Malam ini juga dengan persiapan yang serba mendadak, Agung dan Nuri langsung meluncur ke rumah Fisya. Brayan juga sudah mengabari kepada Fisya jika dirinya akan berkunjung ke rumahnya. Mendengar kabar dari Brayan, Fisya pun segera memberitahukan kepada Abinya jika Brayan akan ke rumahnya.
"Baguslah itu, malam ini Abi yakin bisa mengalahkan Rayan," kata Abi Fisya dengan mantap.
Tidak lama mobil yang dikendarai oleh Agung dan Nuri sudah berhenti di depan rumah Fisya.
"Lho, ini kan rumah pak Yusuf," gumam Agung.
"Mas Agung kenal dengan pemilik rumah ini?"
"Iya kenal dong. Dia juga salah satu pengurus yayasan saat itu, tapi sekarang dia sudah keluar karena memilih membuka usaha sendiri," jelas Agung.
Sebelum mengetuk pintu, Nuri sangat berharap jika ini adalah pertanda baik untuk mereka.
"Assalamualaikum."
Mendengar ucapan salam dari luar, Fisya langsung tergopoh dengan cepat untuk membukakan pintu. Dia berharap itu adalah Brayan. Namun, dia harus dibuat terkejut saat melihat kedatangan orang tua Brayan ke rumahnya.
"Waalaikumsalam. Om Agung, Tante Nuri, ada apa ya? Tumben malam-malam ke sini?"
Dalam hati Fisya takut jika kedatangan kedua orang tua Brayan adalah untuk mengingatkan dirinya untuk menjauhi Brayan. Seperti telenova yang pernah dia baca.
"Kamu tidak menyuruh kami masuk?" tanya Nuri.
Fisya yang tercengang langsung menyuruh kedua orang tua Brayan untuk masuk. Didalam sana Abi Fisya dan Umi merasa sangat terkejut saat melihat siapa tamu yang datang. Padahal mereka saat ini sedang menunggu kedatangan Brayan, tetapi mengapa malah orang penting yang datang.
"Lho, pak Agung. Ada apa ini?" Abi Fisya yang terkejut langsung menyalami Agung. Keduanya pun langsung berbincang santai.
Fisya yang melihat keakraban antara Abinya dan papa Brayan juga sangat terkejut, ternyata mereka berdua sudah saling mengenal. Dan kini Fisya bisa bernapas sedikit lega, karena apa yang dia bayangkan tidaklah terjadi.
Syukurlah jika ternyata kedatangan om Agung dan tante Nuri bukan untuk mengingatkan aku agar menjauhi Rayan. batin Fisya.
Tidak butuh waktu lama, Agung segera mengutarakan niat atas kedatangannya. Abi Fisya sangat shock saat mendengar Agung yang langsung kepada intinya, jika dia ingin mengkhitbah Fisya untuk Brayan.
"Untuk kali ini saya tidak akan egois untuk mengambil keputusan. Saya akan menyerahkan semuanya kepada Fisya, karena saya tidak ingin kesalahan saya terulang untuk kedua kalinya," ucap Abinya Fisya.
"Jadi bagaimana, Nak?" Kini Umi yang menimpali.
Fisya masih terdiam, dia belum bisa membuka mulutnya. Lidahnya sangat kelu saat dia ingin mengucapkan kata iya. Namun, saat Fisya hendak membuka mulut tiba-tiba suara salam memecahkan keheningan di ruangan itu.
Lagi-lagi Abi dan Umi sangat terkejut dengan kedatangan Brayan, karena Abi menganggap jika Brayan datang di waktu yang tidak tepat.
"Maaf semuanya saya terlambat, tadi habis membeli sesuatu," jelas Brayan yang kemudian menyalami Abi dan Uminya Fisya.
Abi dan Umi yang belum mengetahui hubungan Brayan dengan Agung merasa heran mengapa tiba-tiba Brayan langsung duduk di samping Nuri dan tidak menyalami tamunya. Sungguh pemuda yang tidak sopan, begitulah yang ada didalam pemikiran Abinya Fisya.
"Kam ini gimana sih Ray? Tadi aja ngebet pengen di cepetin, giliran Mama sama Papa udah sampai disini kamunya entah dimana," gerutu Nuri kesal, sebab Brayan tidak on time.
"Mama apaan sih jangan buat Rayan malu," bisik Rayan sambil menyenggol lengan mamanya.
Hal itu tak luput dari pandangan Abi yang merasa heran dengan kedekatan Brayan dengan Nuri.
"Tunggu ... Mama? Ini maksudnya bagaimana ya?" Abi mengerutkan dahinya merasa heran.
Saat itu juga Agung menjelaskan jika Brayan adalah anaknya dan dia yang hendak mengkhitbah Fisya malam ini.
"Pak Yusuf, saya minta maaf atas keterlambatan anak saya. Yah, tolong dimaklumi namanya anak muda pasti mampir sana mampir sini," ujar Agung.
"Rayan nggak mampir sana mampir sini, Pa. Rayan cuma mampir di toko aja kok," protes Brayan yang tidak terima.
"Sama aja Ray itu kan mampir juga," sahut sang papa.
Nuri hanya bisa menggelengkan kepalanya saat melihat kedua lelaki itu berseteru lagi. Namun, bukan berarti mereka tidak saling menyayangi. Tapi begitulah cara keduanya mengungkapkan kasih sayangnya.
Abi benar-benar tidak menyangka jika Brayan adalah anak dari Agung. Namun, untuk memutuskan bagaimana selanjutnya, Abi tidak bisa mengambil keputusan. Semua itu Abi serahkan kepada Fisya. Abi tidak ingin mengulangi kesalahan yang lalu, menjodohkan Fisya dengan pria yang tidak dicintainya.
"Jadi bagaimana, Nak Fisya? Apakah kamu mau menerima khitbah dari kami?" Kali ini Nuri yang bertanya kepada Fisya.
Fisya masih menundukkan kepalanya. Semenjak Abi meminta jawaban darinya, Fisya memilih menunduk karena dia sangat gugup.
Brayan sudah tidak sabar lagi untuk mendengarkan jawaban dari Fisya. Dia sangat berharap jika Fisya mau menerima menerima khitbahnya malam ini.
"Ayo Fisya, bilang iya gitu aja apa susahnya sih. Please jangan buat aku kecewa. Ya Allah berikanlah jawaban yang terbaik."
Brayan sudah harap cemas saat Fisya mulai mengangkat kepalanya dan menatap satu persatu di antara mereka. Detik kemudian Fisya hanya mengangguk lalu menarik kedua garis bibirnya dengan tipis.
"Jadi kamu menerima Sya?" tanya Brayan antusias saat sebuah anggukan pelan adalah jawaban Fisya.
"Alhamdulillah," seru kedua orang mereka bersamaan.
**
Setelah pulang dari rumah Fisya, tak hentinya Brayan tertawa sendiri di dalam kamarnya. Brayan benar-benar tidak percaya jika semudah itu Fisya menerima dirinya.
"Aku harap setelah menikah nanti aku tidak terkena serangan jantung karena setiap hari harus melihat Fisya di sampingku."
Saat mengingat kata menikah, Brayan segera bangkit dari tempat tidurnya lalu berjalan keluar dengan cepat. Saat ini tujuannya adalah ke kamar mamanya.
Tok ... tok ... tok
"Ma, Mama udah tidur belum? Brayan mau ngomong sesuatu sama Mama!" teriak Brayan sambil menggedor pintu kamar orang tuanya.
Di dalam kamar, Agung mengacak kasar rambutnya saat Brayan mengganggu kegiatannya. Ingin mengabaikan tetapi anaknya terus menggedor pintu membuat dia tidak bisa berkonsentrasi.
"Mas, itu Rayan manggil!"
"Udah abaikan saja, nanggung ini!"
Awalnya Agung memang ingin mengabaikan panggilan Brayan, tetapi sepertinya Brayan tidak akan berhenti jika di tanggapi.
"Ray, kamu ngapain gedor-gedor pintu kamar papa? Tidur sana!" teriak Agung kesal.
"Pa ... Papa belum tidur kan? Buka dulu sebentar pintunya Pa! Rayan ingin ngomong sesuatu yang sangat penting!"
"Besok kan bisa Ray! Sudah sana pergi tidur! Ganggu saja!"
"Rayan enggak mau pergi sebelum Papa bukain pintu. Dan Rayan akan tetap menggedor pintu sebelum pintu ini dibuka!"
"Ya Allah anakmu, Dek. Gak tahu orang tuanya lagi apa." Akhirnya Agung memilih menyudahi permainannya dengan raut wajah yang sangat kesal, kemudian memakai lagi pakaiannya.
Nuri hanya menggeleng dengan pelan. Dia tahu jika saat ini suaminya sedang sangat kecewa karena kegiatan malam ini harus terganggu.
"Sudah kita keluar dulu. Mungkin ada sesuatu yang sangat penting, Mas. Nanti kita lanjutkan lagi ya," bujuk Nuri agar suaminya tidak larut dalam kekecewaan.
"Tapi dua kali lipat!"
"Iya, 10 kali lipat juga gak apa-apa kalau kamu sanggup." Nuri tertawa pelan sambil memasang lagi pakaiannya yang sudah tercecer di lantai.
...~~~...
...🌹TO BE CONTINUE 🌹...
Jangan Lupa Like, Oke!
Sekali lagi makasih tipsnya ya.🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
maya ummu ihsan
telenovela bukannya ditonton ya ..di baca kan noveltoon
2024-04-06
0
Medy Jmb
😀😀😀😀
2023-05-26
1
Santi Liana
Rayan dasar semprul LG nanggung di gangguin😁😁
2023-02-02
0