menambah dosa. Dosa itu bukan hanya berzina saja. Tidak perlu ibu jelaskan pasti nak Rayan juga sudah tahu kan macam-macam zina itu seperti apa?" timpal Bu Nisa.
"Kalau saya pribadi, saya menginginkan anak-anak saya cepat untuk menikah. Karena dengan begitu di rumah tidak akan sepi lagi. Tapi sepertinya mereka tidak pernah memikirkan perasaan mamanya yang selalu kesepian. Punya dua orang anak, yang satu keluyuran enggak pernah pulang dan yang satu lagi masih mau mengembangkan sayapnya di sini, lalu mamanya hanya di rumah sendirian." Nuri manghembuskan napas pelan sambil memasang wajah kecewa.
"Mama apaan sih," sungut Brayan yang merasa malu dengan pak Dzaki dan Bu Nisa.
Pak Dzaki dan Bu Nisa malah menertawakan saat Brayan memasang wajah cemberut.
"Jadi bagaimana, kamu masih musuhan sama Nafisya atau sudah baikan? Jangan sampai doa teman-temanmu itu terkabul," goda Bu Nisa. "Tapi biasanya doa orang yang tersakiti itu akan lebih mujarab dan akan diijabah oleh Allah, entah itu kapan, tapi itu pasti," lanjut Bu Nisa lagi.
Nuri yang mendengar penuturan Bu Nisa merasa penasaran dengan cerita Brayan semasa masih berada di pondok. Selama ini Nuri tidak pernah ingin tahu apa yang dilakukan oleh anaknya, tetapi tiba-tiba saja Nuri merasa tertarik saat Bu Nisa menyebut nama Fisya.
Nuri tetaplah seorang wanita yang selalu ingin tahu. Sejenak, Nuri mendengarkan cerita bu Nisa tentang kelakuan Brayan saat masih bersekolah dahulu.
Setelah mendengarkan pengakuan dari Bu Nisa, tak hentinya Nuri meledek sang anak. Apalagi saat Nuri mengetahui siapa Fisya yang dimaksud oleh Bu Nisa.
"Mama tidak habis pikir ternyata kamu tidak jauh dari Mama dulu sewaktu masih sekolah. Tetapi saat itu Mama tidak sejahil kamu. Mama hanya akan menyerang ketika ada seseorang yang menyerang Mama lebih dahulu, tidak seperti kamu," ejek Nuri.
"Ma, sudahlah jangan dibahas lagi. Yang lalu biarlah berlalu."
Berada di pondok hampir satu hari membuat Nuri lupa waktu karena dia terlena dengan suasana pondok. Siapa yang menyangka jika hari sudah memasuki shalat Ashar dan sepertinya Brayan juga akan segera pulang. Nuri hanya memberikan sedikit tausiyah kepada murid perempuan setiap hari Jumat. Dan kegiatan ini hanya diikuti khusus murid perempuan saja.
"Ma, Rayan mempunyai bisnis yang harus Mama tangani, apakah Mama setuju untuk membantu bisnis Rayan?" Di tengah perjalanan pulang, tiba-tiba Rayan menawarkan sebuah bisnis kepada mamanya.
"Bisnis apa itu Ray? Menguntungkan apa tidak? Jika merugikan, Mama tidak bisa membantu," jelas mamanya.
"Pasti sangat menguntungkan untuk Mama. Kalau mama setuju Rayan akan memberikan instruksi kepada Mama saat ini juga, bagaimana?"
"Baiklah tidak masalah," jawab Nuri cepat.
Brayan sudah mengulum senyum di bibirnya terlebih dahulu, sebelum mengatakan bisnis yang akan diberikan kepada mamanya.
Setelah menghembuskan napas kasarnya Brayan berkata kepada mamanya, "Baiklah berhubung Mama sudah bersedia untuk menjadi partner bisnis Rayan, maka tugas Mama adalah membantu Rayan untuk bisa mendapatkan hati Fisya, bagaimana? Mama bersedia kan? Harus bersedia dong!"
Mata Nuri langsung membulat dengan lebar saat mendengarkan ucapan Brayan. "Kamu serius, Ray! Jangan gila! Fisya itu sudah di jodohkan oleh orang tuanya dan sebentar lagi akan menikah."
"Tapi janur kuning belum melengkung 'kan, Ma?"
"Jadi tugas Mama apa?"
"Kalau bisa lamarkan Fisya untuk Rayan."
...~~~...
...🌹Bersambung 🌹...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Santi Liana
aku terharu😥😥sambil ngakak Thor😁😁
2023-02-02
1
Amanah Amanah
belum tau aja klo perjodohannya udh batal
2023-01-01
1
zeanii_zhikazu
apa cm diri ini yg baca sambil nyanyi ????hahaha
2022-07-30
0