Seberapa dalam bangkai yang terkubur, pada akhirnya akan tercium. Rahasia yang selama ini ditutupi oleh Alqan padahal akhirnya terbongkar juga. Bukan Fisya yang mengetahui, tetapi Abi Fisya sendiri yang melihat jika Alqan mempunyai hubungan dengan wanita lain.
Sebuah kebenaran yang atas doa yang telah di panjatkan oleh Nafisya. Melalui Abinya, akhirnya Semua tahu jika ternyata Alqan hanya terpaksa untuk menerima perjodohan orang tuanya.
Alqan yang tertangkap basah oleh Abinya Fisya hanya menunduk malu. Dia benar-benar tidak tahu jika akan bertemu dengan calon mertuanya hari ini di sebuah restoran.
"Jadi bisakah kamu jelaskan siapa wanita yang ada di sampingmu ini, Alqan?" tanya Abi Fisya.
Abi Fisya dan papanya Alqan sudah memiliki janji akan bertemu di sebuah restoran dan siapa yang menyangka jika mereka akan bertemu dengan Alqan di tempat yang sama.
Papa Alqan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Rasa malu tidak dapat ditutupi dengan kata maaf karena kelakuan anaknya yang tidak telah bener-bener mencoreng nama baiknya.
"Maaf Abi. Dia adalah Zulfa, teman Alqan," gugup Alqan.
"Teman?" cicit Abi.
"Tidak ada seorang teman yang akan berpelukan di tempat umum seperti ini, sedangkan kamu sudah bertunangan dengan Nafisya, putriku. Kamu tahu kan sebentar lagi kamu akan menikah dengan putriku. Alqan, jawab dengan jujur, siapa dia!"
Alqan hanya bisa menelan kasar selisihnya. sebelum menjawab pertanyaan dari Abi, Alqan sudah siap untuk menerima semua konsekuensinya, jika detik ini juga pertunangan akan dibatalkan.
Ada bagusnya jika kenyataan ini terbongkar secepatnya. Karena setelah ini Alqan tidak perlu lagi berpura-pura menjadi orang baik di mata keluarga Fisya.
"Dia adalah kekasihnya Alqan, Abi." Alqan memejamkan matanya. Dia tidak tahu bagaimana ekspresi papanya saat mendengar pengakuan darinya.
Meskipun Alqan tidak berterus terang, Abinya Fisya juga tahu hubungan apa Alqan dengan wanita yang ada di sampingnya.
"Pak Yusuf, saya benar-benar minta maaf atas perbuatan anak saya yang mengecewakan Anda. Namun, saya akan memastikan jika Alqan akan meninggalkan wanita ini dan segera menikah dengan Nafisya," jelas Papanya Alqan.
Zulfa yang ada di samping Alqan hanya bisa meremas ujung bajunya. Dia tidak menyangka jika ternyata papanya Alqan sama sekali tidak hanya memikirkan perasaannya.
"Sebelumnya Alqan minta maaf jika keputusan Alqan membuat kalian kecewa, tetapi Alqan tidak bisa membohongi kalian lagi. Alqan mencintai Zulfa, dan Alqan tidak bisa meneruskan pertunangan ini. Papa, Abi, Alqan minta maaf."
"Kamu!" Tunjuk papa Alqan kepada Alqan dengan menahan amarahnya. Dia tidak ingin membuat keributan di restoran.
"Alqan, pulang sekarang juga! Papa ingin bicara denganmu!" bentak papanya Alqan.
"Pak Yusuf, sekali lagi saya minta maaf. Saya izin untuk permisi."
Dengan segudang rasa malu, papa Alqan berlalu meninggalkan calon besannya.
"Pak Rayan!" panggil salah seorang murid yang tak jera mencari perhatian kepada Brayan. Siapa lagi jika bukan Aliya. Hari ini adalah jadwal Brayan mengajar di kelas putri. Brayan hanya sekilas melirik saat Aliya berlari pelan untuk mendekatinya.
"Pak! Bapak saya panggil dari tadi, kenapa gak nyahut sih, Pak!" protes Aliya setelah sampai di depan Rayan.
"Ada apa?"
"Kami tidak bisa main basket, Pak. Selama ini kami belum pernah main basket," ujar Aliya dengan manja.
"Saya tahu. Makanya saya mau ganti pakaian dulu untuk mengajari kalian."
Mata Aliya berbinar saat mendengar jawaban dari Brayan yang mengatakan hendak mengajari mereka main. Sebuah kabar berita besar yang harus dia sampaikan kepada teman-temannya.
"Coba dari dulu dia ngajar kelas olahraga, pasti aku gak akan pernah bolos." Aliya menertawakan dirinya sendiri yang suka bolos dari sekolah formal dengan alasan kurang enak badan.
"Al, kamu kenapa?" tanya Mifta yang sedang memandang lapangan depan kelas.
"Kabar gembira teman-teman! Pak Rayan akan terjun langsung untuk mengajari kita main basket," seru Aliya. Namun, nyatanya tak ada yang heboh selain kedua temannya yang sangat girang mendengar penuturan Aliya.
Aliya mencebikkan bibirnya saat tak ada respon yang heboh dari teman-teman. Dia lupa jika saat ini dia bersekolah dimana.
"Gak asik banget sih, mereka!" gerutu Aliya kesal.
"Maklumi ajalah, Al. Mereka 'kan calon ustadzah semua," timpal Mifta.
"Termasuk kamu juga 'kan, Mif?" sahut Zahra.
Mifta hanya tertawa pelan. Tidak dipungkiri jika ucapan Zahra ada benarnya. Meskipun Mifta bergaul dengan Aliya yang sering bolos, tetapi dia tetap berteguh pada pendiriannya untuk bisa lulus dengan baik dan tidak mengecewakan kedua orang tuanya.
Tidak lama Brayan pun datang ke lapangan dengan pakaian untuk olahraga sambil menenteng bola basket.
"Saya tahu sebelumnya kelas putri belum pernah bermain basket. Saya telah bernegoisasi dengan kepala sekolah bahwa saya akan mengisi olahraga jenis basket ke dalam kelas putri. Namun, sebelum itu apakah diantara kalian ada yang tidak setuju? Saya tidak akan pernah memaksa kalian jika memang kalian tidak setuju," kata Brayan, sebelum melanjutkan kegiatannya.
"Kami semua setuju Pak. Kami juga ingin maju seperti sekolah lainnya meskipun kami berada dalam lingkungan pondok," jelas Aliya.
Brayan mengangguk pelan sambil memberikan tepuk tangan untuk Aliya.
"Bagus. Aku suka murid seperti ini. Murid yang ingin maju. Semoga kalian bisa mencontoh semangatnya. Baiklah mari kita mulai latihan perdana kita."
Sebelum memulai permainan basket Brayan memberikan arahan bagaimana cara-cara bermain basket. Karena hari pertama, Brayan tidak langsung bermain.
"Yah, Pak. Kalau hanya pemanasan seperti ini kami juga sudah bisa, Pak!" seru Aliya yang sudah tidak sabar untuk melihat Rayan bermain basket.
"Untuk hari ini kita belum langsung masuk kedalam permainan. Pemanasan dan tata cara adalah hal terpenting untuk kalian, nanti setelah selesai baru saya akan ajarkan bagaimana caranya memasukkan bola ini kedalam ring."
Meskipun kecewa karena tidak bisa langsung bermain, tetapi Aliya merasa sangat senang karena bisa berada lebih dekat dengan Brayan. Bahkan aroma keringatnya saja bisa dirasakan untuk saat ini.
Brayan sudah mengirim pesan kepada mamanya jika dia akan ke telat pulang, karena dia akan mengikuti kegiatan di pondok terlebih dahulu.
Hari ini Brayan mendapatkan amanat dari pak Dzaki untuk mengajar kelas tahfidz karena ustadz yang biasanya mengajar sedang izin.
Dengan bantuan dua orang yang sudah mendapatkan kepercayaan dari ustadz, Brayan pun mengajar kelas tahfidz dengan senang hati.
Jika masuk ke dalam ruangan tersebut, sekilas dia mengingat jika dia pernah melakukan kejahilan yang luar biasa. Selain mengambil sendal-sendal milik temannya, Brayan juga sering menabur tikus di kamar teman-temannya. Hal itu tidak akan pernah terlupakan untuk Brayan, terlebih kejahilannya diikuti juga oleh Fisya.
Tempat ini memang penuh kenangan. Dan selamanya akan terkenang di hati. Seperti seseorang yang sudah mengisi relung hati ini tak akan pernah bisa tergantikan dengan siapapun, meskipun aku tahu jika sebentar lagi dia akan menikah dengan pria lain, tapi rasa ini akan tetap tersimpan dalam hati.
Tiba-tiba lamunan Brayan teralihkan oleh suara salam yang sangat familiar baginya. Suara yang mampu menggetarkan hatinya selama ini.
Apakah aku hanya terbawa suasana hati sehingga suara orang lain adalah suaranya?
"Fisya."
...~~~...
...🌹Bersambung 🌹...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Amanah Amanah
apakah cuma hayalan rayaan yg lagi inget SMA fisya...Thor?
2023-01-01
2
borjun as
hmm cinta dalam diam ya Ray..tp sebelum janure kuning melengkung tidak ada salahnya Ray berjuang apalagi alwan dah putusin pertunangan dengan fisya
2022-07-03
1
Nena Anwar
baguslah yg menangkap basah Alqan Abi Fisya sendiri, coba jika Fisya pasti susah buat jelasin sama Abinya
2022-07-03
2